25 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mereka Tidak Benar-benar Pergi

Angga WijayabyAngga Wijaya
December 26, 2024
inEsai
Telenovela

Angga Wijaya

“Kamu mencintai kekasihmu?”

“Ya, cinta, Pak”

“Kalau begitu, nanti kita lamar dia. Kalian menikah!”

Percakapan di atas berlangsung dalam mimpi saya, beberapa hari lalu. Untuk kali kedua, mendiang Umbu Landu Paranggi datang menemui saya dalam mimpi. Kejadian dalam mimpi tersebut terasa begitu nyata. Sepulang dari sebuah acara budaya, saya berjalan kaki. Tiba-tiba ada lelaki tua yang sedang berada di sebuah warung—memakai baju kemeja yang lengannya dilipat, lengkap dengan topi di kepala, melambaikan tangannya dan menyuruh saya untuk mendekat. Beliau, Pak Umbu, yang dikenal sebagai “mahaguru” dari banyak seniman di Bali, mengajak saya berbincang lalu berkata-kata seperti percakapan pada  awal tulisan ini.

Dalam mimpi itu, Pak Umbu juga “menunjukkan” teman perempuan yang berpotensi menjadi “penggoda” dan bisa “merusak” hubungan saya dengan tunangan saya. Beliau menyarankan saya untuk menjauhi teman itu. Di akhir mimpi, beliau menggosok-gosok gigi bagian bawah saya, seperti gerakan pada upacara potong gigi di Bali. Katanya, ada “masalah” saat saya mengikuti upacara tersebut saat saya remaja dulu, sehingga saya mengalami “sakit” karena “ada yang menganggu”. Pak Umbu seperti “mengobati” saya melalui mimpi tersebut.

Mimpi yang berlangsung—jika dihitung dalam waktu di dunia nyata—hanya 10 menit tersebut, rasanya lama sekali, jernih, terasa benar-benar terjadi. Saat bangun, saya merasa perlu sebentar “diam” dan “hening” untuk bisa “mencerna” isi mimpi tersebut. “Pak Umbu datang lagi,” gumam saya ketika duduk di tepi ranjang. Mimpi yang benar-benar punya arti mendalam bagi saya. Bagi yang hanya menganggap mimpi sebagai “bunga tidur” belaka, tentu cerita ini terdengar tidak punya makna. Berbeda dengan halnya mereka yang mengerti dunia “kebatinan”/spiritualitas, hal itu tentunya memiliki arti, makna, dan hikmah tersendiri.

Meskipun saya bukan “murid” yang dekat secara personal dengan Pak Umbu saat beliau masih hidup, seperti kawan-kawan penulis dan seniman lainnya, “kedekatan” kami hanya melalui satu kali perjumpaan saat ada kegiatan baca puisi di Jatijagat Kehidupan Puisi (JKP) di Renon, Denpasar, Bali, beberapa bulan sebelum beliau wafat pada 2021.

Kala itu, beliau mengomentari puisi karya saya yang saya bacakan. Puisi itu berjudul “Suara Sunyi”, termuat dalam buku kumpulan puisi “Tidur di Hari Minggu”, terbit pada Januari 2020 oleh Penerbit Mahima Institute Indonesia yang digawangi Made Adnyana Ole dan Kadek Sonia Piscayanti, pasangan sastrawan di Singaraja, Bali. Mereka adalah pegiat dan penggerak sastra yang tekun dan juga amat gigih.

Pak Umbu dan saya layaknya seperti dua orang sahabat yang lama sekali tidak berjumpa, pada malam hari tersebut. Kata beliau, beliau mendapat cerita tentang saya dari percakapan beliau dengan IDK Raka Kusuma, sastrawan di Karangasem, Bali bagian timur, dalam sebuah kesempatan. Pada 2015, puisi-puisi saya dimuat di Bali Post untuk kali pertama dan terakhir oleh Pak Umbu Landu Paranggi. Senang sekali bagi kami, penulis di Bali dan juga di luar Bali, jika puisi-puisi kami dimuat di media cetak tempat beliau menjadi redaktur sastra selama puluhan tahun itu.

Saya menjadi percaya, ada kekuatan yang terus “membimbing” saya dalam menulis. Keyakinan ini “muncul” karena saat saya menulis “seperti ada yang menyuruh”, ada “kekuatan lain” yang menggerakan jari-jari saya di komputer. Tulisan, baik itu puisi maupun esai, begitu cepat saya bisa selesaikan. Alhasil, saya menjadi penulis yang sangat produktif dalam berkarya. Telah tiga belas buku saya tulis dalam enam tahun, sejak 2018, ketika buku puisi pertama saya terbit.

Metode menulis dengan kekuatan “lain” sering disebut sebagai automatic writing atau psychography, yaknikemampuan untuk menulis dan mengekspresikan ide-ide tanpa sepengetahuan pikiran sadar (tidak disadari), baik dalam hal tindakan menulis atau ide-ide yang diekspresikan dalam bentuk tulisan.

Pengertian ini kurang cocok dengan apa yang saya “alami” dalam menulis, karena setiap huruf dan kata yang saya ketikkan di komputer atau tuliskan di buku tulis atau secarik kertas amat runut, rapi, dan teratur—berbeda dengan pengertian automatic writing yang seakan-akan “menuliskan apa saja yang ada di pikiran”, juga sering dihubungkan dengan “hal-hal supranatural”. Saya lebih percaya bahwa menulis adalah sebuah keterampilan; semakin sering dan biasa seseorang menulis, semakin mudah dan cepat ia bisa menghasilkan tulisan; baik itu puisi, cerita pendek, esai, bahkan juga sebuah novel.

Apa yang alami bisa oleh “kedua-duanya”: kekuatan “lain” dan juga oleh sebab keterampilan yang diasah bertahun-tahun. Menurut keyakinan Hindu yang yang saya anut, mereka yang telah meninggal sebenarnya “tidak benar-benar pergi”. Mereka hanya meninggalkan badan yang oleh sebab tertentu, misalnya karena sakit, telah “rusak”, kemudian jiwa mencari “badan” baru melalui kelahiran kembali, yang oleh Bhagavad-Gita diibaratkan seperti “baju-baju yang berganti”, dimana badan disebut sebagai sebuah “pakaian” bagi atma/jiwa/ruh.


Ada juga yang oleh sebab karma atau kecenderungan batinnya menjadi “pembimbing”, ia akan terus dan tetap menjalankan tugas tersebut. Jiwa-jiwa dan “pribadi” suci inilah yang sering “berkomunikasi” dengan “orang-orang” melalui apa yang disebut sebagai “ilham”, “wahyu”, atau dalam bahasa keseharian: “inspirasi” bagi mereka yang bekerja berdasarkan intuisi seperti penyair, penulis, pemusik, atau penari; para seniman yang biasanya “intuitif”.

Pola hidup yang “intuitif” inilah yang kemudian melahirkan karya-karya yang disebut “jenius/”berbeda” dengan karya-karya biasa yang lahir berdasarkan (hanya) oleh logika tanpa menyertakan apa yang disebut di Bali sebagai taksu atau “daya” hidup. Hasilnya amat berbeda.

Jika ingin karya seniman mempunyai taksu, dalam pengalaman saya, kuncinya sangat sederhana: kemampuan membuka diri, ibarat gelas, membiarkan “gelas” atau “diri” selalu “kosong”. Mengurangi beban pikiran dan perasaan melalui meditasi sangatlah bagus. Berkarya hanya untuk “karya” itu sendiri, atau niat untuk berbagi. Tidak lebih dari itu, misalnya mencari popularitas.

Akan lebih bagus lagi jika menganggap aktivitas seni sebagai sebuah “persembahan” bagi “kekuatan agung”; tuhan, dewa, atau para leluhur, seperti yang masyarakat Bali di masa lalu lakukan. Maka itu, tidak ada istilah “seniman” di Bali, dahulu kala, karena mereka melakukannya sebagai sebuah “pemujaan”. Taksu menjadi bagian keseharian hidup mereka. Termasuk hubungan dengan kekuatan-kekuatan niskala atau unsur-unsur “lain”, tidak kasat mata. Semua terjadi secara alami, dan bukan dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa.

Menulis pada dini hari, saat dunia terasa begitu hening, misalnya, menjadi momen tersendiri bagi penulis. Jari-jari “menari” pada tuts komputer, menghasilkan karya yang ditulis tidak semata-mata untuk materi belaka. Kekuatan “lain” boleh hadir, sebagai “teman” pembimbing. Penulis, sejatinya hanyalah sebagai “mediator”. Itulah sebabnya, para pujangga zaman dahulu sering tidak menulis identitasnya sebagai pencipta karya. Atau, jika pun ingin menulis, menggunakan nama samaran. Mereka sadar dan sangat “tahu diri”, bahwa yang menulis bukan mereka, melainkan “semesta”. Dari “mereka” yang tidak benar-benar pergi. Mereka terus memberi taksu. [T]


BACA artikel lain dari penulisANGGA WIJAYA

Ibu Menemaniku Saat Skizofrenia Mendera
Pekerja Anak Dalam Kenangan
“Galbay” di Negeri “Wakanda”: Sebuah Renungan
Setelah Suami Berpulang
Enam Bulan Kerinduan

Tags: sastrasastrawantaksuUmbu Landu Paranggi
Previous Post

Mengintip Pembuatan Slerek Pengambengan, Kapal Kayu Warisan Maritim Nusantara

Next Post

Menerima Tantangan Rasi Bintang: Dari Denfest 2024 Mengenang Aguk

Angga Wijaya

Angga Wijaya

Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Puisi-puisinya pernah dimuat di Warta Bali, Jembrana Post, Independent News, Riau Pos, Bali Post, Jogja Review, Serambi Indonesia dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogy (INSIST Press, 2005). Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.

Next Post
Menerima Tantangan Rasi Bintang: Dari Denfest 2024 Mengenang Aguk

Menerima Tantangan Rasi Bintang: Dari Denfest 2024 Mengenang Aguk

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

AI dan Seni, Karya Dialogis yang Sarat Ancaman?

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 25, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

“Seni bukanlah cermin bagi kenyataan, tapi palu untuk membentuknya.” -- Bertolt Brecht PARA pembaca yang budiman, kemarin anak saya, yang...

Read more

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more

Saatnya Pertanian Masuk Medsos

by I Wayan Yudana
May 24, 2025
0
Saatnya Pertanian Masuk Medsos

DI balik keindahan pariwisata Bali yang mendunia, tersimpan kegelisahan yang jarang terangkat ke permukaan. Bali krisis kader petani muda. Di...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co