12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Kala Api, The Age of Pawns”: Pameran Made Kaek di Yogyakarta untuk Sang Kakek

tatkalabytatkala
August 21, 2024
inPameran
“Kala Api, The Age of Pawns”: Pameran Made Kaek di Yogyakarta untuk Sang Kakek

Made Kaek

MADE Kaek, perupa Bali yang penuh dedikasi dalam bidang seni itu memamerkan karya-karyanya di Bentara Budaya Yogyakarta, 23-30 Agustus 2024.

Pameran tunggal itu bertajuk “Kala Api, The Age of Pawns”.

Pameran di Yogyakarta, bagi Kaek, ia rasakan seperti pulang kampung.

“Jogja itu sudah terasa seperti kampung, dan pameran ini seperti membangkitkan nostalgia tiga puluh tahun silam ketika saya memutuskan untuk menekuni profesi sebagai seniman,” kata Kaek di sela-sela pameran.

Made Kaek bernama lengkap Made Dharma Susila. Ia lahir 23 Januari 1967 dan tercatat sebagai sarjana hukum alumnus Universitas Atma Jaya (1985-1991).

Selama kuliah tentang hukum di Yogyakarta, ia tampaknya lebih tertarik dengan seni rupa.

“Memang, saya dari Bali ke Jogja untuk kuliah hukum, tetapi di kota inilah saya mendapat kemantapan hati untuk menjadi seniman,” kata Made Kaek.

Selama kuliah di Yogjakarta ia banyak bergaul dengan mahasiswa seni asal Bali yang bergiat di kelompok  Sanggar Dewata Indonesia.

Ketika itu ia merasa kuliah hukum adalah kewajiban, karena itu kuliah hukum itu adalah saran dari ayahnya yang memang seorang advokat. Bisa disebut kuloiah itu sebagai formalitas saja. Sementara itu idealitas panggilan jiwanya sangat kuat ke seni rupa.

Kendati demikian, akhirnya ia berkesimpulan bahwa hukum dapat menjadi sesuatu yang baik dalam hidupnya. “Ya, saya pergi ke Jogja untuk belajar hukum, tetapi di Jogja saya menjadi seniman,” ujar Made Kaek.

Pameran di Yogyakarta ini ia dedikasikan untuk kakeknya. Kenapa kakek?

Kaek lahir dari aliran darah seni kakeknya, juga ibunya. Ibunya penyanyi keroncong dan kakeknya adalah seorang penari.

I Wayan Glebag, nama kakeknya, adalah seorang seniman tari baris yang terkenal pada zamannya sehingga lahir sebutan “gaya geblag”.

Murid Geblag tersebar di seantero Bali, salah satunya adalah seniman yang juga akademisi Prof Made Bandem, mantan Rektor ISI Yogyakarta.

Pameran dibuka oleh dosen ISI Yogyakarta Dr. Suwarno Wisetrotomo, Jumat 23 Agustus 2023 pukul 19.00 WIB dan dimeriahkan garapan tari kontemporer Agung Gunawan. Sedangkan artis talk diselenggarakan pada Minggu, 25 Agustus 2024 pukul 15.30-18.00 WIB.

Jati Diri Seniman

Made Kaek mengukuhkan jati dirinya sebagai seniman dan terus berproses. Ia pernah belajar dari cara berkesenian Nyoman Gunarsa dan idealisme Made Wianta (kedua seniman ini telah almarhum), yang membuat Made Kaek semakin yakin memilih hidup di jalan berkesenian.

Made Kaek berkarya menggunakan berbagai medium dengan objek dan figur —seperti sering ia sebut— yang berkelindan di alam bawah sadar yang menjadi salah satu sumber inspirasinya.

Bentuk-bentuk figur dan sosok ini pun mengalami evolusi dan kemudian setelah tiga dasawarsa bertransformasi ke tiga dimensi.

Ketika mempersiapkan pameran tunggal  ‘Cryptic, Sublimity of Made Kaek’ pada 2022 ia mulai membuat patung berdasarkan sketsa, drawing maupun lukisannya dengan bahan batu paras dan kayu.

Dalam pameran ‘Kala Api, The Age of Pawns’ ini Made Kaek menampilkan 34 patung dan menyertakan sebuah lukisan di atas kanvas.

Made Kaek menyebut karya dalam pameran kali ini juga merespons keriuhan masa Pilpres 2024 yang masih berlanjut hingga kini, apalagi memasuki pemilihan kepala daerah (pilkada), di mana banyak pihak berlaga seperti bidak-bidak di atas papan catur.

Makhluk-makhluk rekaan Made Kaek dengan misterinya masing-masing menungu peran dan dijalankan dengan berbagai strategi maupun cara untuk suatu tujuan: kemenangan dan kekuasaan.

“Kita sebagai bangsa sudah 79 tahun merdeka, tetapi masih banyak pribadi, masyarakat adat, kelompok minoritas, mereka yang terpinggirkan, dan sebagian rakyat belum merasakan kelegaan yang justru menjadi pion yang gampang dimainkan,” tutur Made Kaek.

Dian Dewi Reich, sahabat Made Kaek yang juga Founder Sawidji & Co dalam katalog pameran menuliskan pada Zaman Pion (The Age of Pawns) orang-orang kecil dapat dibuang dan digunakan tanpa penyesalan untuk skema yang lebih besar.

“Perpaduan estetika dinamis yang menyatu dalam makhluk Made Kaek adalah kunci pesona mereka yang menawan dan aneh. Membawa lapisan makna yang berkomentar tentang isu sosial yang sangat nyata di masa kini,” tulis Dian.

Kata dia, saat kita memasuki ‘Kala Api, The Age of Pawns’ kita berada di dunia di mana alam bawah sadar Made Kaek kini benar-benar terlibat secara sadar dalam dialog sosial. Melalui panggung dramatis dengan banyak karakter yang memainkan perannya.

Karya Made Kaek | Foto: Dok. pameran

Makhluk-makhluk misterius itu kini berkomentar dan memberikan kesaksian dalam pernyataan yang menyindir masyarakat saat ini. Kita berada di era yang panas. Masa konsumsi panas dan energi yang tidak dapat diprediksi. Api itu panas, membakar dan melahap, dan banyak orang yang dikorbankan dalam kobarnya.

“Mungkin begitu pintu terbuka, alam bawah sadar yang sudah lama ada dalam diri Made Kaek memasuki dunia kita dan menunjukkan betapa aneh dan ironisnya kita sebagai sebuah ‘masyarakat’,” kata Dian.

Dua penulis lain dalam katalog adalah Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. Wayan Kun Adnyana dan GM Bentara Budaya Ilham Khoiri.

Kun Adnyana menyebut karya yang disajikan Made Kaek merupakan suatu keberadaan iluminasi dan pencerahan dalam cara pandang timur; misteri, keajaiban, dan/atau hokus-pokus dalam keyakinan rasio Barat.

“Titik temu dalam meyakini keberadaan mistis, berada pada ketakterdugaan yang memesona,” tulis Kun.

Kata dia memandang karya patung Made Kaek, berarti memasuki peristiwa tatapan penuh ketakterdugaan, terlebih bagi apresiator yang bersedia memasukinya semakin dalam dan berempati.

Sementara itu Ilham Khoiri menulis dalam kosmologi masyarakat Bali, baik sekala (aspek yang terlihat) maupun niskala (aspek tak terlihat) dapat dipadukan dalam tatanan kehidupan yang harmonis.

Masyarakat sibuk dengan berbagai kegiatan fisik untuk memenuhi kebutuhan material sehari-hari. Saat bersamaan, digelar bermacam upacara atau ritual yang menghubungkan mereka dengan spiritualitas.

Kosmologi semacam ini juga kental memengaruhi pribadi Made Kaek. Ketika melukis atau mengerjakan patung, seniman ini berusaha mengaitkannya dengan alam bawah sadarnya yang dipenuhi mitologi dan spiritualitas.

“Meski tak dinyatakan dengan jelas, kilasan citraan makhluk-makhluk aneh dalam lukisan atau patung itu mengingatkan pada makhluk-makhluk dalam mitologi Bali,” tulisnya.

Karya Made Kaek | Foto: Dok. pameran

Saat menatap karya seni Kaek, penonton tak hanya menikmati aspek lahiriah yang indah, tetapi juga dapat menelisik lebih jauh ke dalam alam spiritual yang lebih kompleks. Aspek sekala dan niskala telah dirangkum secara apik. Proses kreatif unik Made Kaek semakin memperkaya khazanah ekspresi seni rupa modern di Indonesia,” ungkap Ilham Khoiri.

Dalam performance art saat pembukaan pameran, penari kontemporer Agung Gunawan membawakan judul pameran Made Kaek dalam sebuah narasi gerak yang sublim tentang kesadaran akan waktu dan api.

Agung menyebut suatu waktu ada seseorang memiliki api besar dalam jiwanya, namun tak seorang pun datang untuk menghangatkan dirinya. Orang-orang yang lewat tidak melihat apa pun kecuali sedikit asap yang muncul dari cerobong dan berlalu begitu saja melanjutkan perjalanan mereka.

Memang, itu bukan wewenang mereka untuk mengetahui tentang api besar dalam jiwa seseorang. Seiring perjalanan waktu, kitalah yang harus memutuskan bersama tentang kesadaran akan nyala api yang ada pada diri masing-masing: kala api, api kala. [T]

Sumber: Rilis pameran
Editor: Adnyana Ole

40 Karya Made Kaek dalam “Lines of Poetry” di Russ Gallery Canggu
Insan-insan Imajiner Made Kaek Dipamerkan di Chiang Mai, Thailand
“Cryptic”, Sosok Samar dalam Pameran Tunggal Made Kaek
“Sawidji Comes Home”, Ruang Kolektif, Dari Ubud ke Jantung Kota Denpasar
Pameran Tunggal Made Kaek | Penemuan Stilistik dan Estetik dari Periode ke Periode

Tags: Made KaekPameran Seni RupaSeni RupaYogyakarta
Previous Post

WARṆANAWARNA : Cerita Tentang Warna dan Kemungkinan Skema Teori Warna Bali

Next Post

Meisya Tiarani, Siswa SMAN 1 Singaraja, Juara Pencak Silat Porjar Bali 2024: Hasil Perjuangan Bertahap

tatkala

tatkala

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

Next Post
Meisya Tiarani, Siswa SMAN 1 Singaraja, Juara Pencak Silat Porjar Bali 2024: Hasil Perjuangan Bertahap 

Meisya Tiarani, Siswa SMAN 1 Singaraja, Juara Pencak Silat Porjar Bali 2024: Hasil Perjuangan Bertahap

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co