10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Jejak Ragam Patriotisme pada Hari Kemerdekaan di Buleleng

JaswantobyJaswanto
August 29, 2024
inLiputan Khusus
Jejak Ragam Patriotisme pada Hari Kemerdekaan di Buleleng

Patriotisme anak-anak di Bukit Yangudi, desa Les, Tejakula | Foto: tatkala.co/Don

BULAN Agustus memiliki perasaan gembiranya sendiri. Ini bulan kemerdekaan. Dan sebagaimana kemerdekaan, bulan Agustus, tepatnya setiap 17 Agustus, juga harus dirayakan, disyukuri, dan dikenang, tak terkecuali bagi orang-orang di Kabupaten Buleleng, Bali. Oleh sebab itu, lihatlah mereka yang tinggal di pelosok-pelosok wilayah, di atas bukit, dan di antah-berantah, meski dengan keterbatasan, tak sudi hanya berpangku tangan sedangkan lainnya menyambut hari kemerdekaan dengan antusias yang berlebih.

Orang-orang yang tinggal di atas Bukit Yangudi, Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, wilayah terdalam di desa tersebut, misalnya, bersama anak-anak, selain memperingati hari jadi Bukit Kreatif Space, tempat belajar alternatif di wilayah terpencil itu, mereka juga merayakan Agustusan—tradisi menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia.

Dengan segala keterbatasan mereka menghiasi setiap sudut Bukit Kreatif Space dengan rangkaian bendera merah putih berukuran kecil yang sambung-menyambung pula menyiapkan tempat untuk beberapa lomba seperti mewarnai, menghitung cepat, menerjemahkan kata berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, bermain tajog (egrang), panjat pinang, dan lomba makan kerupuk—kegiatan khas Agustusan di mana pun di Tanah Air.

Patriotisme anak-anak di daerah terpencil di Bukit Yangudi, Desa Les, Tejakula, dalam merayakan kemerdekaan | Foto: tatkala.co/Don

Lomba-lomba tersebut tentu saja bukan sekadar hiburan semata, tapi juga mengembalikan ingatan bahwa ketradisionalan adalah kekuatan dan daya tarik (eksotisme). Tetapi, lebih jauh daripada itu, perayaan Agustusan adalah bentuk patriotisme—yang paling sederhana—rakyat akar-rumput terhadap bangsa dan negara. Lihatlah mereka yang rela berjalan jauh, menanjak dengan risiko yang tak sedikit, untuk menuju Bukit Yangudi demi ikut serta merayakan 17 Agustus 2024.

“Itu adalah bentuk ketulusan dan semangat patriotisme yang mereka kabarkan dan kibarkan. Mereka merayakan hari kemerdekaan di belahan bukit, di pinggir-pinggir jurang, dan mereka bahagia. Saya menyadari, ternyata tak sulit memaknai arti kata merdeka, cukup tertawa lepas di Agustusan itu bagi saya adalah kemerdekaan—walaupun sementara,” ujar Nyoman Nadiana, penggagas dan penggerak Bukit Kreatif Space, seusai acara, Sabtu (17/8/2024).

Jauh sebelum Nadiana bersama orang-orang Bukit Yangudi merayakan Agustusan, pada awal bulan Agustus, Penjabat Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana menyebarkan puluhan ribu bendera merah putih. Lihadnyana juga menginstruksikan jajarannya untuk memastikan bendera kebesaran Republik Indonesia itu terpasang di setiap fasilitas umum di Kabupaten Buleleng.

Hal tersebut disampaikannya saat memberikan sambutan pada kegiatan Gerakan Nasional Pembagian Bendera Merah Putih Tahun 2024 di Kabupaten Buleleng yang diselenggarakan di Lobi Kantor Bupati Buleleng, Kamis (1/8/2024). Ini juga merupakan bentuk patriotisme.

Pj. Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana menerahkan bendera untuk dibagikan kepada warga di Buleleng | Foto: Dok. Kominfosanti Buleleng

Dalam gerakan tersebut, Pemerintah Kabupaten Buleleng berhasil mengumpulkan sebanyak 10.078 bendera. Jumlah bendera yang fantastis itu terkumpul berkat upaya penggalangan swadaya dari instansi vertikal, instansi perangkat daerah, badan usaha dan organisasi kemasyarakatan di Kabupaten Buleleng. “Tolong jangan lagi diinapkan. Hari ini, tolong tugaskan staf untuk memasang. Memasangnya pun yang rapi, dan tidak hanya memasang, tetapi bertanggungjawab juga untuk mengamankannya,” tegas Lihadnyana kepada jajarannya.

Bendera merah putih merupakan salah satu identitas, simbol—pusaka, dan alat pemersatu seluruh masyarakat Indonesia. Bangsa ini berdiri dan merdeka melalui perjuangan merah putih. Tetapi, belakangan seperti terjadi penurunan penghormatan atas bendera pusa tersebut.

Hari ini banyak orang terkesan cuek saja saat menjelang hari kemerdekaan. Mereka tak lagi bergairah memasang atau mengibarkan bendera merah putih pada bulan Agustus. Itulah sebabnya pemerintah pusat menginstruksikan pemerintah daerah untuk membagikan, memasang, dalam rangka mengenang dan mengokohkan kembali rasa nasionalisme dan patriotisme.

“Seluruh masyarakat kedudukannya sama. Sama-sama berkewajiban untuk melakukan pemasangan bendera merah putih. Saya minta Satpol PP, Kesbang, untuk mengecek. Untuk lebih menyemarakkan ini saya mohon bantuan kepada kepala perangkat daerah memasang di tempat-tempat yang telah ditetapkan,” kata Lihadnyana.

Patriotisme perempuan menari pendet bersama di Lovina Festival | Foto: Dok. Kominfosanti Buleleng

Rupa-rupa patriotisme warga dalam menyambut dan merayakan hari kemerdekaan juga dapat kita lihat di desa-desa lain di seluruh wilayah Kabupaten Buleleng. Lihatlah Pemerintah Desa Sudaji, Kecamatan Sawan. Berkolaborasi dengan Aliansi Pemuda Desa (APD) besutan Bagus Okta, Pemdes Sudaji menggelar kegiatan pagelaran budaya dan pasar malam bertajuk “Sudaji Fest”. Dalam kegiatan tersebut setidaknya 35 lebih peserta UMKM lokal yang ikut serta. Ini bentuk patriotisme sekaligus pemberdayaan ekonomi desa.

“Ratusan juta uang beredar di masyarakat ketika pasar malam digelar. Yang seperti ini harus dikelola dengan baik, maka sangat bagus dalam hal peningkatan ekonomi masyarakat,” kata Gede Supriatna, Ketua DPRD Buleleng, saat menghadiri acara tersebut, Selasa (6/8/2024) malam.

Jangan juga dilupakan, sebab ini belum lama terjadi. Dari tanggal 16 sampai 22 Agustus 2024 kemarin, Pemerintah Kabupaten Buleleng kembali menggelar Buleleng Development Festival (BDF) di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Bung Karno, Singaraja. Sudah jelas disampaikan Koordinator Pelaksanaan BDF 2024—dalam hal ini Kepala Dinas Kominfosanti Buleleng—Ketut Suwarmawan, bahwa penyelenggaraan kegiatan ini dilakukan dalam rangka memeriahkan rangkaian HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79.

Sebagaimana Sudaji Fest 2024, BDF ini juga diramaikan oleh partisipasi UMKM lokal yang menawarkan produk-produk unggulan Buleleng—hanya saja cakupannya tentu saja lebih luas daripada festival yang digelar di Desa Sudaji itu. Tak hanya itu, beragam seni pertunjukan dan budaya tradisional juga turut memeriahkan acara, memberikan pengalaman yang kaya bagi para pengunjung.

Patriotisme anak-anak di daerah terpencil di Bukit Yangudi, Desa Les, Tejakula, dalam merayakan kemerdekaan | Foto: tatkala.co/Don

Salah satu seni pertunjukan di BDF 2024 yang mengangkat tema perjuangan—atau katakanlah patriotisme—adalah drama tari Calon Arang dengan judul “Rakyān Purwasidhi Anglukat Lara Roga”yang dipentaskan oleh Paguyuban Seniman Bali (PSB) Kabupaten Buleleng.

Ketua PSB Kabupaten Buleleng, Jro Olit, yang menjadi penggagas pertunjukkan itu, mengatakan drama tari ini mengangkat kisah Purwasidhi, seorang tokoh sakti yang berjasa besar dalam menetralisir pengaruh ilmu hitam di pesisir utara Pulau Bali pada masa lalu.

“Dahulu, pesisir utara terkenal dengan kekuatan ilmu hitam yang sangat hebat. Mpu Sidimantra merasa perlu membersihkan kawasan ini, dan dalam prosesnya, beliau menemukan Tirta Amerta, sumber air suci yang melindungi wilayah ini dari pengaruh jahat,” ujar Jro Olit, Sabtu (17/8/2024) malam.

Jro Olit menegaskan bahwa kisah ini bukan sekadar cerita yang hitam-putih, tetapi juga simbol perjuangan untuk membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi masyarakat pesisir utara Bali. Drama ini juga menggambarkan pertempuran epik antara Purwasidhi dan seorang penguasa ilmu hitam—yang pada akhirnya dimenangkan oleh Purwasidhi dengan dukungan rakyat setempat. Jika kita tarik dalam konteks patriotisme, kisah tersebut tak jauh berbeda dengan perjuangan rakyat Nusantara dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

Meski tidak secara terang-terangan dijelaskan atau disebut sebagai perayaan HUT Kemerdekaan, Lovina Festival 2024 juga mencerminkan rasa cinta, kebanggaan, dan loyalitas terhadap negara atau Tanah Air. Lovina Festival diselenggarakan demi kejayaan masyarakat Buleleng dan integritas tanah air. Dan Lovina Festival juga mencakup dukungan terhadap nilai-nilai, budaya, dan prinsip-prinsip yang dipegang oleh negara.

Bendera merah putih untuk ojol di Buleleng | Foto: Dok. Kominfosanti Buleleng

Lihatlah, sebagaimana dikatakan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva Askara, acara tersebut melibatkan lebih dari 1.630 pengisi acara dan ratusan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pada pembukaan Lovina Festival diwarnai dengan pementasan Tari Pendet yang ditampilkan secara massal oleh sekitar 500 penari, yang membuat para wisatawan terpesona saat penari-penari itu menari dengan sepuhan matahari tenggelam di Pantai Lovina.

Namun, terlepas dari acara tersebut, di Desa Bondalem, Tejakula, bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda dan remaja sedang pontang-panting belari sambil membuat ulatan tipat. Dapat dibayangkan betapa serunya melihat orang berlari sekaligus harus fokus mengulat, menganyam janur menjadi sebuah ketupat yang rapi. Ini merupakan ragam ekspresi yang lain dalam menunjukkan rasa patriotisme—cinta tanah air—dan keterampilan tradisional sekaligus.

Lomba yang dapat dikatakan sebagai pelestarian tradisi ini—dengan cara yang menyenangkan itu—juga dibarengi dengan lomba menangkap bebek. Barangkali panitia hendak mengatakan bahwa perjuangan merebut kemerdekaan tentu jauh lebih susah daripada mengejar dan menangkap seekor unggas yang tak bisa terbang itu.

Sampai di sini, tentu masih banyak ekspresi atau rupa-rupa patriotisme di Buleleng dalam menyambut dan merayakan HUT Kemerdekan yang tak dapat disebutkan dalam artikel ini. Tetapi, yang jelas, beberapa kegiatan yang disebutkan di atas menjadi bukti bahwa masyarakat Buleleng masih memiliki rasa cinta terhadap tanah air dan rela terlihat konyol dengan masuk ke dalam karung, memakai helm, lalu berusaha lari sekencang mungkin. Ya, sekali lagi, itulah cinta! [T][Adv]

Reporter/Penulis: Jaswanto
Editor: Made Adnyana

Catatan: Artikel ini ditulis dan disiarkan atas kerjasama tatkala.co dan Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik (Kominfosanti) Kabupaten Buleleng.

Sukses Kuatkan Kompetensi UMKM, Sukses Entaskan Kemiskinan Ekstrem di Buleleng
Kisah Sukses Buleleng Turunkan Stunting, Ada Edukasi untuk Calon Pengantin
Deyana, Devita dan Novita: Kartini-kartini Muda Kebanggaan Buleleng Dalam Pelestarian Gong Kebyar Bali Utara
Sosok-sosok Kartini Buleleng, Dari Segala Lini Menebar Inspirasi Bagi Perempuan Buleleng
Gong Kebyar Desa Kedis, Setelah 32 Tahun Mati Suri
Tags: HUT Kemerdekaan RIPemkab Buleleng
Previous Post

22 Perempuan Merayakan Kebebasan : Catatan Ringan di Hari Kemerdekaan

Next Post

Kata Grodog dan Onomatope | Ini Cerita Tentang Lemari

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Kata Grodog dan Onomatope | Ini Cerita Tentang Lemari

Kata Grodog dan Onomatope | Ini Cerita Tentang Lemari

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co