24 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dewata Kusayang, Dewataku Malang: Bali yang Digempur Kapitalisme

Putu Ayu Sunia DewibyPutu Ayu Sunia Dewi
March 14, 2025
inEsai
Dewata Kusayang, Dewataku Malang: Bali yang Digempur Kapitalisme

Putu Ayu Sunia Dewi

TAK jelas siapa yang memulai, jika membuka tiktok tentang Bali, algoritma akan mempertemukan kita dengan FYP yang berbunyi ‘bawa lukamu ke Bali’ yang secara langsung mengukuhkan citra pulau berjuluk dewata itu sebagai tujuan Healing.  

Sama seperti Yogyakarta dan Bandung yang kita romantisasi begitu juga Bali bahkan romantisme ini tertuang dalam banyak tulisan oleh penulis-penulis mancanegara, saat menulis artikel saya baru saja menghabiskan buku berjudul “Bali: A Paradise Created” karya Adrian Vickers tentang dialektika antara persepsi masyarakat adat dan imajinasi Barat terhadap pulau merubah citra bali  itu, penulis menjuluki Bali sebagai “The last paradise” tempat bertemunya budaya Asia dan Pasifik yang berbeda dari semua kawasan di region tropis.

Di Bali, pesona alam  memang berpadu dengan ritus yang selalu bergema seperti Dhanvantari, Dewa Ayurveda yang tak hanya membawa amerta (keabadian), tetapi juga penyembuhan.  

Namun pesona ini menyimpan paradoks antara yang sakral dan yang rapuh. Misalnya saja, alam yang menyembuhkan justru rentan terluka oleh tangan manusia yang ia rawat begitupun budaya yang boleh tergerus kesakralannya pada akhirnya Bali sendiri memiliki setumpuk luka yang tak kunjung sembuh bahkan semakin mengangga menunggu ke tahapan kritis, kiranya Dewataku Sayang, Dewataku Malang,

Bagi saya kondisi dan situasi ini memantik  refleksi antropologis tentang otentisitas, agensi budaya, dan resistensi. Sebagai bagian dari manusia Bali, tantangan selanjutnya adalah memahami bagaimana yang ekologis, spiritual, dan kultural itu dapat  bertransformasi tanpa kehilangan makna dan manfaatnya.

Tattwa, Susila, Acara: Negosiasi Nilai dalam Pusaran Pasar

Dalam kosmologi Hindu Bali, Ada tiga pilar penting peradaban—yaitu Tattwa (filsafat), Susila (etika), dan Acara (ritual)—ketiganya bukan sekadar struktur statis, melainkan sistem dinamis yang terus beradaptasi. Namun, pariwisata massal sebagai produk kapitalisme  mempercepat transformasi ketiga pilar  ini dengan logika pasar. Pada akhirnya yang ritus harus tunduk pada kalender pariwisata, sebatas event namun dangkal dengan makna.

Acara, seperti Ngaben atau Bhuta Yadnya, seringkali dipentaskan sebagai “atraksi eksotis tanpa makna transendentalnya. Pura Besakih dan Tanah Lot misalnya, menjadi medan pertarungan simbolis, dimana  kamera turis menggeser fokus sembahyang. Persoalan etika juga mulai tergerus, saat ini Bali selalu dilanda masalah turis yang berkendak sesukahati, hal ini diperparah dengan warga lokal yang seringkali membiarkan atau malah ikut-ikutan, belum lagi persoalan pendatang yang tidak bisa dihadang akibat dari abainya pemerintah meratakan kesempatan kerja dan kesejahteraan di sekitar wilayah Provinsi Bali.  

Bali memasuki fetisisme komoditas

Situasi dan kondisi Bali di tengah gempuran kapitalisme ini pada akhirnya menciptakan realitas sosial baru. dalam perspektif Marx (1867), logika dari  akumulasi kapital yang ekspansif  itu mengubah relasi sosial dan budaya menjadi relasi komoditas. Melalui konsep fetisisme komoditas, dari  Marx  kita dapat melihat dan merasakan bagaimana nilai guna (use-value) dari budaya, tradisi, atau bahkan spiritualitas Bali teralienasi menjadi nilai tukar (exchange-value) yang diperdagangkan.

Apa yang esensial—seperti ritual adat, seni sakral, atau hubungan kolektif masyarakat—kini tereduksi menjadi objek konsumsi atau komoditas ekonomi. Yang ekologis berubah menjadi objek private,  dan ironisnya Tri Hita Karana, filosofi Bali tentang keseimbangan antara alam, manusia, dan spiritual itu hanya menjadi semboyan tak bermakna, terkadang diseminarkan tanpa diterapkan.

Sawah dan pantai berubah menjadi villa dan beach klub,  pohon berusia ratusan tahun harus terbunuh untuk kepentingan industri hiburan, bahkan lautan dipagari atas nama kepemilikan pribadi seperti yang terjadi di sekitar serangan.  Pantai yang menjadi andalan pariwisata berubah landskap bak tambang seperti pantai sekitar Bali selatan dan Nusa Penida, maka benarlah perkataan Gary Bencheghib dalam dokumenter yang dibuatnya di Rahayu Project jika Bali kehilangan kepingan surganya setiap hari.

Proses  ini tidak hanya mencerminkan dominasi modal atas ruang hidup masyarakat, tetapi juga memperlihatkan kontradiksi dialektis antara nilai-nilai komunal tradisional Bali, pemaknaan akan ekologis, dan  imperatif profit kapitalis yang menghisap tenaga kerja dan sumber daya lokal Pulau Dewata.

Pada akhirnya, Bali menjadi bagian dari rantai produksi yang menghisap nilai lebih (Surplus Value) untuk kepentingan pemilik modal atas nama kesejahteraan bersama yang ironisnya masih berdiri di atas ketimpangan dan kertertindasan.

Nyala perlawanan dari yang paling mungkin

Perlu ditegaskan masyarakat Bali tidak menolak pembangunan selama berpedoman pada skala prioritas dan pada dasarnya masyarakat Bali juga tidak tinggal diam menanggapi situasi dan kondisi yang ada.  Berpasrah pada keadaan yang menindas jelas bukan sifat alamiah manusia; selalu ada nyala perlawanan dalam setiap kondisi yang dirasa sudah amat buruk.

Dalam perspektif dharma (kewajiban suci) dan adharma (penyimpangan dari kebenaran), perlawanan ini tidak hanya sekadar respons sosial, tetapi juga upaya menjaga keseimbangan kosmis antara rita (keteraturan) dan anrita (kekacauan). Setiap tindakan mempertahankan tradisi, lingkungan, hak, atau nilai budaya adalah wujud dharma (kebaikan)—sebagai tanggung jawab moral untuk melindungi keharmonisan alam, manusia, dan spiritualitas. Sebaliknya, praktik eksploitasi, privatisasi, atau dominasi yang merusak tatanan kolektif merupakan bentuk adharma (kezaliman) yang harus dilawan.

Perihal perlawanan, tidak selalu   frontal, tetapi juga tercermin dalam laku sehari-hari. Misalnya, para petani di Bali Utara yang mempertahankan subak—sistem irigasi tradisional berbasis nilai Tri Hita Karana (harmoni dengan Tuhan, manusia, dan alam)—adalah upaya menegakkan dharma dengan menjaga warisan leluhur yang berkelanjutan. Nelayan di Serangan yang melaut melawan batas privatisasi adalah perlawanan terhadap adharma kapitalistik yang mengancam ruang hidup. Begitu pula pemuda-pemudi Bali yang mengangkat isu sosial melalui ogoh-ogoh: mereka mengubah ritual Bhuta Yadnya (upacara penyucian) menjadi medium kritik, menyelaraskan dharma kreatif dengan kesadaran zaman.

Pada akhirnya Bali akan tetap melawan, tetapi dengan caranya sendiri melalui jalan yang selaras dengan nilai-nilai lokal seperti gotong-royong, kreativitas ritual, dan keteguhan hati dan tentu saja agama  sebagaimana penegasan revolusioner dari bhagavid ghita yang berbunyi “Yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati Bhārata, abhyutthānam adharmasya tadātmānaṁ sṛjāmyaham “, yang artinya  “Kapan pun dharma merosot dan adharma bangkit, wahai Bharata, pada saat itulah Aku mewujudkan diri-Ku.”

Seperti api dalam sekam, perlawanan ini mungkin tak selalu bergemuruh, tetapi menyala-nyala dalam kesadaran, empati, dan konsistensi. Dengan demikian, dharma tidak hanya bertahan, tetapi menjadi cahaya penuntun menuju kemajuan Bali  yang  lebih beradab, bukan semata-mata menjadi surga konglomerat seperti yang direncanakan penguasa, konglomerat, atau penguasa yang sekaligus juga konglomerat. [T]

Penulis: Putu Ayu Sunia Dewi
Editor: Jaswanto

BALI: Bakal Amblas Lantaran Investor
Bali Menjadi Subjek, Bukan Objek
“Kemacetan” Berpikir Para Pemimpin Bali
Tags: balikapitalismePulau Dewata
Previous Post

Dari Bincang Buku di SMAN 2 Kuta: Kecintaan Merawat Literasi

Next Post

“Influencer” dan Promosi Pariwisata

Putu Ayu Sunia Dewi

Putu Ayu Sunia Dewi

Mahasiswa S2 di dua perguruan tinggi yaitu Politeknik Negeri Bali mengambil konsentrasi bisnis digital dan Inti International College Malaysia mengambil jurusan informasi teknologi. Saat ini terlibat aktif di Perhimpunan Pelajar Indonesia sebagai ketua departemen sumber daya manusia PPI TV . Penulis dapat dihubungi di putuayusuniadewi@gmail.com

Next Post
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

“Influencer” dan Promosi Pariwisata

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mars dan Venus: Menjaga Harmoni Kodrati

by Dewa Rhadea
May 24, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DI langit malam, Mars dan Venus tampak berkilau. Dua planet yang berbeda, namun justru saling memperindah langit yang sama. Seolah...

Read more

“Storynomics Tourism”: Tutur Cerita dalam Wisata

by Chusmeru
May 24, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

BANYAK pertimbangan wisatawan berkunjung ke satu destinasi wisata. Selain potensi alam dan budayanya, daya tarik destinasi wisata terletak pada kelengkapan...

Read more

Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

by Stebby Julionatan
May 23, 2025
0
Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

DALAM dunia pendidikan, kemampuan berbicara bukan hanya tentang menyampaikan kata-kata, melainkan juga menyangkut kepercayaan diri, daya pikir kritis, dan keterampilan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co