BISNIS pariwisata kini bukan hanya menjual alam, pantai, pegunungan, atau taman saja. Bukan sekadar menjajakan restoran dan atraksi kesenian. Produk wisata saat ini bisa merupakan perpaduan dari itu semua di satu tempat.
Destinasi wisata yang menyuguhkan keindahan pantai seraya belanja, menikmati kuliner, berolah raga ringan, maupun menikmati musik biasa disebut beach club. Saat ini banyak daerah yang mengembangkan bisnis beach club.
Sesuai namanya, beach club ada di tepian pantai. Fasilitas yang tersedia sangat beragam, mulai dari kamar untuk menginap, kolam renang, restoran, dan tentunya bar atau pub sebagai ciri khasnya. Semua fasilitas beach club berstandar bintang lima, sehingga destinasi ini biasanya dikunjungi oleh para elit yang berduit.
Mengutip dari detikfood, untuk berkunjung ke satu beach club wisatawan harus melakukan reservasi terlebih dahulu. Ada minimal belanja yang harus dikeluarkan wisatawan, berkisar antara 1,5 -5 juta rupiah. Besaran anggaran beach club disesuaikan dengan jumlah orang dan fasilitas. Semakin mewah dan nyaman, semakin besar biaya yang disiapkan (detikfood, 13 Mei 2022).
Bali dan Lombok menjadi daerah tujuan wisata yang memiliki banyak beach club. Investasi wisata elit ini juga melibatkan banyak pesohor di Tanah Air. Sebut saja artis Raffi Ahmad dan pengacara kondang Hotman Paris Hutapea yang memiliki beach club di Bali.
Kontroversi
Keberadaan beach club dalam ekosistem pariwisata memang memberi banyak pilihan bagi wisatawan untuk berekreasi. Wisatawan dapat menikmati suara deburan ombak sambil menikmati makanan dan minuman, tanpa terganggu oleh padatnya pengunjung.
Namun demikian, kehadiran beach club di suatu daerah juga kadang diwarnai dengan kontroversi. Kekahawatiran akan dampak negatif wisata jenis ini menjadi sumber kontroversi. Banyak kasus yang menggambarkan wisata beach club tidak berjalan mulus.
Pembangunan beach club di Sanur, Bali, misalnya, telah mengundang kontroversi di masyarakat. Hal itu dipicu oleh kekhawatiran masyarakat akan terjadinya kemacetan lalu lintas dan ketenangan masyarakat. Apalagi Sanur selama ini dipandang sebagai destinasi wisata yang tenang.
Rencana pembangunan beach club di Gunung Kidul, Yogyakarta, juga menuai kecaman. Wisata elit yang melibatkan artis Raffi Ahmad sebagai investor itu ditentang oleh aktivis lingkungan. Pasalnya, beach club itu dibangun di Kawasan Bentangan Alam Karst yang merupakan kawasan lindung nasional.
Kontroversi pembangunan wisata elit bagi yang berduit itu bukan hanya terjadi di Indonesia. Beach club juga mengundang masalah di beberapa negara, seperti Thailand, Singapura, dan Costa Rica. Sumber masalah hampir sama, berkutat pada isu lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Thailand memiliki beach club di Phuket dan Ko Phi Phi. Polusi sampah dan pencemaran air terjadi di Phuket. Sedangkan di Ko Phi Phi beach club telah mengubah perilaku masyarakat dan pergeseran budaya lokal. Objek wisata yang pernah menjadi lokasi syuting film The Beach itu juga menjadi sangat komersial.
Pulau Sentosa di Singapura yang memiliki beach club berhadapan dengan kemacetan lalu lintas dan permasalahan infrastruktur lain. Peningkatan jumlah pengunjung di objek wisata elit itu menyebabkan kemacetan, serta membebani transportasi dan layanan umum.
Sementara itu, pengembangan beach club di Costa Rica berdampak pada ketidaksetaraan ekonomi. Warga lokal tidak memperoleh manfaat ekonomi dari wisata elit itu. Keberadaan beach club juga telah memicu tingginya harga tanah dan biaya hidup yang melambung.
Minimalisasi Dampak
Kehadiran beach club sebenarnya dapat menambah diversifikasi produk wisata di Indonesia. Namun dampak yang sering ditumbulkan perlu diminimalisasi agar tidak mengundang kontroversi. Terutama dampak yang berkaitan dengan ekosistem dan keterlibatan masyarakat lokal.
Evaluasi dampak pembangunan beach club terhadap ekosistem seperti terumbu karang, mangrove, dan satwa laut perlu dilakukan secara kontinyu. Perlu dipastikan bahwa wisata elit itu tidak merusak atau mengubah lingkungan alami.
Partisipasi masyarakat lokal patut menjadi pertimbangan dalam bisnis beach club. Libatkan masyarakat dalam perencanaan dan pengembangan beach club. Hal ini bukan semata untuk mendapat dukungan, tetapi juga memastikan manfaat sosial ekonominya bagi masyarakat, seperti penyerapan tenaga kerja dan peluang usaha bagi penduduk setempat.
Bagaimana pun, sebagai wisata elit beach club tidak semata mengejar duit. Tanggung jawab pelestarian lingkungan adalah kewajiban. Dan menyejahterakan masyarakat sekitar adalah satu keharusan.[T]
BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU