29 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

WikiTok vs TikTok: Mungkinkah Media Sosial Berpihak pada Akal Sehat?

Petrus Imam Prawoto JatibyPetrus Imam Prawoto Jati
March 4, 2025
inEsai
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

Petrus Imam Prawoto Jati

PEMBACA yang budiman, saat ini, TikTok adalah raja tanpa tandingan di dunia persilatan media sosial. Algoritmanya yang cerdas dan kontennya yang serba cepat menjadikannya magnet bagi generasi muda kita. Dari banyak ulasan dan analisa para pemerhati, memang TikTok ini agak mengkhawatirkan.
Nah, ini ada kabar yang meski agak mengherankan, namun bagaimana pun tetap menggembirakan. Jadi baru-baru ini muncul gagasan baru bernama WikiTok, yang dalam bayangan idealnya ingin menjadi alternatif yang lebih sehat, lebih berisi, dan lebih berpihak pada edukasi.

Asyik juga sebenarnya. Boleh kita bertanya-tanya, apakah WikiTok ini nanti, benar-benar bisa menjadi harapan baru? Atau justru ia akan berakhir sebagai proyek utopis yang gagal memahami realitas generasi digital?

Kenikmatan Instan TikTok, Ketergantungan Tak Terbantahkan

Fenomena medsos TikTok ini hebat. Platfom ini sukses karena ia memahami psikologi manusia lebih baik dari kita sendiri. Dengan video pendek yang terus diproduksi dan dikonsumsi tanpa henti, TikTok menciptakan dopamine loop yaitu sebuah mekanisme otak yang membuat kita terus ingin “sedikit lagi”.  Begitu terus tak henti-henti.

 Akibatnya, pengguna fanatik TikTok terjebak dalam konsumsi pasif, menikmati aliran informasi yangn diberikan tanpa benar-benar berpikir, atau memang tidak punya kesempatan berpikir. TikTok bukan sekadar aplikasi hiburan; ia adalah mesin manipulasi pikiran dan penggerus waktu yang sangat efektif.

Kaitannya dengan ini yang perlu kita perhatikan adalah pendapat Nicholas Carr dalam bukunya The Shallows (2010). Dia pernah memperingatkan bahwa internet, dengan cara kerjanya yang serba cepat, bisa menurunkan kemampuan kita untuk berpikir mendalam. Sama saja dengan membuat kita berpikir dangkal.

Nah, TikTok adalah puncak dari fenomena ini. Dengan rentang perhatian yang semakin pendek, generasi muda lebih tertarik pada hal yang instan, ringan, dan menghibur, dibanding sesuatu yang memerlukan usaha kognitif lebih besar. Dalam konteks ini, gagasan tentang WikiTok yang lebih edukatif, kok rasa-rasanya terdengar seperti mimpi yang terlalu muluk.

WikiTok: Bisakah Kita Menyulap Edukasi Jadi Menarik?

Gagasan WikiTok ini memang berangkat dari keresahan bahwa media sosial saat ini lebih banyak merugikan akal sehat ketimbang membantunya berkembang. Jika menengok Wikipedia adalah ensiklopedia daring berbasis teks, maka WikiTok ingin menjadi media sosial berbasis video pendek yang informatif dan berbobot. Gagasan yang cukup mulia saya rasa. Masalahnya, apakah ini bisa menarik bagi anak muda yang sudah terbiasa dengan kepuasan instan ala TikTok?

Secara filosofis, proyek semacam WikiTok sejalan dengan pemikiran filsuf seperti Paulo Freire. Dalam Pedagogy of the Oppressed (1970), Freire berpendapat bahwa pendidikan seharusnya membebaskan manusia, bukan sekadar mengisi kepala mereka dengan informasi pasif. Tapi mari kita bermain jujur-jujuran saja, bagaimana cara kita menyajikan “pembebasan intelektual” dalam format yang cukup menggoda agar anak-anak muda rela meninggalkan TikTok? Susah loh, itu.

Bagi para pendidik dan pemerhati pendidikan, pastilah menghela nafas. Kita kembali lagi menghadapi dilema klasik, apakah kita harus membuat edukasi jadi lebih “menghibur”, ataukah kita mengharapkan generasi muda secara ajaib menyukai sesuatu yang lebih serius?

Nah, itulah mengapa ada kata menyulap di atas. Dalam dunia di mana anak-anak lebih suka menonton video tentang prank dibanding sejarah peradaban manusia, harapan agar mereka berbondong-bondong ke WikiTok berasa seperti bermain judi online yang rasa-rasanya sudah jelas pasti kalah.

Boleh saja lontaran ini dianggap pesimis dan membuat kita merasa bagai menegakkan benang basah. Pesimisme ini bukannya tanpa alasan. Kita kembali ke pemikiran Jean Baudrillard, dalam konsep Simulacra and Simulation (1981), dia berbicara tentang bagaimana masyarakat modern semakin terjebak dalam dunia yang penuh dengan citra semu (hyperreality).

TikTok,celakanya adalah contoh nyata dari ini. Di dalamnya, kehidupan menjadi sekadar estetika, bukan lagi pengalaman nyata. Anak muda tidak hanya mengkonsumsi media sosial, tetapi juga menciptakan realitas baru yang mereka yakini sebagai kebenaran.  Wajar jika dalam konteks ini, upaya seperti WikiTok menjadi semakin sulit. Jika anak-anak muda sudah merasa nyaman mengapung dalam dunia hiperrealitas TikTok, mengapa mereka harus pindah ke sesuatu yang lebih membumi dan sarat dengan bobot edukasi?

Peran Orang Tua dan Guru Masihkah Bisa Diharapkan?

Banyak yang mencoba optimis dengan berargumen bahwa peran orang tua dan guru masih bisa menyelamatkan keadaan. Namun, mari kita realistis: banyak orang tua bahkan lebih kecanduan media sosial dibanding anak-anak mereka sendiri. Mereka sendiri banyak yang tak memahami bagaimana algoritma bekerja, apalagi mengajarkan anak-anak mereka cara menggunakan media sosial dengan sehat.

Di sisi lain, sekolah juga belum cukup serius atau sudah serius tapi belum lihai dalam membangun literasi digital. Pendidikan kita masih terpaku pada konsep lama: menghafal, mengerjakan soal, dan mengejar nilai. Padahal, tantangan abad ini adalah bagaimana memahami informasi dengan kritis.

Jika sekolah gagal memberikan alat berpikir kritis kepada siswa, bagaimana mungkin juga mereka bisa membedakan mana konten yang bernilai dan mana yang hanya clikbait? Jadi, apakah orang tua dan guru bisa menjadi benteng pertahanan? Bisa saja. Tapi hanya jika mereka sendiri melek digital dan paham bagaimana media sosial bekerja.

Apa pun itu, jika WikiTok ingin menjadi alternatif yang berhasil, ia harus memahami realitas psikologi generasi muda. Beberapa strategi bisa dilakukan. Yang pertama tentu format yang menarik, bukan sekadar “bermutu”, karena edukasi tidak harus membosankan. Jika WikiTok ingin sukses, ia harus tetap menyajikan informasi dalam format video pendek, tetapi dengan storytelling yang menggugah rasa ingin tahu, bukan sekadar menyodorkan fakta secara kaku.

Selanjutnya adalah gamifikasi dan interaksi sosial. Kita lihat TikTok berhasil karena ia memberikan sensasi keterlibatan yang tinggi. Jika WikiTok ingin menyaingi itu, ia harus menemukan cara agar pengguna tetap merasa terlibat dan dihargai.

Strategi lain adalah kolaborasi dengan influencer, karena suka atau tidak suka, generasi muda lebih mendengar influencer dibanding dosen atau guru. Jika ada figur publik yang bisa menyampaikan edukasi dengan cara yang menarik, itu bisa menjadi jalan masuk bagi WikiTok. Namun catatan pentingnya adalah jika ada.

Yang terakhir tentu saja adalah mengedukasi orang tua dan guru. Titik kuncinya tentu adalah literasi digital. Agar perubahan terjadi, literasi digital harus diajarkan tidak hanya kepada anak-anak, tetapi juga kepada orang tua dan pendidik. Mereka harus memahami bagaimana algoritma bekerja, dengan demikian baru bisa membimbing generasi muda kita dalam menggunakan media sosial secara sehat.

Harapan atau Ilusi?

WikiTok bisa menjadi harapan, tetapi hanya jika ia memakai strategi yang benar-benar bisa bekerja. Jika ia sekadar menjadi “Wikipedia dalam bentuk video pendek” tanpa strategi yang kuat, maka ia hanya akan menjadi proyek gagal yang tidak mampu bersaing dengan TikTok yang menggoda.

Di sisi lain, menyerah bukanlah pilihan. Jelas itu suatu olok-olok bagi nilai kemanusiaan kita.  Jika kita tidak mencoba secara kritis dan mandiri melawan dominasi algoritma yang mengeksploitasi kebiasaan dan kecenderungan kita, maka kita hanya akan menjadi generasi yang tenggelam, menjadi bulan-bulanan simulasi tanpa akhir.

WikiTok mungkin bukan jawaban yang sempurna, tetapi setidaknya ia membuka ruang refleksi kita bersama: mungkinkah media sosial berpihak pada akal sehat? Saya yakin jawabannya tergantung pada saya dan Anda, para pembaca yang budiman. Apakah kita hanya puas dan rela menjadi konsumen pasif, atau mau mulai berpikir tentang bagaimana masa depan informasi seharusnya dibentuk. Tabik. [T]

Penulis: Petrus Imam Prawoto Jati
Editor: Adnyana Ole

BACA artikel lain dari penulis PETRUS IMAM PRAWOTO JATI

Awas Zombie Medsos!
Pembatasan Media Sosial Kebijakan Tepat, tetapi Bukan Satu-Satunya Solusi
“Brain Rot” pada Anak: Virus Era Digital

Tags: media sosialtiktokwikitok
Previous Post

Fakta-fakta Unik tentang Lovina Festival yang Masuk dalam Karisma Event Nusantara 2025

Next Post

Proyek Membaca “Ronggeng Dukuh Paruk”

Petrus Imam Prawoto Jati

Petrus Imam Prawoto Jati

Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah

Next Post
Proyek Membaca “Ronggeng Dukuh Paruk”

Proyek Membaca “Ronggeng Dukuh Paruk”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more

Waktu Terbaik Mengasuh dan Mengasah Kemampuan Anak: Catatan dari Kakawin Nītiśāstra

by Putu Eka Guna Yasa
May 28, 2025
0
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

DI mata orang tua, seorang anak tetaplah anak kecil yang akan disayanginya sepanjang usia. Dalam kondisi apa pun, orang tua...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co