PERHELATAN Pilkada serentak 27 November 2024 sudah usai, banyak cerita yang kita dengar. Ada yang kecewa dan ada yang gembira. Yang mengalami kekalahan sudah pasti kecewa, dan yang menang akan gembira. Muncul saling menyalahkan untuk kelompok yang kalah, dan muncul saling mengakui atau mengklaim bahwa kemenangan itu karena dirinya untuk kelompok yang menang.
Disamping itu muncul ejekan-ejekan dari kelompok yang menang kepada kelompok yang kalah. Dalam perhelatan 5 tahunan ini yang harus disyukuri adalah semua proses berjalan dengan aman dan damai. Yang menarik bagi saya adalah sikap sportif dari kelompok yang kalah, mau mengakui keunggulan dan kemenangan lawannya sekaligus mengucapkan selamat untuk yang menang, ini tontonan yang sangat menarik dan begitu indah untuk kita saksikan bersama. Yang sebelum sebelumnya setiap perhelatan pasti suara protes khususnya bagi yang kalah sangat banyak kita dengar dengan berbagai macam argumentasi, yang tidak jarang berakhir dengan keributan.
Pada sisi lain sebuah perhelatan seperti ini sudah pasti ada yang menang dan ada yang kalah, ini bagian dari hukum keseimbangan alam atau rwa bhineda. Dan kalau kita mau mencermati lebih dalam lagi kemenangan dan kekalahan semuanya hadir tentunya dapat memberi pelajaran dan pesan dalam rangka perkembangan dan pendewasaan diri.
Dalam perjalanan hidup, kekalahan dan kemenangan adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Keduanya hadir sebagai guru terbaik yang memberikan pelajaran berharga, bukan hanya untuk perkembangan diri, tetapi juga untuk menjaga harmoni dalam kehidupan.
Kekalahan adalah momen yang mengajarkan kita tentang kerendahan hati. Ketika kita kalah, kita diajak untuk merenung, melihat kelemahan diri, dan memahami bahwa dunia ini tidak selalu berjalan sesuai kehendak kita. Kekalahan membimbing kita untuk lebih menghargai usaha, memperbaiki diri, dan tetap menghormati orang lain. Ia mengingatkan kita bahwa tidak ada yang sempurna, dan setiap kegagalan adalah langkah menuju pembelajaran.
Sementara itu, kemenangan adalah bukti dari kerja keras, ketekunan, dan keyakinan. Namun, kemenangan juga datang dengan tanggung jawab moral: untuk tidak menjadi sombong dan congkak. Kemenangan sejati adalah yang membuat kita semakin bersyukur, tetap rendah hati, dan memahami bahwa keberhasilan tidak selalu sepenuhnya hasil dari usaha sendiri, melainkan juga berkat dukungan orang lain dan kehendak semesta.
Inilah hukum keseimbangan alam. Kekalahan dan kemenangan adalah mekanisme yang menjaga manusia tetap berada di jalur yang benar. Keduanya mengajarkan kita tentang pentingnya keseimbangan antara usaha dan kerendahan hati, antara kegigihan dan kebijaksanaan.
Ketika kita mampu menerima kekalahan dengan lapang dada dan kemenangan dengan bijaksana, kita menjadi pribadi yang lebih utuh. Sebab pada akhirnya, bukan seberapa sering kita menang atau kalah yang penting, melainkan bagaimana kita tumbuh dari setiap pengalaman itu. Keseimbangan inilah yang menjadi kunci menuju kehidupan yang bermakna dan harmonis.
Seorang filsuf mengatakan sebuah kegagalanlah yang membuat Anda rendah hati dan membuat jiwa lebih bercahaya dibandingkan sukses atau kemenangan yang melahirkan kesombongan.
Orang yang tidak pernah gagal atau kalah dalam hidupnya cendrung menjadi orang yang sombong dan tinggi hati. Dan ternyata kegagalan atau kekalahan adalah karunia Tuhan yang harus kita terima sebagai sebuah tuntunan untuk kita rendah hati.
Kerendahan hati itulah menyebabkan kita menjadi bercahaya yang dalam berinteraksi di masyarakat sudah pasti semua orang akan senang melihatnya, di samping itu kegagalan atau kekalahan bukan akhir dari segalanya, justru kegagalan atau kekalahan dapat membawa berkah yang besar bagi mereka yang mampu menerima kegagalan atau kekalahan itu dengan ikhlas dan lapang dada.
Sering kita mendengar kekalahan atau kegagalan adalah kemenangan atau sukses yang tertunda. ketika kita yakin bahwa apa yang kita dapatkan saat ini itu adalah berkah yang terbaik. Dengan sendirinya kita akan bersyukur, karena bisa jadi kalo kita diberi kemenangan maka kita akan menjadi congkak, sombong dan angkuh yang tentunya itulah yang menyebabkan kita terperosok dalam jurang kehancuran.
Dan bagi pemenang inipun proses pendewasaan diri untuk tidak jumawa dan terlalu berbangga diri dan juga untuk tidak memandang rendah orang lain.
Pada akhirnya yang kalah ataupun yang menang akan menjadi pemenang sejati ketika yang kalah dengan rendah hati mengakui kelemahannya dan keunggulan dari lawannya, dan yang menang tidak akan menjadi sombong dan congkak serta memandang rendah orang lain . karena sejatinya dalam hidup ini kita tidak pernah berhenti untuk berperang, ya.. berperang melawan diri kita sendiri, karena sejatinya musuh kita adalah diri kita sendiri. [T]
BACA artikel lain dari penulis DOKTER CAPUT atau DR. DR. KETUT PUTRA SEDANA, SP.OG