BAGI anak kodya yang ingin berlibur bertemakan alam, tak perlu jauh-jauh. Dari Denpasar lurus ke utara lewat Jalan Ahmad Yani, maka bertemu kemudian hutan lebat yang dihuni kera abu-abu ekor panjang.
Orang biasa menyebutnya Hutan Pala atau Alas Pala. Dalam daftar obyek wisata, lokasi itu biasa disebut Hutan Sangeh, ya, karena lokasinya berada di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Hutan itu dibuka untuk umum, mulai pukul 07.00 hingga 18.00 Wita.
Di hutan Sangeh kita bisa menikmati sejuknya taman dan hutan yang lebat. Tamu bisa duduk-duduk di taman, bisa juga msuk hutan merasakan bau hutan sekalian melihat monyek atau kera yang lucu-lucu.
Setiap liburan Natal dan Tahun Baru obyek wisata Sangeh itu ramai pengunjung, mulai dari pengunjung lokal sampai wisatawan mancanegara. Dari mancanegara, sebagian besar wisatawan datang dari Eropa, Australia, dan India.
“Karena di sini ada Pura, jadi tamu India tertarik akan wisata spiritual di hutan Sangeh,” ucap Ketut Sudana, seorang staf pengelola obyek itu.
Sudana mengatakan, di hutan itu tamu mancanegara tampak senang melihat kelucuan monyet, karena monyet bisa berinteraksi dengan memberikan makanan sepanjang diawasi petugas.
1 Januari 2025 liburan tahun baru, banyak wisatawan yang datang melihat monyet. Berbagai persiapan yang dilakukan petugas untuk lonjakan wisatawan.
Ketut Sudana mengatakan, saat Tahun 2025 pengelola obyek juga melakukan persiapan dalam menyongsong peningkatan kunjungan selama Natal dan Tahun Baru.
“Pertama menata tempat parkir, pohon yang sudah tinggi dipotong, kebersihan ditingkatkan terutama toilet,” kata Ketut Sudana.
Liburan Natal dan Tahun Baru tentu saja memberi dampak yang begitu besar pada kunjungan wisata ke hutan Sangeh.
“Kunjungan lumayan banyak. Pedagang senang ekonomi jadi lancar jalan. Ada dagang kuwud, ada dagang baju laris dan lancar,” kata Sudana.
Ketut Sudana mengatakan, perubahan tren minat wisatawan memang susah diamati.
“Karena ini obyeknya monyet, jadi kan monyet, ya tetap monyet. Tetapi setelah pengunjung tahu bahwa monyetnya jinak, jadinya pengunjung mau ke Sangeh. Dulu kan ada cerita yang tidak enak seperti monyet dibilang agresif suka mengambil barang milik tamu tapi sekarang tidak karena sudah ada petugas yang mengawasi,” kata Sudana.
Selain melihat monyet, pengunjung mencari souvenir mungkin baju yang berisikan foto monyet. Kadang ada yang ke hutan Sangeh hanya khusus untuk selfie dan sebagai tempat praweding.
Petugas yang mengawasi para pengujung di hutan Sangeh ada 21 orang. Jadi, pengujung tidak perlu takut akan monyet di hutan itu.
Menurut salah satu pengujung Ririn Setia Dewi, alasan memilih obyek wisata Sangeh berlibur tahun baru, karena ada taman yang luas untuk anak-anak bermain supaya mengenal hewan sama alam.
Jika berkunjung ke tempat pariwisata tak luput dengan adanya warung. Obyek wisata Sangeh dulu memiliki 70 pedagang, tetapi setelah pandemi Covid sekarang hanya ada 20 pedagang.
Lonjakan pengunjung di Tahun Baru ini membuat pedagang untung.
Pak Yuni, salah satu pedagang baju kaos, celana, kain pantai dan daster, mengatakan kalau sepi penghasilan hanya 1.5 juta.
“Kalau ramai ya meningkatkan dan yang paling banyak membeli yaitu bule, dominan sekarang tamu prancis, Turki, Australia,” katanya.
Reporter/Penulis: Vira Astri Agustini
Editor: Adnyana Ole
Catatan: Artikel ini adalah hasil dari pelatihan jurnalistik berkaitan dengan program magang mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) Bali di tatkala.co