GADIS berkacamata itu datang mendekat. Bisa dibayangkan, suasana akan jadi lebih ceria. Gadis itu adalah mahasiswi paling humoris di kampus UPMI Bali. Orangnya murah senyum, kadang kala bisa jadi yang paling jahil pula.
Agustin, begitulah orang-orang kerap menyapanya. Nama lengkapnya Khoirurisma Agustin. Ia merupakan mahasiswi semester III di Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI Bali).
Ia kuliah di program studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah (PBID), dengan konsentrasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali, di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS).
Siang itu, matahari berada tepat di atas kepala. Kami meneduhkan diri di selasar UPMI Bali, tempat yang biasanya menjadi titik kumpul anak-anak UPMI sebelum dan sehabis kuliah.
Saya, Agustin, dan satu kawan lagi, Sri Dewi alias Osi, kala itu membincangkan berbagai hal. Mulai dari keluh-kesah perkuliahan, dosen membosankan, hingga bakat-bakat tak terduga yang dimiliki oleh Agustin.
“Di balik keluguannya, jangan pernah berani macam-macam, Kak. Ia banyak menguasai jurus untuk bela diri. Salah-salah, kita bisa dibanting di tempat olehnya, hahaha,” ucap Osi dengan nada bercanda.
Memang betul, saya sendiri awalnya tidak menyangka, seorang mahasiswi yang selalu terlihat jenaka ini ternyata memiliki segudang bakat.
Agustin merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Sayudi dan Indah Setiawati. Ridzky Sayyidin–kakak laki-lakinya memiliki kegemaran yang sama dengannya, yaitu bela diri. Kini, mereka berdua menjadi pelatih wushu di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Wushu Udayana.
“Dulu waktu masih belajar karate, kami sering baku hantam di rumah, saling adu jurus, sampai Ibu marah-marah, karena kami saling pukul-pukulan sampai biru-biru dan mata saya bengkak sebelah. Akhirnya disuruh berhenti sama Ibu, enggak dikasih lagi ikut olahraga bela diri yang mukulnya beneran,” cerita Agustin tentang rumah dan keluarganya.
Khoirurisma Agustin di Wugames UI 2024 | Foto: dok. Agustin
Dara kelahiran Badung, 10 Agustus 2003, ini sudah biasa menjajal arena pertandingan wushu, baik di daerah Bali sampai tingkat nasional.
Baru-baru ini, ia mendapatkan juara 1 di tiga kategori sekaligus, saat Kejuaraan Terbuka Wushu Pelajar dan Mahasiswa tingkat Nasional, “Wugames Universitas Indonesia Tahun 2024” di Balairung UI, Depok, Jawa Barat, 6 hingga 10 November.
Agustin berjaya di kategori perempuan untuk nando ziquan, nanguan ziquan, dan nangun ziquan.
“Tahun lalu saya sudah sempat ikut, tetapi hanya dapat juara 3 di dua kategori. Sekarang, alhamdulillah dapat juara 1 di tiga kategori. Mungkin kemarin panitianya bosan melihat saya naik sampai tiga kali, hahaha,” sahutnya sembari tertawa.
Pendekar wanita dari kampus UPMI Bali itu mengaku mulai tertarik dan menekuni wushu sejak masih duduk di bangku kelas VI SD. Kemudian ketika menginjak sekolah menengah, ia melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 4 Denpasar, mengambil jurusan tata busana.
Memang terkesan sangat jauh–jomplang, dari awalnya menggeluti seni bela diri, ia justru beralih mempelajari ilmu tata busana dan desain. Agustin mengatakan, alasan dahulu mengambil jurusan tata busana agar bisa bekerja dari rumah dan tidak bertemu orang banyak. Baginya, bertemu dengan orang banyak adalah hal yang melelahkan.
“Dibekali dengan ilmu tata busana dan desain yang saya pelajari, lama-lama saya mulai mencoba membuat pakaian wushu juga, baik saya pakai untuk diri sendiri maupun dipesan oleh orang lain. Bahkan, beberapa peserta yang saya ajak lomba di Wugames UI kemarin, bajunya saya yang buat. Tetapi sepertinya mereka engga tahu,” jelas Agustin sembari cengengesan.
Khoirurisma Agustin di Wugames UI 2024 | Foto: dok. Agustin
Khoirurisma Agustin di Wugames UI 2024 | Foto: dok. Agustin
Sedari awal saya mengenal Agustin, ia adalah orang yang nyentrik dan unik. Agustin selalu tampak berbeda daripada kawan-kawannya yang lain. Ia adalah seorang muslim. Tetapi, ia justru memilih menempuh kuliah di jurusan bahasa Bali.
Biasanya, sangat jarang orang non-Bali (non-Hindu) mendalami ilmu tersebut, bahkan orang Bali sendiri pun tak banyak yang sudi mempelajari bahasa Bali terlalu dalam, kebanyakan mencari jurusan manajemen, pariwisata, ataupun jurusan-jurusan lain yang dianggap lebih bergengsi dan menjanjikan.
Agustin mengatakan, alasannya memilih bahasa Bali karena peluang kerjanya.
“Guru bahasa Bali yang beragama Islam itu sangat dicari oleh sekolah-sekolah muslim di Bali, dan penghasilannya juga lumayan menjanjikan. Jadi ya, saya coba manfaatkan peluang yang ada. Apalagi saya banyak bergaul dengan orang Bali, jadi saya bisa belajar banyak dari teman-teman dan lingkungan sekitar juga,” terangnya.
Tentu saja, banyak orang menanyakan kenapa ia memilih konsentrasi pendidikan Bahasa Bali. Pertanyaan datang dari dosen-dosen dan teman-temannya.
“Ibu saya juga kaget. Awalnya Ibu mengarahkan untuk belajar Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, ataupun Bahasa Arab saja. Tetapi saya lebih memilih bahasa Bali,” jelas Agustin.
Tidak hanya itu, Agustin juga piawai membuat desain dan melukis komik. Terkadang, ia juga menerima pesanan untuk membuat desain, yang biasanya ia ambil ketika ada celah waktu dari rutinitasnya sehari-hari.
“Sebenarnya cita-cita saya adalah jadi komikus, tapi itu satu-satunya cita-cita saya yang ditolak oleh orang tua,” ucap Agustin.
“Ya saya sedikit-sedikit bisa membuat desain, terutama desain digital. Saya sudah mulai membuat komik dari SD. Saya juga gemar mengoleksi komik, khususnya komik One Piece. Sekarang hanya sebatas hobi saja,” jelasnya.
Begitulah Agustin, gadis yang selalu mengeksplorasi dunia yang baru, tak mau bermain di zona nyaman. Jika ada peluang, ia akan mencoba hal-hal baru yang positif dan bisa menghasilkan.
“Cita-cita saya jadi orang kaya, sebetulnya yang saya cari di semua tempat adalah uangnya, hahaha,” ujar Agustin sembari tertawa.
Rutinitasnya kini adalah kuliah, latihan dan melatih wushu beberapa kali seminggu, mengajar bimbel di rumah bersama ibunya setiap hari, serta menjahit ketika ada waktu luang atau saat ada tempahan.
Hampir semua bakat dan keahlian yang dimilikinya dipupuk sedari dini. Barangkali masih banyak bakat Agustin yang belum saya ketahui. Setiap kali obrolan berlanjut, selalu ada saja keahlian baru yang disebutkan olehnya.
Kalau Anda bertemu dengan Agustin, jangan pernah menanyakan ia bisa melakukan apa. Tetapi, jelaskan apa yang bisa Anda berikan untuknya. [T]
Reporter/Penulis: Dede Putra Wiguna
Editor: Adnyana Ole