PEMINAT dalam permainan kostum (cosplay) tidak pernah berkurang. Hal itu terus bertambah sebagaimana dunia kreatif pada film anime, game dan atau tokusatsu dari Negeri Samurai yang selalu upgrade dan senantiasa mendapatkan peminatnya. Salah satu perkembangan yang menarik tampak pada Komunitas Encore Alastair di Singaraja, Buleleng.
Berawal dari menonton anime dan bermain game, sebuah fantasi untuk menjadi sesosok karakter idaman—para Wibu mengekspresikan dirinya melalui event cosplay. Salah satunya seperti pada cosplayer Eka Prabawa, ia sejak siang merias dirinya menjadi karakter Vergil—atau manusia setengah iblis dari Game Devil.
Pedang samurai telah diponggoknya cukup panjang. Serem. Apalagi dengan wajahnya yang seperti pelit senyum, lelaki itu cukup misterius dipandang. Sesekali berbicara dan membuka samurainya gagah ketika melayani pengunjung meminta berfoto. Di sana, Eka tak sendiri, ia bersama para pencinta tokusatsu lainnya di acara Cosu Toori III.
Acara itu digelar oleh Komunitas Encore Alastair pada Minggu, 12 Januari 2025, di Krisna Beachstreet Pantai Panimbangan. Komunitas Encore Alastair merupakan komunitas pencinta pada permainan kostum atau penghoby cosplay. Dan acara itu merupakan hari anniversary mereka yang kedua.
Banyak orang hadir ditempat acara dengan kostum bermacam-macam, yang tentunya sangat totalitas. Selain mereka membawakan karakter anime yang disukai, mereka juga sekaligus menjadi sosoknya.
Ada karakter Raven dari Kartun Teen Titans, Gawr Gura, Ellen Joe dari Game ZZZ, kemudian Okarun Yokai Mode dari Anime Dandadan, Vergil dari Game Devil May Cry, Hutao dari Game Genshin Impact, March 7th Honkai star rail, Kafu Chino Order A Rabbit dan masih banyak lagi.
Pada sesi coswalk competition, tiap-tiap cosplayer menampilkan gaya dari masing-masing karakter di atas panggung. Tentu, kostum dan cara mereka berjalan menjadi satu penilaian para juri. Ada tiga juri yang menjadi tim penilai, yaitu Shia Kanaa, Ajik Neko dan Nonaruna. Selain itu, mereka juga menjadi tim penilai fanart competition di waktu yang sama.
Sebelum acara dimulai, di areal kafe, beberapa orang tampak sedang merias dirinya dengan make up. Sementara yang lain—duduk di meja kopi sambil ngobrol dengan teman baru atau teman lama membicarakan seputar dunia anime. Tentu, di samping para pengunjung melakukan swafoto dengan para cosplayer idaman di luar ruangan.
Sore itu, cukup menggembirakan sekaligus mengharukan, karena bersamaan dengan pengumuman hiatusnya encore di malam hari.
“Kita selalu mengadakan tiap tahun di bulan Januari. Tujuannya selain mengadakan perayaan anniversary, kami juga mengumumkan bahwa encore hiatus dalam jangka waktu yang belum ditentukan,” kata Nonaruna, ketua pelaksana kegiatan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan hiatusnya encore karena disebabkan kesibukan dari masing-masing anggota yang kian massif, sehingga terjadi jarak komunikasi kurang intens akhir-akhir ini. Sejak itulah encor diputuskan untuk hiatus dulu. Nyambi mencari ide-ide segar di sela menjeda.
Tetapi walaupun demikian, perhatian mereka satu sama lain pada dunia kostum tidak saling melepas diri. Di bulan April mendatang, komunitas encore akan lebih fokus untuk acara kompetisi cosplay tingkat nasional di samping hiatus dirinya pada beberapa event nantinya.
Di sana, komunitas encore menjadi salah satu rekan pengada dalam acara kompetisi cosplay tingkat nasional untuk penyisihan region. “Kita ingin fokus ke sana dulu,” kata Runa. Semoga berhasil.
Cosplay, Dunia Kreatif Anak Muda—Yang Bisa Menghasilkan Cuan. Bisa Saja!
Dunia kostum, tidak menutup kemungkinan akan menjadi satu aktifitas yang bisa menjangkiti sel kreatif pada anak muda. Tentu, akan membawa cuan bagi mereka yang bisa dan mau berbisnis. Seperti pada cerita Alishia Eka (Shia Kanaa), Cosplayer asal Kediri, Jawa Timur.
Shia Kana—atau bernama asli Alishia Eka, ia adalah seorang cosplayer yang menjadi guest star di acara ini. Cerita Shia cukup menginspirasi para cosplayer lain di sana, bagaimana katanya, dunia kostum atau coplay itu sendiri merupakan dunia yang menyenangkan. Ada kreatifitas dan imajinasi yang ditumpahkan di sana. dan itu, bisa saja menghasilkan cuan jika pandai melihat peluang.
“Kalau nyemplung di dunia cosplay, itu sejak tahun 2020, baru banget. Awalnya, karena memang suka anime, dari SD sudah suka. Cuman karena untuk cosplay dulu itu mahal, sewanya mahal gitu, satu kostum itu sampe satu juta,” kata Alishia Eka, cosplayer asal Kediri, Jawa Timur.
Setelah lulus SMA dan melanjutkan bekerja, Shia memutuskan untuk membeli kostum karakter Nezuko (salah satu karakter dari anime) sendiri dengan uang hasil kerjanya. Di tahun 2020 itulah ia—kemudian mengikuti event cosplay. “Awalnya gak pede di hadapan orang atau kamera, tapi seterusnya enjoy,” katanya.
Sepanjang karirnya menjadi seorang cosplayer—dan banyak orang mengenalnya. Satu kostum pertama miliknya itu mulai dilirik teman, yang kemudian membawa satu feedback yang baik, yaitu disewa. Dari uang hasil sewa itu, Shia membelikan kembali kostum yang lain—yang sekarang sudah mencapai seratus kostum selama beberapa tahun dengan pola seperti itu.
“Aku mau keluarin (uang) berapapun untuk kostum itu, pasti aku keluarin. Aku senang banget. Hidupku untuk hobiku, iya, karena memang pekerjaan terkadang kan membuat kita stress. Cosplay ini menjadi ruang saya untuk merileksasikannya. Jadi, hobi, iya, nyambil nyari uang iya hehe…,” kata Shia.
Shia memiliki pekerjaan utamanya, yaitu—mengurus coffeshop miliknya di Kediri. Dan dunia cosplay, baginya merupakan satu ruang tempat menghilangkan rasa penat, stress dan masalah lainnya dalam pekerjaan. Tentu, selain ia—sebagai cosplayer, ia juga merentalkan kostum-kostumnya ke cosplayer yang lain. Ini menjadi satu bisnis yang menguntungkan, katanya. Menyelam sambil menangkap ikan.
Artinya, seberapa banyak event digelar setiap tahunnya di Buleleng, misalnya, mereka akan terpantik untuk datang. Dunia kostum akan terus berputar. Terlebih, sangat mungkin jika bergengsi satu event itu, nyali para cosplayer akan lebih membuncah dalam menghasilkan karya kostum terbaik mereka.
Dunia kostum atau cosplay, tentu membutuhkan jejaring yang lebar termasuk dukungan pemerintahan yang lebih konkrit untuk menjangkau anak muda lebih kreatif. Karena melebarnya aktifitas cosplay pada kalangan pelajar atau mahasiswa, tak hanya berhenti pada pembuatan karya kostum, atau menampilkan tokoh karakter melalui riasan tubuh melalui sebuah event. Tetapi secara kolektif atau personal bagaimana mereka juga terpantik meneruskannya menjadi seorang vlogger, pembahas game, atau menjadi seorang streamer. Yang tentunya, bisa mendatangkan cuan bagi mereka melalui tawaran iklan dan lain sebagainya. Unik.
Tetapi di samping berpikir cuan, juga menghilangkan stress adalah yang utama. Dan mereka mendapatlan itu setelah mengikuti cosplay.
“Ayo hadapi kenyataan dengan bahagia hehe..” tutup Shia.[T]
Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Adnyana Ole