SETELAH MEMBACA 100 SONETA CINTA PABLO NERUDA
Pablo, kini aku mengerti betapa cinta
amat mudah menjelma apa saja
menjelma kaki-kaki langit di waktu malam
sementara tubuhnya meruap aroma anggur.
Di sini hujan tak lagi membasahi pipi
batu-batu karang perlahan terkikis di kiri dadaku
membiarkan segala datang dan menetap.
Pablo, seketika kepalaku tumbuh pepohonan akasia,
dan cintaku berteduh selamanya di sana. menjadi rusa yang
berlarian atau monyet yang bergelantung dari satu
dahan ke dahan lain–dan terkadang jatuh di hamparan
kuning dedaunan.
Pablo, betapa sonetamu menjelma angin kencang
yang meniup bebijian kering dandelion dan
pohon-pohon kapas ke udara. sementara aku
menghilang di biru langit. bersama cinta
dan segala yang terbang itu.
2024
SEBUAH ADEGAN DI PESTA DANSA
—Eleven, Stranger Things
El, kekasihku.
setelah kepergianmu
waktu tetap berjalan sebagaimana mestinya
sedang lubang di dadaku tak pernah
benar-benar tertutup rapat
dan kini pesta dansa berada di hadapanku
pesta yang semestinya membawa kau dan aku
berdansa seperti apa yang kelingking
kita simpulkan.
El, kini aku sendiri
dan tak tahu aku berada di balik dunia atau
di sebuah dunia nyata yang lebih mengerikan.
kehilanganmu sama saja berhadapan
dengan ribuan Demogorgon yang tak pernah
ingin mati. yang selalu mencari segar darah untuk
dinikmati. dan aku mati.
El, kekasihku.
kecupan terakhir di aula olahraga itu
membuat aku selalu ingin cepat-cepat tertidur
dan mengulangi kecupan pertamaku.
kecupan seorang bocah dengan cinta monyetnya
meski pada akhirnya hanya aku dan keinginan itu lagi.
perasaan itu lagi.
Di lantai dansa ini
teman-temanku menemukan kekasihnya.
Lucas seperti biasa. ia gagah dan mudah
mencari gadis di pesta ini.
Will, kawan kita yang terperangkap sebelumnya,
dia tampan. tak sulit menaklukan hati gadis yang
baru tumbuh dan penasaran akan apa itu cinta.
Dustin. tak benar-benar merasa sendiri. ia menemukan jalannya
menuju jatuh cinta. meski giginya tak benar-benar menemukan jalan
untuk tumbuh.
El, lampu disko menyala bahagia.
kerlap-kerlip menyemburkan cahaya.
Di kejauhan tampak ruang yang padam
perlahan berkelip sejenak
lalu padam lagi
El, kaukah itu?
2024
SEPOTONG TELINGA UNTUK TEMANKU, PAUL GAUGINE
Paul, sejak kepergianmu
sepi kembali menetes
di atas tempurungku
berulang-ulang ia menetes
hingga gila aku dibuatnya.
Kanvas di hadapanku adalah cermin
yang memantul kesendirian ini.
Di Auviers, udara begitu dingin.
tapi sewaktu kau masih mengoles tiap warna
di sisiku, dingin yang pernah kurasa
tak lagi menggigit. tak lagi,
sebelum kau hendak
berkelana ke lain tempat
di mana manusia-manusia mungkin
lebih mengenal dirimu.
Paul, dadaku seakan tertubruk kereta
sewaktu melihat kau bergegas mengemas barang-barang
Lalu pergi. dan aku sendiri. dan
perlahan mati.
Sebab itu, kuambil sebilah pisau
lalu kusayat telinga ini untukmu
agar senantiasa dapat kudengar
kisah hari-harimu dari kejauhan
agar kelak tak lagi ada sepi
yang kudengar di sini.
di sini saat matahari berlari ke barat
dan hanya aku dan gelap malam
beradu dalam diam.
Ingat aku, Paul.
ingat aku. Vincent van Gogh.
2024
SELF-PORTRAIT
Aku,
sepasang mata padam
gelandangan. menatap
pucat pendar kota
di tempat tak bernama.
Aku,
gemetar bibir musafir
tak bertuhan. melumat
sepi dari pecahan kaca
gedung-gedung tua.
Di persimpangan, suara serak
penyanyi blues lirih menggigit. di langit
bulan sekeping koin, dan aku jala
pada rasa iba manusia.
Dan malam menggantung jubah
aku lahir bersama tangan-tangan
yang menggapai matahari
berkali-kali.
2024
LELAKI YANG MENJERIT DI SUATU SORE
—Edvard Munch, The Scream
Ketika sore hampir membakar
langit, kaususuri jembatan
yang mengantarmu pada masa lalu.
suatu ruang berisi benda-benda tajam,
sedang jantungmu
balon mungil yang mudah pecah.
Masih setengah perjalanan tersisa,
kini kaucari wajahmu di aliran
sungai. mencari siapa yang terakhir
kali meninggalkan kecupan
di dahi atau pipimu. meski yang ada
hanya memar yang kian hitam.
Menjelang malam, langit
terbakar sepenuhnya. tiba-tiba
tubuhmu kaku mumi. seisi
dunia berkobar perlahan.
Di dalam dadamu, kenangan
kian mendidih. naik ke puncak
kerongkongan. kau jadi
krakatau.
Catatan: hanya bisa ditulis
oleh orang gila.
2024
MENGENDARAI KEMATIAN
—Basquiat, 1988
Di sekelilingmu kini hanya
lanskap penuh lumpur, dan
waktu tak lagi berdetak
pada kiri dadamu.
Kau tak pernah paham
bagaimana warna dapat
memutuskan baik atau buruk,
tuan atau pelayan, anak Adam
atau hewan liar. meski kaumengerti
dunia tak melulu tentang
putih atau hitam belaka.
Setelahnya, kematian menjemputmu
sebagai kuda sembrani yang kalah
dari medan perang.
Dan kematian makin berpacu kencang.
2024
MENANTIMU USAI BERLATIH TEATER SEMBARI MEMBACA ALEJANDRO ZAMBRA
–Dila Azka Nabila
Siang yang panas. dan akan selalu panas. kupesan americano dalam menikmati penantian ini. menanti kau menjadi dirimu kembali, dan menanggalkan peran serta pangeran pada kisah di naskah picisan itu–sebab hanya aku pangeran sejatimu. hanya aku. akan tetap aku.
Kusesap kembali americano. ia mendebarkan jantungku. menebar resah aku. tapi siapa yang tak pernah resah ketika sedang menanti kekasih. seperti tokoh Julian yang membuat sedikit tebal buku Bonsai & Kehidupan Pribadi Pepohonan saat menanti kekasihnya, Veronica pulang–meskipun dia tahu, ia tak akan pernah kembali.
Kau tahu, Alejandro Zambra gemar merepetisi kalimat dalam novelnya. aku pun tersihir. dan kau akan sering mendengar kalimat aku mencintaimu pada waktu-waktu lainnya.
Kekasihku, aku selalu penasaran bagaimana kau beradu peran dengan pangeran gadungan itu. tak ingin sebenarnya kubayangkan kisah romantis kalian. tapi kadang pikiran selalu berkata lain. selepas itu, americano ini akan makin getir rasanya. dan aku. tak usahlah kau pedulikan aku–barangkali penolakanku ini merupakan percikan kecil dari api-api cemburu. kuharap kau tahu maksudku. selalu tahu. dan akan selalu tahu inginku.
2023
BACA puisi-puisi dariPENYAIR LAIN