29 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Yang Tak Biasa Menjadi Seorang Ibu | Catatan Monolog Nova Aryani, “Hidup Dimulai di 40”

Sonhaji AbdullahbySonhaji Abdullah
March 19, 2025
inUlas Pentas
Yang Tak Biasa Menjadi Seorang Ibu | Catatan Monolog Nova Aryani, “Hidup Dimulai di 40”

Nova Aryani saat memainkan monolog pada acara Mahima March March March 2025 di Rumah Belajar Komunitas Mahima, Singaraja-Bali, Jumat, 14 Maret 2025 | Foto: Dok. Komunitas Mahima

MONOLOG yang dipentaskan oleh Nova Aryani berjudul “Hidup Dimulai di 40”, tidak sekadar mempertunjukkan sebuah gosip dari autografi dirinya sendiri, yang isinya hanya tentang isu rumah tangga, dan tentang masa kecilnya tumbuh di kota yang sunyi dengan segala macam permasalahan. Ia mempertunjukkan sesuatu yang tak biasa bagi dirinya, barangkali tak biasa juga bagi ibu-ibu lain.

Naskah monolog itu ditulis dan sekaligus disutradarai Kadek Sonia Piscayanti, sastrawan sekaligus founder Komunitas Mahima. Naskah itu dimainkan oleh Nova dalam acara Mahima March March March di Rumah Belajar Komunitas Mahima, Singaraja, Jumat malam, 14 Maret 2025.

Monolog ini adalah bagian dari projek Monolog 100 Perempuan yang digarap Kadek Sonia Piscayanti. Nova membawakan “Hidup Dimulai di 40” sebagai monolog yang ke-12.

Nova memainkan monolog dengan santai, nyaris tanpa hentakan, namun tetap terasa gregetnya. Sepertinya penonton menebak ia akan terjebak pada kisah romantisme perempuan ibu rumah tangga, apalagi ia seorang ibu yang belum pernah melakukan pementasan di atas panggung. Ia bukan orang teater.

Penonton barangkali mengira kisahnya akan jatuh pada curahan hati pada orang-orang mendengarkan—bahwa begitu pedih menjadi seorang perempuan sekaligus menjadi seorang ibu, yang banyak merenggut banyak waktu atau mendamparkanya pada ranah kerja yang eksploitatif terutama di ruang keluarga.

Misalnya, harus ngurus ini, ngurus itu. Di dapur atau di kamar, atau di sekolah anak-anak saat mengantarkannya pergi pagi-pagi. Atau lagi yang paling serem, mengurusi seabrek urusan adat dan ritual agama yang ketat.

Tapi tidak. Monolog itu tidak seperti itu. Memang, naskah monolog itu ditulis berdasarkan cerita personal pemainnya, namun justru cerita personal itu disulap oleh Kadek Sonia Piscayanti menjadi lebih atraktif. Lebih hidup.

Monolog itu akan terasa biasa-biasa saja jika  kisahnya hanya tentang seseorang menjadi ibu dengan dua anak satu suami. Yang pandai memasak, pandai berjualan. Hidup harmonis dengan keluarga, dan sejenisnya. Kisahnya tidak sesederhana itu.  

Monolog itu menceritakan tentang bagaimana seorang Nova yang hidup harmonis dengan keluarga itu memilih kegiatan lain di luar kehidupan rumah tangga. Yakni berkomunitas. Dan, ia mendapati hidupnya penuh gairah saat masuk komunitas penulis, dan itu terjadi pada usianya masuk 40 tahun.

Nova Aryani saat memainkan monolog pada acara Mahima March March March 2025 di Rumah Belajar Komunitas Mahima, Singaraja-Bali, Jumat, 14 Maret 2025|Foto: Dok. Komunitas Mahima

Ia memulai monolognya dengan kisah pengalamannya menjadi seorang ibu, memasak di dapur untuk keluarga, untuk suami di kamar, dan mengantar anak sekolah. Pengalaman itu diperankan secara lebih liat, sehingga ia tak sekadar bercerita.

Kehidupan nyatanya berhasil diawa ke atas panggung yang luas—merupa teater.

Pengalaman-pengalaman biasa, sehari-hari, dirasakan lagi oleh Nova. Dihidupkan kembali untuk sebuah pementasan, agar semua bisa merasakan secara adil, melalui satu peran dirinya sendiri, yang seakan-akan menjadi cerita orang lain. Maksudnya, ia menyuguhi penonton seuah pementasan, bukan sebuah curhat colongan yang kering.

  • BACA JUGA:
“Hidup Dimulai di 40”, Cerita Kecil Tentang Monolog yang Saya Mainkan

Panggung yang sempit dikuasai Nova seperti keluasan laut biru ketika monolog itu dipertunjukkan. Orang-orang tenggelam pada matanya yang berair ketika ia masuk pada cerita yang mengharukan. Malam itu senyap.

Nova seorah melintasi banyak peristiwa, menyampaikannya dengan intuisi. Para penonton berlayar di matanya yang sayu…

“Lalu di 27 tahun umurku, aku menjadi istri. Seorang laki-laki temanku di SMP dan SMA, kini menjadi suamiku. Kami bahagia dengan anak-anak yang pintar dan sehat.”

“Ciee…,” celetuk salah satu penonton, hanyut pada pembawaan Nova. Dan Nova juga hanyut pada dirinya sendiri.

“Sebagai Ibu, aku memilih menjadi ibu yang moderat. Memberi anak-anakku pilihan yang mereka inginkan tapi yang mampu aku beri panduan.

Lalu apa yang kurang? Yang kurang barangkali adalah aku dan diriku sendiri yang merasa belum menemukan makna diri. Bukan aku kurang bersyukur, tapi aku ingin menjadi diriku sendiri.”

Narasi kuat tentang hidup, setelah ruang ke tiga—yang kata Ray Oldenburg, menjadi pengaruh bagi Nova dalam menyesap makna lebih manis. Di umurnya yang masuk ke-40, hidup dijalankannya lebih asik, seperti terwujudnya soal mimpi-mimpi.

Hal itu ia rasakan setelah bergabung dengan Komunitas Mahima. Ini bukan pujian kosong, hati seorang ibu yang berbicara. Berani menggugat?

“Pertunjukan yang bagus. Bahkan saya sampai tak sadar mengucapkan ‘cie’ tadi, saya mohon maaf soal itu, tak bermaksud menagganggu, tapi memang tenggelam. Monolog yang dibawakan oleh Bu Nova ini cukup interaktif,” kata Andy Sri Wahyudi, pantomimer dan penulis buku “Sana dan Sini” di sela diskusi.

Nova Aryani saat memainkan monolog pada acara Mahima March March March 2025 di Rumah Belajar Komunitas Mahima, Singaraja-Bali, Jumat, 14 Maret 2025|Foto: Dok. Komunitas Mahima

Andy Sri Wahyudi alias Andi Eswe juga menjelaskan pertunjukan monolog sederhana itu bisa lebih bagus ketika dapur misalnya (tempat yang tak jauh dari tempat pementasan) menjadi panggung, dan alat-alat di dapur bisa menjadi bagian dari pementasan itu untuk bisa lebih menguatkan soal peran.

Monolog “Hidup Dimulai di 40” yang diperankan oleh Nova Aryani, adalah sebuah cerita tentang dirinya yang mencoba ranah lain untuk mengusir kebosanan dan rasa suntuk di samping kesibukan-kesibukan rumah tangga.

Melalui monolog itu, melalui naskah itu, Nova melugaskan bahwa di umurnya berkepala empat bukan persoalan untuk ia kembali berurusan dengan buku, dengan menulis.

Nova, atau bernama lengkap Ni Luh Nova Aryani, adalah seorang pengagum Dee Lestari. Nyaris semua buku milik Dee dibacanya tuntas ketika umurnya masih 20. Ketika buku sudah tuntas dibaca, dibacanya kembali dan terus begitu.

Mencintai karya-karya Dee, kemudian menjadi mencintai sosok Dee setelah ia bertemu dengan si penulis melalui komunitas pada sebuah festival di Singaraja. Menurut Nova, sangat kecil kemungkinan untuk bertemu dengan si penulis selain dari karya-karyanya.

Bagian itu dibawakan oleh Nova ketika monolog tentang dirinya, membawa orang-orang yang menonton membayangkan, sekian tahun menenggrlami karya-karya si penulis, tiba-tiba ketemu secara langsung dan berbicara secara langsung. Rasanya seperti bertemu seorang kekasih yang lama tidak bertemu. Jiwa jadi kebun bunga.

Sebab lebih dari sekadar berswafoto bersama setelah bertemu, Nova mengolah kesempatan itu lebih berarti; yang positif dan panjang. Harinya menjadi ladang produktif untuk ditanami kata-kata.

“Aku menjemput Dee dan dia bicara padaku seperti dalam mimpi. Ia tak hanya ramah, dia memang seorang Dewi, yang baik hati dan peduli.”

Begitu kata Nova dalam monolognya.

Sekarang di sela ia berjualan alat-alat rumah tangga—sebagaimana biasanya, mengurus anak dan suami, atau merawat rumah tinggal beserta isinya, membaca buku tak pernah luput walaupun usia—yang katanya, agak terlambat untuk berjalan di dunia penulisan.

Tapi itu dilakukan dengan suka cita, dan bahkan, Nova menyisipkan waktu untuk mencoba menulis tentang apa saja sebagaimana Dee menulis. Ya, setidaknya untuk diri sendiri… [T]

Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Adnyana Ole

  • BACA JUGA:
Mahima Menumbuhkan Saya, Saya Menumbuhkan Mahima – Orasi Budaya Mahima March March March 2025
“Memilih Menjadi Aku” – Catatan Kecil Tentang Monolog yang Aku Mainkan
Tags: Komunitas MahimaMahima March March March 2025MonologTeater
Previous Post

“Hidup Dimulai di 40”, Cerita Kecil Tentang Monolog yang Saya Mainkan

Next Post

Apa Kabar 5 Destinasi Wisata Super Prioritas?

Sonhaji Abdullah

Sonhaji Abdullah

Kontributor tatkala.co

Next Post
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

Apa Kabar 5 Destinasi Wisata Super Prioritas?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more

Waktu Terbaik Mengasuh dan Mengasah Kemampuan Anak: Catatan dari Kakawin Nītiśāstra

by Putu Eka Guna Yasa
May 28, 2025
0
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

DI mata orang tua, seorang anak tetaplah anak kecil yang akan disayanginya sepanjang usia. Dalam kondisi apa pun, orang tua...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co