18 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Laut Kita: Citra Sastra dan Sikap Penguasa-Pengusaha dalam Realita

Putu Eka Guna YasabyPutu Eka Guna Yasa
February 3, 2025
inEsai
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

Putu Eka Guna Yasa

DARI hulu masa lalu hingga hilir masa kini, teks-teks sastra tidak hanya mewartakan laut sebagai sumber amreta ‘air suci kehidupan’. Dalam pustaka Yadu Parwa, keganasan laut bahkan dilukiskan dapat menenggelamkan satu negeri bernama Dwarawati. Situasi ini mirip seperti Tsunami yang juga meululuhlantahkan wilayah Aceh. Tidak hanya itu, menyimak pustaka Rogha Sanghara Bumi kita diingatkan bahwa laut memiliki potensi destruktif sakala-niskala. Sebab, pada bulan-bulan tertentu laut diyakini sumber penebar penyakit.  Sementara itu, melalui Kakawin Ramayana kita juga diberitahu bahwa laut juga tidak pernah luput dari kemelut. 

Kakawin Rāmāyana

Salah satu fragmen mengenai laut muncul ketika Rama bermaksud menyeberang menuju negeri Alengka. Rama yang telah lama berpisah dengan Sita, tak kuasa lagi menahan panah rindu yang telah ditancapkan oleh Dewa Kama. Dengan meminta bantuan kepada pasukan kera di bawah pimpinan Sugriwa, Raja Ayodya yang sedang mengalami pengasingan tersebut siap berperang dengan Rawana yang beristana di negeri Alengka. Hanoman yang telah diutus menjadi mata-mata Rama pun telah berhasil mencatat peta kerajaan Alengka di dalam pikirannya. Yang terpenting tentu tempat Dewi Sita disekap, yaitu di Taman Angsoka.

Rama yang gelap hatinya tanpa sinar cinta Sita ingin segera berperang melawan Rawana. Oleh sebab itu, laut yang membentang dihadapannya lebih dirasakannya sebagai pemisah, tinimbang penghubung. Memang demikian kata orang bijaksana, rindu asmara dan kasih sayang itu melahirkan duka cita ‘ikanang unĕng lawan asih maweh ilik’. Duka cita itu pulalah yang menyebabkan Rama lebih dominan dikuasai oleh sisi kemanusiaannya daripada sifat Wisnu yang sesungguhnya juga bersemayam di dalam dirinya. Rama marah kepada laut, karena laut juga dikiranya bersekongkol dengan Rawana untuk menghalangi dirinya untuk bertemu Sita. Kemarahan yang kuat menyebabkan Rama memutuskan untuk mengeringkan laut dengan panah apinya. 

Seluruh dunia bergetar ketika Rama mulai membentangkan panahnya. Laut bergemuruh kencang ketika panah api (astra bahni) tersebut dilepaskan. Laut terbelah, sedangkan ikan-ikan yang hidup di dalamnya menjadi kepanasan. Pengarang Kakawin Rāmāyana yang dalam tradisi Bali diyakini sebagai seseorang dengan kaliber Yogiswara ini dengan sangat mengagumkan menjelaskan kehidupan di laut yang tengah kepanasan. Ikan pesut, lumba-lumba, udang, penyu, kepiting, ikan layang-layang, ubur-ubur, dan lainnya seperti dimasak hidup-hidup di sebuah tempayan besar lautan. 

Bara api yang ada di ujung panah Rama itu ternyata sampai menebus lapisan dunia bawah atau sapta patala.  Hal itu menyebabkan Naga Basukih yang menghuni lapisan-lapisan tanah kepanasan lalu muncul ke permukaan. Menyadari hal itu, Dewa Baruna sebagai dewa laut bergegas ke permukaan untuk bertemu dengan Rama. Pada momentum inilah Baruna menyampaikan pesan penting untuk menjaga laut kepada Rama sebagai reinkarnasi Wisnu di dunia sekaligus pemimpin jagat. Baruna berpesan agar laut dan isinya senantiasa dijaga dengan ungkapan “He natha wyartha den ta haru hara umanah wwai ning jaladhi, sakweh ning rāt gawen tekana kita mangĕmit “wahai Raja, engkau tidak boleh membuat kekacauan dengan memanah air laut, [sebab] engkau adalah pencipta seluruh dunia, engkau juga yang wajib menjaganya”.   

Kembali menyadari hakikat dirinya, Rama kemudian memutuskan untuk mengikuti saran Baruna untuk menarik anak panahnya. Ia tidak lagi menggunakan cara pragmatis untuk sampai di Alengka. Ia mengurungkan keinginannya mengeringkan laut. Rama sadar bahwa dirinya adalah perwujudan Wisnu yang tidak berbeda dengan alir air termasuk laut ketika merawat kehidupan. Dengan kerja keras, ia bahu-membahu bersama pasukan kera untuk membangun jembatan dengan bebatuan yang dikumpulkan dari pegunungan. Meskipun Rama mampu mengeringkan laut untuk menyeberangkan pasukan kera agar dengan cepat sampai ke Alengka demi memperjuangkan cintanya, tetapi ia telah disadarkan Baruna. Hanya atas nama cinta dan kehidupan pribadinya, Rama merasa tidak boleh mematikan begitu banyak kehidupan. 

Berbeda dengan Realita

Itulah citra hubungan laut dengan seorang pemimpin arif bernama Rama dalam Kakawin Rāmāyana. Rama sadar bahwa laut adalah perwujudan dirinya di alam semesta yang harus dijaga beserta isinya. Di sisi lain, Sita sendiripun pasti tidak akan rela apabila ia diselamatkan dengan cara-cara yang bertentangan dengan nilai-nilai kesemestaan. Sebab, Rama adalah Wisnu yang berwujud air, sedangkan Sita adalah Sri yang berwujud tanah. Pertemuan keduanya menjadi muasal kehidupan.

Berbeda dengan kisah Rama dan Sita, hari ini dalam realita kita melihat bahwa laut di sebagian wilayah Indonesia tengah digadaikan oleh koalisi penguasa dan pengusaha. Laut dengan pagar bambu misteri di Tanggerang sepanjang 30 km belum ditemukan siapa pelaku di baliknya. Sementara di sisi lain, sertifikat hak guna bangunannya telah terbit dari otoritas pemerintah. Mereka berkilah bahwa pagar itu sebagai sarana mencegah abrasi sebagai alasan untuk membungkus kebusukannya.

Di Bali sendiri, tempat karya sastra Kakawin Ramayana disenandungkan hingga hari ini, perusakan laut terus terjadi. Pulau Serangan yang mungil dan memesona (sirangen) telah dikuasai pengusaha. Dengan alasan pengembangan wilayah tertinggal, kemudahan akses, dan kemajuan ekonomi, pulau yang dikenal sebagai stana Pura Sakenan itu direklamasi. Sembari menunggu tanah urug mengental dan siap dibanguni berbagai resort, villa, hotel dan akomodasi wisata lainnya, mereka  mulai memagari laut dari aktivitas nelayan dengan alasan keamanan. Masyarakat lokal dibuat semakin tak berdaya akibat penetapan kawasan itu sebagai KEK atau Kawasan Ekonomi Nasional. Dengan menasionalkan statusnya, tentu pihak pemerintah lokal tidak bisa berbuat banyak. Apalagi hanya suara-suara nelayan.

Kita belum tahu pasti bagaimana arus bawah laut ketika satu pulau diperluas sehingga berubah dari bentuk alaminya selama beratus-ratus tahun dalam keseimbangan. Meski demikian, dari sastra kita tahu pasti bahwa alam dan laut memiliki cara kerjanya sendiri. Yadhu Parwa dengan terang menarasikan bahwa laut bisa membuncah lebih tinggi dari bayangan, bahkan menenggelamkan satu pulau atau kerajaan. Apa yang menyebabkan laut demikian murka? Tiada lain dari kutukan Gandari yang kehilangan seratus putranya. Semoga rintik tangis ibu nelayan yang kehilangan mata pencaharian dan ibu dari ikan-ikan yang kehilangan tempat hidupnya tidak meluapkan laut seperti dalam Yadhu Parwa! [T]

Penulis: Putu Eka Guna Yasa
Editor: Adnyana Ole

BACA artikel lain dari penulis PUTU EKA GUNA YASA

Dhyāna Paramitha: Laku Asih pada Semesta dalam Jinārthi Prakrĕti
“Kandapat” dan Alasan Memuja Leluhur: Catatan dari Geguritan Japatuan
Perlindungan Sastra untuk Kekerasan Terhadap Anak: Catatan dari Pustaka Adiparwa

Dari Ujung Lidah sampai Ujung Pangrupak: Membaca Saraswati sebagai Momentum Literasi

Jelajah Sungai dalam Sastra dan Sarira
Tags: filosofi baliKakawin Ramayanalautrenungansastra bali klasik
Previous Post

Tirtayatra Toska Se-Delod Ceking : Pura Goa Gong

Next Post

Lirik Dangdut, Bahasa, Bangsa

Putu Eka Guna Yasa

Putu Eka Guna Yasa

Pembaca lontar, dosen FIB Unud, aktivitis BASAbali Wiki

Next Post
Lirik Dangdut, Bahasa, Bangsa

Lirik Dangdut, Bahasa, Bangsa

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Yang Kecil, Yang Tak Selesai Dirasakan

by Emi Suy
June 18, 2025
0
Yang Kecil, Yang Tak Selesai Dirasakan

Di dunia yang riuh oleh teriakan, ambisi besar, dan citra-citra agung, kita sering kali lupa bahwa sesuatu yang kecil bisa...

Read more

Manusia Toksin: Menelan Fitnah Menolak Fakta

by Ahmad Sihabudin
June 18, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya. Merendahkan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya. .- Gus Dur., Drama ijazah palsu yang terus...

Read more

“Manusia Tikus”, Gen Z yang Terjebak di Kolong Kasur

by Petrus Imam Prawoto Jati
June 17, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

ADA satu istilah yang lagi rame di China sana, shǔ rén alias “manusia tikus”. Bagi sidang pembaca yang belum tahu,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan 

Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan

June 16, 2025
Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

June 15, 2025
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Bicara-bicara Atas Nama Air di Desa Panji Buleleng
Khas

Bicara-bicara Atas Nama Air di Desa Panji Buleleng

MENJAGA hutan desa, tidak cukup dengan hanya berkoar—atau mengajak sesama mari menjaga hutan dan air; untuk hidup yang sedang berlangsung,...

by Sonhaji Abdullah
June 17, 2025
Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025
Khas

Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025

TIDAK ada Petruk dalam Drama Gong Banyuning, Singaraja, yang bakal pentas di Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025. Tentu saja. Yang...

by Komang Puja Savitri
June 16, 2025
Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja
Persona

Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja

SETIAP Minggu pagi, Taman Kota Singaraja menjelma menjadi panggung kecil bagi berbagai aktivitas. Ada anak-anak berlarian, ibu-ibu berbincang sambil menemani...

by Arix Wahyudhi Jana Putra
June 16, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

June 15, 2025
Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

June 15, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co