14 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

MaiKubu di Desa Tigawasa, Menjaga Bambu, Menjalin-Anyam Bambu-bambu

Sonhaji AbdullahbySonhaji Abdullah
February 24, 2025
inKhas
MaiKubu di Desa Tigawasa, Menjaga Bambu, Menjalin-Anyam Bambu-bambu

Menganyam bambu di Mai Kubu, Tigawasa, Buleleng, Bali | Foto: Dian

TERBENTANG luas panorama alam di depan pondok “MaiKubu”, menciptakan satu suasana tenang bagi siapa saja yang datang dan duduk di sana, sambil menganyam bambu. Atau sekadar merenungi hidup—meditasi. Pusing di kota, pergilah ke MaiKubu.

Ada laut terlihat di kejauhan terpandang indah dari ketinggian. Di area dekat, ada rimbun dari macam-macam pohon mengelilingi pondok itu, terutama pohon-pohon bambu yang tumbuh liar. Selain landscape alam yang memanjakan siapa saja, sejuk udara segar juga terhirup di sana.

MaiKubu terletak di Banjar Dinas Dangin Pura, Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Daerah ini merupakan salah satu daerah penghasil bambu di Bali, dan banyak warga yang memanfaatkan itu sebagai kerajinan tangan. Terutama membuat sokasi dan bedeg.

Memandang laut dari Mai Kubu, Tigawasa | Foto: tatkala.co/Son

Komunitas kecil ini memiliki consent di bidang kriya anyaman bambu, sebagai market kecil, atau sebagai distributor para pengrajin. Selain itu, komunitas ini juga memiliki tujuan dalam mengaktivasi kreatifitas—yang lebih segar dalam membuat produk-produk lebih modernis terkait anyaman. MaiKubu menjadi satu alternatif bagi mereka—para pengrajin itu, dalam memperkenalkan produknya ke pasar lebih luas.

Di pondok itu terdapat enam tiang atau sakanem penyangga yang terbuat dari kayu, dan satu bedeg penghalang yang terbuat dari bambu. Di satu bedeg tercantel beberapa tas rajutan yang terbuat dari anyaman bambu. Itu dibuat dari tangan-tangan liat usia para pengrajin.

Di sana, nyaris semua orang memiliki tanaman bambu dan seakan tak pernah habis. Diambil dari tanah yang basah, bambu-bambu itu dimanfaatkan sangat baik oleh warga. Beberapa alat rumah tangga tertata apik di meja yang tampak elegan. Organik.

Anyaman bambu menjadi produk kekinian yang enak dipandang, dan enak juga digunakan. Seperti produk Mekar dan Merta (tempat buah atau kue), Tekep Merta (cover galon/home decor), Tatak Sari (untuk menghidangkan makanan), Dulang Asih (tempat buah), Wadah Dupa, dan Tatak Lumur (alas gelas), dan Bungbung (cover pot). Produk-produk itu dibuat dari bambu buluh yang usianya dua tahun.

Sebuah kandang burung yang terbuat dari bambu masih tergantung di dekat tiang penyangga pondok. Pondok ini menjadi satu perjamuan, segala bentuk, dibuat dari bambu—memanfaatkan alam sekitar. Alam memberi mereka kekayaan udara yang segar, dan tanah yang subur—selain menularkan pikiran yang sehat.

“Kami berasal dari masyarakat yang memanfaatkan bambu sebagai sumber kehidupan. Bagi kami bambu menjadi simbol kesetaraan yang selalu kami butuhkan disetiap harinya,” kata Guntur, pemilik dan pengelola Mai Kubu, Rabu, 19 Februari 2025.

Guntur, atau bernama lengkap I Gede Guntur Juniarta ini, lahir pada 2 Juni 1999. Ia dilahirkan dari keluarga seniman kriya, khusunya di bidang anyaman bambu. Ibunya seorang penganyam, bapaknya juga.

Aktivitas kedua orang tuanya ketika bambu diraut, dianyam, menjadi peristiwa penting bagi penghidupan Guntur dan keluarga.

Produk-produk anyaman bambu Mai Kubu | Foto: tatkala.co/Son

Guntur kuliah di Universitas Brawijaya, Malang, jurusan Teknik Sipil. Di sela Covid-19 di tahun 2020, nyaris semua aktivitas pembelajaran ketika itu memang tidak bisa dilakukan secara langsung.

Sehingga semua mahasiswa di seluruh Indonesia mesti dipulangkan ke kampungnya masing-masing. Guntur pulang. Pembelajaran dilakukan di rumah (Work From Home) secara daring (dalam jaringan).

Bahkan tak hanya itu, perekonomian dunia juga berjalan sudah seperti bajaj mogok. Macet. Sebab mobilitas dibatasi. Semua ruang dibatasi. Tentu kiamat kecil bagi semua usaha, terutama usaha-usaha menengah ke bawah. Ada yang gulung tikar, ada yang masih bertahan dengan kerugian.

Semua orang larut di dalam pengharapan—yang membuat semuanya kembali memikirkan, dan merubah pola hidup secara radikal; untuk hidup lebih minimalis, sederhana, dan dekat dengan alam.

Sehingga kepulangan Guntur saat itu ke rumahnya di Tigawasa menjadi satu kontemplasi yang sangat berarti. MaiKubu, atau yang artinya Ayo Pulang itu, digagasnya sebagai pengingat Guntur dan orang-orang sekitar untuk menjaga tanah kelahirannya.

“MaiKubu adalah sebuah cara kami menjaga dan mengingat tanah kelahiran, Desa Tigawasa,” jelas Guntur.

Sampai di situ, ia juga menjelaskan sesuatu bisa dibangun dari apa yang sudah menjadi kreatifitas sejak dahulu, kenapa tidak dikembangkan? Sehingga tak mesti pergi ke jauh, atau jika pergi ke jauh, jangan lupa pulang. Sebab apa yang sudah disediakan oleh alam di desa, sebenarnya itu lebih dari cukup. Tinggal diolah. Merdekalah.

Siap-siap makan di Mai Kubu | Foto: tatkala.co/Son

Melalui MaiKubu, Guntur memperkenalkan setiap produk yang didapatnya dari pengrajin. Memasarkan setiap produk itu melalui laman media sosial, seperti Instagram. Tentu, selain dari teman ke teman, atawa kawan bantu kawan. Usahanya berjalan lancar di Mai Kubu. Berkujunglah ke laman instagramnya @mai.kubu

Modern Style

Di Tigawasa, para pengrajin kerap membuat produk yang sama seperti gedeg dan sokasi. Guntur masuk di antara yang biasa itu. Ia mengajak beberapa pengrajin untuk bereksperimen—soal ide produk yang lebih kontemporer secara fungsi dan gaya. Tidak hanya berhubungan dengan spiritual.

Ada beberapa produk yang dikenalkan oleh Guntur untuk bisa bekerja sama dengan beberapa pengrajin di sana walaupun tidak banyak. Sebab, katanya. Masih banyak yang tidak mau bereksperimen terkait bentuk.

“Barangkali takut rugi,” kata Guntur.

Bermula dari workshop kecil di awal tahun 2020 bersama beberapa pengrajin untuk membuat produk yang tak biasa mereka buat, langkah itu disambut baik oleh sebagian warga dan seniman setempat, juga anak mudanya yang seumuran. Selain itu, ia juga selalu menyempatkan diri untuk melibatkan komunitas kolektif.

Produk-produk anyaman bambu Mai Kubu | Foto: tatkala.co/Son

Dari kegiatan itu beberapa pengrajin terilhami untuk mengembangkan ide. Soal teknik, katanya, tetap sama, hanya perlu penyesuaian. Dan kegiatan workshop yang diselenggarakan oleh Mai Kubu masih berjalan hingga sekarang. Bambu, benar-benar dibumikan secara fungsi, dan filosofis.

“Bagi kami bambu menjadi simbol kesetaraan yang selalu kami butuhkan disetiap langkah keseharian,” kata Guntur.

Pula, MaiKubu sebagai sebuah market kecil, yang menampung beberapa produk dari pengrajin, memberikan satu perbedaan yang kontras dengan para tengkulak—yang biasa mengambil produk di sana. Yaitu dari segi harga dan memberi pemahaman terkait bisnis kepada si pembuat.

“Tapi di sini, saya berusaha sebisa mungkin untuk tidak seperti tengkulak,” kata Guntur.

Perhatian Guntur terhadap pengrajin cukup besar. Terkadang, katanya. Para pengrajin itu tidak mau melakukan percobaan, tentu, karena mereka takut rugi dan lain sebagainya. Selain itu permasalahan mereka juga terkadang tidak mau memberi harga dari produknya sendiri dengan percaya diri, selalu mengandalkan harga pasar. Sehingga tidak konsisten.

Padahal, itu adalah karya seni. Mereka bisa memberi harga semuanya, atau disesuikan dengan ongkos produksinya minimal. Terkadang, mereka, lebih banyak ruginya karena luput dari perhitungan sebuah bisnis.

Dan, MaiKubu membantu mereka untuk kembali memikirkan dari biaya pembuatan hingga jasa, dan lain sebagainya—agar produk mereka dibayar secara layak. Karena acap kali produk mereka dibeli oleh beberapa pengepul justru tidak sesuai dengan hitungan ongkos produksi mereka.

Guntur (paling kanan) di antara pohon bambu | Foto: tatkala.co/Son

Tapi lelaki itu juga mengakui, MaiKubu bukan berarti menjadi solusi satu-satunya yang hadir agar para penganyam bisa sejahtera. Tetapi bagaimana kesadaran ditebar, adalah salah satu perjuangan MaiKubu sendiri di Desa Tigawasa.

Di belakang pondok milik Guntur, naik ke atas sedikit—dengan tanah yang basa. Suara gesekan bambu terdengar nyaring. Witari, salah satu pengrajin di desa itu, masih bergelut untuk memperhalus bambu berukuran satu meter di tangannya dengan alat semacam parang yang sedikit melengkung di bangsal miliknya (tempat produksi).

Bambu itu akan dijadikannya sebagai bahan baku pembuatan sokasi (tempat menyimpan banten atau nasi).

“Satu hari bisa seratus bambu saya kerik, dari jam 10 sampe jam 5 sore. Saya juga bikin ulatannya, (lembara bambu) untuk dibuatkan sokasi,” kata Witari.

Perempuan itu tak hanya membuat sokasi atau bedeg sekarang, ia juga membuat tas. Guntur biasa membelinya jika orderan cukup banyak. Jika ada projekan besar, perempuan itu sering dilibatkan untuk memenuhi beberapa permintaan si pemesan. Tentu dengan harga setimpal.

Ide segar dan eksperiman dari beberapa pengrajin, seperti Witari, adalah buah hasil dari kesadaran yang sudah teranyam melalui workshop. Semoga ada banyak yang terlibat, dan yang memesan. Maka, sejahteralah para pengrajin. Ya, semoga.

Rencana ke depan, MaiKubu akan menggagas konsep sebuah workshop di sekitar ladangnya yang tak jauh dari pondok itu, dengan sebuah tour edukatif. Pergi ke ladang bambu untuk memperlihatkan, bagaimana bambu memberikan kesegaran udara. Menguatkan tanah dan rumah.

Tentu selain akan menikmati alam, di tempat itu, juga memberikan refleksi yang kuat soal kebatinan; jaga bambu, anyam bambu.

Biar tambah lancar usaha—dalam membantu warga, Bli Guntur  gak mau berharap ke Pemerintah?

“Gak mau berharap. Gelap!” tutup Guntur humor. [T]

Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Adnyana Ole

  • BACA JUGA:
Zainul Qiram, Kuliah di Undiksha, Nongkrong plus Jualan Tahu Walik di Tepi Jalan Singaraja
Book Café Halaman Belakang di Singaraja — Cocok untuk Baca Buku, juga Main Game di Toilet
Pengalaman Nyeni, Cinta yang Nyeri | Cerita Mizanul Hak, Seniman Lombok di Singaraja
Tags: bulelengDesa TigawasaKerajinan BambuMai Kubu Tigawasa
Previous Post

Meningkatnya Individualism yang Mengalahkan Nilai Komunalisme Arsitektur di Bali Hari Ini

Next Post

Nadi Campuhan: Sebuah Tarpana Kelangon

Sonhaji Abdullah

Sonhaji Abdullah

Kontributor tatkala.co

Next Post
Nadi Campuhan: Sebuah Tarpana Kelangon

Nadi Campuhan: Sebuah Tarpana Kelangon

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co