11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

”Ngeceng”, Tradisi Lisan Humor Betawi — [Bagian 3]: Tanggapan pada Kawan yang Kocak

Ahmad SihabudinbyAhmad Sihabudin
December 29, 2024
inEsai
Kelecung ”Eco Village” Tabanan: Menjawab Keresahan Gempuran Investor

Ahmad Sihabudin

SALAH satu aspek kebudayaan khas yang dimiliki masyarakat Betawi ialah apa yang dikenal dengan ngeceng. Dari sudut tata bahasa ngeceng adalah sejenis kata kerja. Apabila kata kerja itu dilakukan berbalas-balasan bentuknya menjadi ceng-cengan. Umumnya menggunakan kata – kata bernada lucu, paling tidak menurut ukuran mereka yang terlibat dalam kegiatannya baik langsung maupun tidak langsung.

Satu hal yang menjadi ciri khas kegiatan ceng-cengan dalam penggunaan kata-kata, yang umumnya bernada lucu itu terlihat pada saat kegiatan berlangsung yang selalu diliputi oleh suasana meriah penuh dengan gelak tawa. Begitu memasyarakatnya istilah ngeceng dalam masyarakat Betawi, khususnya di kalangan anak muda, namun sampai sejauh itu belum tentu dikenal oleh masyarakat lain.

Pada bagian ketiga lanjutan tulisan Ngeceng, Tardisi Lisan Humor Betawi, penulis akan mendeskripsikan ”Tanggapan pada Kawan yang Kocak ”.

Kawan Kocak itu ”Pinter” Gaul

Upaya membuat orang lain tertawa bukan hal yang mudah. Paling tidak, hanya yang punya bakat kuat saja dapat melakukannya. Perkataan seseorang bisa terkesan lucu, tidak tergantung pada statusnya. Cendikiawan, tokoh politik, pemuka agama, pejabat pemerintah atau pun pengusaha dalam situasi tertentu bisa membuat orang lain tertawa.

Suatu hal yang positif dari sifat humor atau kata-kata yang bernada lucu, oleh kebanyakan peserta dianggap lebih menyenangkan daripada yang mendatar tanpa variasi. Suasana santai yang diselingi humor kalau ditinjau dari sudut efektifitas komunikasi boleh jadi lebih mengena.

Dengan suasana yang tidak membosankan akan memberi kemungkinan audiens bisa mencerna setiap pesan yang disampaikan komunikator.Yang jelas,`dalam suasana komunikasi audiens akan selalu penuh perhatian dan tidak mengantuk.

Anak Betawi menyenangi humor bukan sekedar di permukaan saja. Mereka yang tergolong kurang mahir dalam ceng-cengan ingin seperti teman yang banyak memiliki sifat kocak. Hal tersebut acapkali dijumpai pada saat berlangsungnya ceng-cengan selalu berusaha sebisa mungkin. Wajar apabila kata-kata yang diucapkan serba dangkal dan terkesan dipaksakan.

Semua itu karena dorongan atau motivasi di bidang pergaulan. Sebab, orang yang memiliki pembawaan kocak biasanya supel dalam pergaulan, berbagai kalangan dengan mudah bisa dijadikan sahabat, pada gilirannya mereka mempunyai banyak teman. Sebuah kondisi pergaulan yang umumnya didambakan oleh kalangan anak muda.

Humor, selain menciptakan suasana menghibur, boleh jadi berguna pula sebagai alat terapi menumbuhkan sifat bijaksana. “Untuk menjadi bijaksana orang perlu tertawa” (Djoko Darmono, Tinjauan Buku Humor Sufi II, Kompas minggu 28 November 1987, hal XII). Unsur humor yang begitu dominan di keseharian dalam pergaulan masyarakat Betawi  berperan sebagai pendukung saja.

Kawan Kocak itu Menghibur Juga Membimbing

Ada sesuatu yang hilang bila dalam suatu kumpulan nongkrong, kawan yang dianggap kocak itu belum hadir, seperti sayur kurang garam, hambar rasanya. Jadi sepi seperti kuburan, kawan yang kocak itu buat mereka jadi seperti jantungnya orang berkumpul. Karena tak sedikit juga memberikan nasihat dalam kata-kata kocaknya. Meskipun tidak banyak diungkapkan dalam kegiatan ngeceng, sesekali yang sifatnya filosofis dalam ngeceng muncul juga.

Untuk hal yang bersifat filosofis pun seperti nasihat, petuah, serta sindiran yang hingga sekarang masih ada namun sudah agak jarang diucapkan oleh kalangan anak muda  yang disebut dengan ungkapan.  Salah satu contoh ungkapan: “sekering-keringnye jahe ada pedesnye”, artinya; bagaimana keringnya jahe, rasa pedasnya masih ada.

Maksud ungkapan itu untuk menasihati, menyindir dan mengingatkan seseorang yang mempunyai sikap masa bodoh terhadap keluarganya yang kebetulan menderita kesusahan. Begitu pula sebaliknya mereka yang mengalami kesulitan, malu dan tidak mau minta pertolongan kepada saudara yang kebetulan berada.

Kedua sikap tersebut tidak diharapkan oleh masyarakat Betawi. Buruk atau baik, senang maupun susah, persaudaraan harus tetap terjalin. Contoh ungkapan yang dikutip dari buku “Ungkapan Tradisionil Sebagai Sumber Informasi Kebudayaan Daerah Khusus Ibukota”, telah memberikan kesan tentang pergaulan dalam masyarakat Betawi.

Bagaimana sebaiknya menempatkan diri dalam lingkungan keluarga demi mewujudkan keseimbangan pribadi maupun lingkungan di mana setiap pribadi hidup di dalamnya.

Ungkapan yang menasihatkan untuk tidak memutus tali persaudaraan dalam kondisi yang bagaimana pun, intinya bertolak dari ketulusan hati masing-masing. Melalui ungkapan itu pula orang Betawi  diajarkan supaya jangan terlalu cepat memvonis kepada saudara yang kebetulan berada dengan tuduhan “lupa daratan”, tidak mau tahu kepada saudara yang kekurangan.

Dalam kasus keluarga yang acapkali terjadi justru saudara yang berada dijadikan “kambing hitam” melupakan saudara yang kurang mampu. Hendaknya dapat dimaklumi orang kaya permasalahan hidup yang dihadapinya begitu kompleks, mungkin karena kesibukan membuatnya tidak sempat mengetahui secara persis keadaan segenap saudaranya, terutama yang telah hidup menyebar.

Apabila menghadapi kenyataan itu masyarakat Betawi diajarkan memiliki hati yang lapang dan selalu berterus terang. Tidak mengecilkan hubungan keluarga hanya dikarenakan mereka kurang mendapatkan perhatian.

Terhadap yang merasa kekurangan dalam ekonomi jangan merasa gengsi sehingga malu meminta bantuan saudara yang kebetulan ekonominya mapan. Lagi pula saudara yang mampu pada batas-batas tertentu akan lebih senang kepada saudara yang berterus terang daripada menyembunyikan kesulitannya. Apabila terjadi pengecualian itu pun kebanyakan disebabkan oleh ekonomi yang kurang mampu, belum apa-apa sudah mengambil kesimpulan negatif kepada saudaranya itu.

Pengaruh Modernisasi pada Pola Pergaulan (ceng-cengan)

Terdapat gejala kini sedang terjadi erosi nilai kebudayaan tradisional karena pengaruh modernisasi. Masyarakat Betawi yang merupakan masyarakat perkotaan dalam mempertimbangkan sesuatu cenderung mengkaitkannya dengan relevansi kebutuhan hidup secara materi dan kepuasaan moril.

Pertumbuhan kota Jakarta yang dulunya Betawi, tidak pelak lagi merupakan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan ekonomi. Pembangunan sarana kota di mana-mana secara fisik membutuhkan dukungan lahan, pada sisi lain harga tanah menjadi semakin meningkat. Faktor iming-iming harga tanah itu membuat pemilik tanah yang relatif luas menjadi tergiur untuk mengoperkan (menjual tanahnya).

Konsenkuensinya, masyarakat Betawi yang tadinya tinggal di kampung-kampung tengah kota pindah jauh ke pinggiran, bahkan tidak jarang pula yang hijrah ke wilayah Jawa Barat. Atau kalaupun masih menetap tinggal di rumah yang pekarangannya sempit tanpa tempat untuk ngeloneng (duduk santai mencari angin di beranda rumah), dan sarana berkumpul anak-anak muda bersenda-gurau sambil ceng-cengan.

Perpindahan penduduk yang tidak berpola itu, masing – masing memilih tempat tinggal baru, mengurangi kesinambungan nilai kesenian serta kebiasaan pergaulan yang dibawa. Apalagi di tempat asal yang ditinggalkan, praktis pekarangan yang relatif luas sudah berubah fungsi menjadi bangunan pasar, super market dan gedung – gedung bertingkat.

Anak–anak yang semula dapat dengan leluasa bermain bola gebok, petak gocek, gala asin, petok kadal, main dampu dan lain sebagainya sudah jarang dapat dilakukan lagi. Beberapa jenis permainan masih dapat dilakukan, tetapi tampak kurang wajar karena menggunakan ruas jalan umum.

Inilah salah satu penyebab merosotnya nilai kebudayaan tradisional. Utamanya yang terjadi pada masyarakat Betawi. Apakah kemerosotan nilai estetika terjadi pula terhadap tradisi ceng-cengan sebagai pelengkap tata pergaulan? Sampai berapa jauh masih dapat mempertahankan eksistensinya?

Kehadiran ceng-cengan kini sedang diuji. Seperti halnya bentuk kebudayaan tradisional lain, ceng-cengan hanya dapat lekat dengan masyarakatnya apabila secara praktis masih didukung secara antusias serta dapat memberi manfaat, maka ceng-cengan bisa jadi tetap eksis ditengah pergaulan global ini.

  • Tulisan ini bersambung bagian 4, “Fungsi Ceng-cengan dalam Pergaulan”.

BACA artikel sebelumnya:

”Ngeceng”, Tradisi Lisan Humor Betawi — [Bagian 1]: Bentuk dan Struktur
”Ngeceng”, Tradisi Lisan Humor Betawi — [Bagian 2]: Hubungan Kocak, Humor dan ”Ngeceng”

BACA artikel selanjutnya:

”Ngeceng”, Tradisi Lisan Humor Betawi — [Bagian 4-Habis]: Fungsi Ceng-cengan dalam Pergaulan
Tags: BahasaBahasa BetawiBetawiJakartakesenian betawi
Previous Post

Karya Ngenteg Linggih Pura Geger Dalem Pemutih

Next Post

Indonesian Hypnosis Centre Kukuhkan Tokoh-Tokoh Ternama Menjadi Instruktur Hipnosis

Ahmad Sihabudin

Ahmad Sihabudin

Dosen Komunikasi Lintas Budaya, Fisip, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Banten

Next Post
Indonesian Hypnosis Centre Kukuhkan Tokoh-Tokoh Ternama Menjadi Instruktur Hipnosis

Indonesian Hypnosis Centre Kukuhkan Tokoh-Tokoh Ternama Menjadi Instruktur Hipnosis

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co