PUTU Aldi Philberta Harta Celuk bisa dikata sebagai seniman muda dari Buleleng yang senantiasa gelisah dalam berkarya. Keahliannya dalam menggarap karya musik tradisional tak bisa diragukan lagi, namun ia terus memompa upaya untuk menciptakan garapan baru yang benar-benar inovatif.
Untuk itulah, ia terus melakukan berbagai upaya untuk menggabungkan unsur tradisional dan unusr modern dalam garapan-garapan karawitannya. Itu sebuah upaya besar untuk memperkenalkan seni karawitan kepada anak-anak muda di zaman modern ini.
Tahun 2015 ia mendirikan Sanggar Seni Anglocita Suara di Desa Penarukan, Buleleng. Melalui sanggar itulah ia memompa diri untuk menemukan kosa baru dalam seni karawitan.
“Melalaui sanggar ini kami fokus pada penggalian, pelestarian, dan pengembangan seni,” kata Aldi.
Melalui kerja kerasnya untuk menggali sekaligus mengembangkan karya-karya baru, Sanggar Anglocita Suara telah berhasil menghidupkan kembali Tari Cendrawasih yang hampir punah. Sanggar itu juga terus menciptakan karya-karya inovatif yang menggabungkan unsur tradisional dan modern.
Dalam acara dalam acara Bincang Komunikasi di Dinas Kominsanti Buleleng, Selasa 30 Juli 2024, Aldi menekankan bahwa seni karawitan bukan hanya sekadar warisan, tapi juga sebuah bahasa yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Dengan karya-karya inovatif itu, Aldi bersama sanggarnya terus menambah pengalaman internasional, antara lain sanggar itu pernah menjadi Duta Republik Indonesia dalam acara Cunan Wedans di Korea Selatan dan pertunjukan seni di Aula Hasanuddin Kuala Lumpur, Malaysia.
“Penting sekali adanya regenerasi dan inovasi dalam seni karawitan,” kata Aldi.
Modernisasi, kata Aldi, memberikan peluang besar bagi percepatan regenerasi seni di Bali.
“Meskipun telah banyak prestasi yang diraih, Sanggar Anglocita Suara masih menghadapi tantangan, seperti semakin sempitnya ruang tampil di luar negeri,” ujarnya.
Namun, Aldi tetap optimis dan terus berupaya memperluas jaringan kerjasama, termasuk dengan Duta Besar Indonesia di berbagai negara.
Sanggar Seni Anglocita Suara juga berkomitmen untuk mengedukasi generasi muda agar mencintai seni budaya Bali yang kaya akan nilai-nilai luhur dan merupakan bagian dari identitas bangsa Indonesia. Dengan berbagai prestasi dan inovasi yang telah diraih, sanggar ini tidak hanya menjaga tradisi tetapi juga membawa seni karawitan Bali ke kancah internasional.
Upaya menjaga keaslian kesenian Bali, terutama kesenian Buleleng, menurut Aldi, harus juga dilakukan secara intensif. Meskipun terbuka terhadap pengaruh budaya asing, ada upaya gigih untuk tetap mematuhi pakem dan aturan yang telah lama mengakar dalam kesenian Bali.
“Penting juga dilakukan evaluasi dalam setiap pementasan,” kata Aldi.
Aldi mengapresiasi adanya ruang kesenian yang difasilitasi oleh pemerintah, salah satunya di RTH Bung Karno.
“Dengan adanya RTH Bung Karno yang kini bisa digunakan untuk pentas, para seniman memiliki wadah untuk berkreasi dan mempromosikan karya mereka. Namun, evaluasi tahunan diperlukan agar pementasan tidak monoton dan selalu menarik minat penonton,” ujarnya.
Aldi mengatakan, kolaborasi internasional juga patut untuk terus ditingkatkan dalam upaya pengembangan kesenian. Salah satu contoh adalah kolaborasi dengan seniman kenalannya dari Kanada yang sudah mulai mengadopsi kesenian karawitan, yang sering berbagi karya, cerita, dan pengalaman.
“Budaya Barat memiliki disiplin yang tinggi dalam proses penciptaan seni, dan itu yang bisa kita pelajari dan adopsi,” kata Aldi.
Dengan semangat keterbukaan yang tetap berpegang pada tradisi, ia berharap kesenian Bali khususnya di Buleleng terus berkembang dalam menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan identitasnya. [T][Rls]
Sumber: Rilis Dinas Kominfosanti Buleleng
Editor: Adnyana Ole