22 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“The Baduy Warrior”: Pejuang Suku Baduy

Asep KurniabyAsep Kurnia
February 4, 2025
inEsai
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

Asep Kurnia

SUNGGUH berat bagi siapa pun memilih, menggelari dan menetapkan seseorang menjadi sosok “Pejuang”, karena kata pejuang memberi image sosok manusia terpilih yang memiliki kualitas di atas rata-rata manusia lainnya. Berbagai kriteria harus dapat dibuktikan dan terbukti ada pada diri orang yang kita gelari sebagai pejuang, pun demikian harus ada fakta kekaryaan yang bisa dirasakan oleh orang banyak.

Artinya, jika kita berani memberikan gelar sebagai pejuang pada personal tertentu harus ada dalil dan argumentasi yang mengiringinya sehingga penetapan kita menggelari seseorang jadi sosok pejuang tidak terbantahkan dan diakui keberadaannya. Ingat loh, budaya di negeri kita menggelari seorang pejuang harus tercatat di lembaga resmi yang ditetapkan pemerintah, bahkan harus ada nomor surat penetapannya dan segala embel-embel syarat dan administrasi lainnya. Bahasa pendek penulis pejuang itu harus tersertifikasi.

Menurut kamus , pejuang adalah orang yang berjuang untuk membela kebenaran atau kepentingan orang lain. Pejuang biasanya memiliki keberanian dan rela mengobankan apa yang dimilikinya baik tenaga, pikiran, harta bahkan jiwa. Pejuang selalu bahagia tatkala berhasil mengurangi kesulitan atau penderitaan sesama, memberi manfaat bagi orang banyak, bisa membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi seseorang atau kelompok.

 Biasanya para pejuang dalam bidang apa pun selalu tampil di depan tanpa dorongan orang lain.  Pejuang biasanya tidak peduli apakah pada akhirnya akan memperoleh sesuatu atau tidak, kesenangan dan kebahagian pejuang adalah ketika dirinya bisa berprilaku berjuang untuk kepentingan orang banyak.

Dengan membaca berbagai ciri dan kejiwaan seorang pejuang di atas, maka kita dan siapa pun boleh menggelari seseorang sebagai sosok pejuang , dan tidak harus selalu tercatat terlebih dulu atau minta persetujuan lembaga khusus yang bertugas memberi gelar pejuang. Penulis pun sepakat dan sejalan dengan penjelasan tentang siapa pejuang itu. Maka dengan argumentasi di atas,  penulis diperbolehkan  atau memiliki kewenangan juga untuk memberi gelar pejuang kepada orang-orang sepanjang personal tersebut memiliki ciri-ciri dan kriteria sebagaimana narasi di atas.

Melalui tulisan ini, penulis mohon izin untuk ikut berpartisipasi menggelari beberapa orang yang menurut penilaian dan  kajian secara khusus penulis mereka memiliki jiwa peduli, responsif, bertanggungjawab dan  berkelanjutan dalam memperhatikan dan membantu menjaga eksistensi dan keajegan keberadaan suku Baduy yang luput dari sorotan kamera lembaga khusus pemberi gelar pejuang. Tentunya pemilihan dan penentuan sosok para pejuang suku Baduy yang penulis sejarahahkan ini bersifat tentatif dalam artian bisa disanggah oleh siapa pun dengan versi yang tentunya berbeda.

Penggelaran dan penunjukan pejuang ini adalah versi khusus dari penulis yang dibatasi pada tiga klaster yaitu :  Pejuang Akademis Suku Baduy , Pejuang Sosial Kemanusiaan Suku Baduy dan Pejuang Kesehatan Suku Baduy atas dasar data konkret (dapat dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan) yang penulis miliki dan kumpulkan selama 30 tahun ( 1995-2025).

Pejuang Akademisi Baduy

Terminologi Pejuang Akademisi mungkin barang baru dalam dunia ilmu pengetahuan dan informasi, karena belum terdefinisikan secara sah dan meyakinkan. Oleh karennya bila diksi Pejuang Akademisi yang saya munculkan di artikel ini dirasakan rancu dan kurang tepat atau kurang serasi , maka dengan senang hati penulis menerima saran atau koreksi jitu dari para ahli ketatabahasaan yang sifatnya memperlengkapi dan menyempurnakan makna atau definisinya.

Agar tidak terlalu bias pemaknaan diksi termaksud, penulis mencoba membawa arah pikiran pembaca pada pengertian akademisi yang dikutip dari Wikipedia bahwa “akademikus atau akademisi adalah istilah umum yang merujuk kepada seseorang yang berpendidikan tinggi, atau intelektual, atau seseorang yang menekuni profesi sebagai pengajar dan guru besar di perguruan tinggi.”  Pengertian lain dari kata ini adalah anggota suatu akademi.

Ilmuwan, peneliti, cendekiawan, dan para ahli biasanya juga disebut akademikus, meskipun tidak bekerja di perguruan tinggi. Dengan berpatokan pada pengertian di atas, maka batasan Pejuang Akademisi Baduy dapat diartikan :  “ seseorang atau siapa pun  yang berjuang secara akademisi demi dan untuk kemajuan suku Baduy, tetapi tetap menjaga eksistensi ke-Baduy-annya.

Baduy yang dulu ( 30 tahun ke belakang ) masih dikatagorikan satu suku yang lengket dengan ketaatan keteguhan melaksanakan hukum adat (tradisi buyut pamali), menghindari dan mengasingkan diri dari pergaulan hidup modern dengan berpegang teguh pada pola hidup sederhana dan lama tidak bersentuhan atau berinteraksi secara terbuka. Namun di kekinian katagori tersebut sudah mulai berubah atau bergeser hampir 180 derajat menuju hidup sejahtera, lebih bermartabat, interaktif dan komunikatif, bahkan melek dengan berbagai pengadopsian pola-pola hidup modern. Perkembangan dan perubahan tersebut sepengetahuan penulis  terjadi sebagai akibat dari keinginan masyarakat Baduy itu sendiri yang dipengaruhi oleh para pemengaruh yang peduli terhadap keberadaan suku Baduy.

Pemengaruh  yang penulis khususkan adalah para akademisi yang penulis kenali dan berkonsentrasi mengkaji, meneliti, dan menggali berbagai aspek kehidupan di suku Baduy yang mengkaji kondisi strata dan pola sosial , ekonomi , budaya , politik, kebutuhan dan kesejahteraan, kesehatan, pendidikan. Termasuk mengkaji bidang hukum adat , geografis dan demografi serta aspek lainnya.

 Lebih penulis persempit dan batasi lagi pada sosok  peneliti dan pengkaji suku Baduy yang berkelanjutan menerapkan hasil kajiannya di kehidupan mereka atau dengan kata lain come back again ke Baduy. Sehingga kebermanfaatan hasil kajiannya dirasakan oleh suku Baduy, tidak hanya sebatas meneliti dan langsung menghilang (tilem ) dari pandangan masyarakat Baduy. 

Berbicara tentang para researcher Baduy, penulis tidak bisa menghitung dan memerinci berapa banyak dan siapa saja serta objek yang ditelitinya apa, apalagi jika menggali siapa saja para peneliti terdahulu Baduy.  Penulis hanya berkesempatan mencatat para peneliti yang dikenal dan dikenang oleh masyarakat Baduy dan selalu ditanyakan keberadannya, bahkan dinantikan kedatangannya. Banyak peneliti Baduy, tetapi hilang tak berkesan di mata masyarakat Baduy, karena penelitiannya hanya diperuntukkan bagi kebutuhan dirinya dalam hal menaikan pangkatnya.

Lalu, siapakah akademisi atau researcher yang selalu ada di hati mereka, dikenang mereka  dan selalu menjadi buah bibir mereka sekaligus selalu dinanti  kedatangannya ? Mereka penulis juluki dan diistilahkan sebagai  “Lima Pemerhati Handal Etnis Baduy” (The Five Reliable Observer of  Ethnic Baduy ) yaitu : Prof Ahmad Sihabudin, Prof Imam B. Prasodjo, Prof. Retty Isnendes , Prof. Fadli, dan the big Profesor ayahanda Prof Yudhistira K Garna.  Ini adalah guru besar-guru besar yang berhasil menancapkan dan memberi cinderamata kekaryaannya untuk masyarakat Baduy sesuai dengan spesifikasi keahliannya dengan berbagai kajiannya yang sangat bermanfaat dan berguna terhadap proses meningkatkan derajat kehidupan warga Baduy dan problem solving bagaimana mempertahankan keajegan suku Baduy.

Kiprah Akademisi di Tanah Ulayat Baduy

Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si

Sosok ini ketika di klik di jagat internet pasti profilnya muncul dengan seabreg prestasi akademik serta jabatan juga pengalaman berharganya. Beliau adalah orang yang sangat konsen melakukan kajian ilmiah dan selalu dimuat di jurnal-jurnal terkenal, plus rajin menulis artikel yang diterbitkan atau di-publish di berbagai media cetak dan elektonik.

Jika tentang ketokohan (figure) beliau semuanya ditulis di artikel ini terus terang penulis kesulitan untuk menempatkannya. Maka demi keefisienan dan keefektifan penulis mohon izin untuk menulis ulang atau meringkas profil serta coretan peristiwa ( experience ) Profesor yang ada keterkaitan dan hubungannya dengan komunitas adat Baduy.

Beliau adalah asli anak Banten, lahir di Kota Serang, 4 juli 1965 adalah Guru Besar Ilmu Komunikasi Lintas Budaya pada jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Di lingkungan akademik beliau lebih akrab dengan sapaan Prof. Sihab. Sampai saat ini sudah mencetak atau melahirkan 21 Doktor Ilmu Komunikasi dan menjadi Ketua Promotor dan Co Promotor di Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta, Universitas Padjadjaran Bandung, dan di Institut Pertanian Bogor. Dua dari ketiga perguruan tinggi tersebut adalah tempat dibesarkannya beliau meraih titel akademik  S2 dan S3, Sarjana komunikasinya diraih tahun 1989 di FIKOM (IISIP) Jakarta d/h Sekolah Tinggi Publistik.

Prof Sihab adalah satu dari beberapa Guru Besar yang begitu konsen melakukan penelitian pada masyarakat komunitas adat terpencil wabil khusus pada KAT (Komunitas Adat Terpencil) Baduy dan kasepuhan Cisungsang Banten Pakidulan. Ada 10 buku ber-ISBN karya beliau yang terdokumentasikan secara rapi dari hasil kajiannya dan sudah resmi diterbitkan. 

Ada 2 buku khusus membahas tentang Baduy, dan 2 buku tentang kasepuhan Cisungsang. Buku “Saatnya Baduy Bicara” adalah buku yang mengantarkan beliau jadi popular sebagai pakar etnis Baduy, karena buku tersebut memaparkan  originalitas aspek-aspek kehidupan etnis Baduy yang dihimpun dari narasumber primer (tokoh adat terkemuka Baduy). Tentunya didukung oleh disertasinya yang berjudul “Persepsi Komunitas Adat Baduy Luar Terhadap Keluarga di Kabupaten Lebak Provinsi Banten” yang kemudian dijadikan buku berjudul “ Kebutuhan Keluarga Komunitas Adat Baduy”. 

Di catatan penulis masih ada 3 karya tulis ilmiah yang membahas Baduy, dan 4 penelitian khusus tentang Baduy. Prof Sihab ini adalah betul-betul akademisi tulen suku Baduy . Beliau menginjakkan kaki sebagai peneliti Baduy dan berkiprah sebagai pemerhati juga peduliwan Baduy mulai dari tahun 2005 – sekarang (non stop selama 20 tahun). Dengan narasi yang dipaparkan di atas, penulis menunjukkan dan membuktikan alasan konkret, bahwa pak Sihab memiliki kepantasan dijuluki salah seorang “Pejuang Akademisi Baduy”.

Coretan peristiwa beliau di Baduy tidak hanya sebagai  akademisi saja, ia juga merangkap sebagai peduliwan Baduy yang selalu tampil memberi bantuan-bantuan kemanusiaan terkait dengan kebutuhan sebagai mana tertuang di disertasinya.

Tak terhitung mendatangkan bantuan sosial tatkala ada kejadian musibah di Baduy. Menggandeng perusahaan, yayasan, pejabat dan pengusaha untuk memberi bantuan melalui CSR-nya adalah hal yang rutin ia lakukan. Bersama Prof Iman Prasodjo, KOAPGI, pengusaha Tanjung Lesung memprakarsai bantuan tanah untuk Baduy Dalam Cibeo. Banyak sekali  bantuan sembako secara pribadi kepada warga-warga Baduy dan tindakan kemanusiaan lainnya. Action-action tanpa pamrih Itulah yang membuat beliau semakin dikenal,  dicintai dan dikenang oleh baduy.

Ada 2 Catatan unik dan istimewa beliau selama berkiprah di Baduy :

1. Beliau satu- satunya peneliti yang dicatat dan diakui bahkan direstui oleh ketiga ke-puun-an. Ia bersama penulis satu-satunya tamu khusus (researcher) yang diperkenankan melihat menyaksikan acara sunatan masal di tiga kampung Baduy Dalam selama satu hari , pagi di Cikeusik,  siang di Cikartawana dan sore di Cibeo.  Padahal menurut hukum adat mereka kejadian itu dianggap tidak lazim.

2.  Beliau bersama penulis adalah satu-satunya penulis buku Baduy yang acara launching bukunya dibuka oleh Prof Imam Prasodjo dan disaksikan langsung oleh tiga Jaro Tangtu  sebagai  pemuka adat tertinggi pada acara “Book Fair Indonesia” di GOR Senajan Jakarta dan langsung menyampaikan buku “Saatnya Baduy Bicara” ke Presiden SBY ( Susilo Bambang Yudoyono) di Cikeas.

Sampai saat ini beliau tetap setia membersamai Baduy dengan berbagai ragam kajian akademis serta kepedulian sosialnya. Semoga interest-nya beliau terhadap KAT Baduy tidak pernah memudar. Amien. Simak tokoh lainnya di episode berikutnya. [T]

Penulis: Asep Kurnia
Editor: Adnyana Ole

  • BACA esai-esai tentangBADUY
  • BACA esai-esai lain dari penulisASEP KURNIA
Para Pejuang dan Pengabdi Suku Baduy
Sekilas Informasi Wisata Saba Budaya Baduy
Efek Intensitas Wisatawan Saba Budaya Baduy
Kalender Adat dan ”Kolenjer” — [Bagian 1]: Panduan Kehidupan Etnis Baduy
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”
Tags: masyarakat adatProvinsi BantenSuku Baduy
Previous Post

Yang Tersisa Dibuat Abadi: Patung Trenggiling Sunda Karya Ketut Putrayasa di Singapura

Next Post

Meisya Ariasthi Juara Nyurat Aksara — Inilah Para Juara Bulan Bahasa Bali di Buleleng …

Asep Kurnia

Asep Kurnia

Pemerhati Baduy, tinggal di tapal batas Baduy

Next Post
Meisya Ariasthi Juara Nyurat Aksara — Inilah Para Juara Bulan Bahasa Bali di Buleleng …

Meisya Ariasthi Juara Nyurat Aksara -- Inilah Para Juara Bulan Bahasa Bali di Buleleng …

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

HP Android dan Antisipasi Malapetaka Moral di Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 21, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

DALAM beberapa tulisan yang pernah saya publikasikan, kurang lebih sepuluh tahun lalu saya sudah memperkirakan bahwa seketat dan setegas apa...

Read more

Mari Kita Jaga Nusantara Tenteram Kerta Raharja

by Ahmad Sihabudin
May 20, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Lestari alamku, lestari desaku, Di mana Tuhanku menitipkan aku. Nyanyi bocah-bocah di kala purnama. Nyanyikan pujaan untuk nusa, Damai saudaraku,...

Read more

PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

by Putu Eka Guna Yasa
May 20, 2025
0
PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

MERESPON meluasnya cabang ormas nasional yang lekat dengan citra premanisme di Bali, ribuan pacalang (sering ditulis pecalang) berkumpul di kawasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum
Pameran

Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum

DALAM rangka memperingati 109 tahun hari kelahiran almarhum perupa Arie Smit, digelar pameran murid-muridnya yang tergabung dalam penggayaan Young Artist....

by Nyoman Budarsana
May 21, 2025
I Made Adnyana, Dagang Godoh Itu Kini Bergelar Doktor
Persona

I Made Adnyana, Dagang Godoh Itu Kini Bergelar Doktor

“Nu medagang godoh?” KETIKA awal-awal pindah ke Denpasar, setiap pulang kampung, pertanyaan bernada mengejek itu kerap dilontarkan orang-orang kepada I...

by Dede Putra Wiguna
May 21, 2025
Ubud Food Festival 2025 Merayakan Potensi Lokal: Made Masak dan Bili Wirawan Siapkan Kejutan
Panggung

Ubud Food Festival 2025 Merayakan Potensi Lokal: Made Masak dan Bili Wirawan Siapkan Kejutan

CHEF lokal Bali Made Masak dan ahli koktail Indonesia Bili Wirawan akan membuat kejutan di ajang Ubud Food Festival 2025....

by Nyoman Budarsana
May 20, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co