INI adalah catatan dari seorang aktor sebelum pementasan Komunitas Aghumi pada saat acara NI POLLOK BERCERITA; STUDI TUR PERFORMATIF MUSEUM LE MAYUR dengan judul pementasan “RAHIM BAHARI”.
Acara ini tentunya memiliki pemaknaan sebagai tempat lahirnya sebuah energi kehidupan di lautan yang subur penuh berkah. Yang terinspirasi dari kartu tarot Mayor The Moon yang menunjukkan sisi kekuatan kegelapan melalui sumber energi naluri yang ada di alam bawah sadar, menyentuh ruang kandung tersembunyi agar menepi sejenak untuk menuju penyembuhan.
Tahukah teman-teman? Ternyata pementasan Rahim Bahari pernah dipentaskan saat acara Festival Bali Jani 2023 di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali.
Kali ini acara pementasan Komunitas Aghumi dilaksanakan di salah satu museum yang berada di Provinsi Bali, Daerah Sanur yaitu “Museum Le Mayur”. Tapi pementasan kali ini menampilkan konsep tata panggung yang berbeda pada umunya, tentunya tidak seperti saat acara Festival Bali Jani 2023 di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali.
Konsep tata panggung kali ini ialah memanfaatkan tempat yang sudah ada seperti ruangan museum, taman, dan area tempat suci dengan di iringi konsep eksplorasi gerak yang dilakukan dengan proses berpikir, berimajinasi, dan merespon suatu objek dengan menggunakan panca indra.
Acara ini akan berlangsung selama dua hari yaitu Sabtu, 6 Juli, dan Minggu, 7 Juli 2024. Di hari pertama dilaksanakan acara pembukaan dan lomba tari kontemporer. Di hari kedua ini merupakan acara puncak, pementasan Rahim Bahari akan dilakukan sebagai pementasan penutupan.
Museum Le Mayur merupakan salah satu cagar budaya di Denpasar yang menampilkan isu lingkungan dan perempuan. Disini kita memproduksi wacana masa lalu, melalui program ini tentunya kita ingin membuka sebuah ruang produksi tentang pengetahuan wacana kritis kenyataan melalui situs cagar budaya. Dengan demikian, diharapkan melalui pementasan ini dapat menumbuhkan kesadaran terhadap masyarakat tentang pentingnya nilai asah, asih, dan asuh bagi perempuan di kehidupan sosial dan budaya.
Orang-orang yang terlibat pada acara “Ni Pollok Bercerita: STUDI TUR PERFORMATIF MUSEUM LE MAYEUR” adalah:
- Direktur Kreatif: Wulan Dewi Saraswati
- Direktur Program: Santi Dewi
- Manager Produksi: Ingga Adelia
- Direktur Film: Amrita Dharma
- Direktur Musik: Heri Windi Anggara
- Penata Musik: Akmal Jana Prasetya & Manipuspaka
- Sekretaris: Palapa Cahaya Bintang
- Bendahara: Jatana Kassapa
- Graphic Designer: Kevin Weda Arta
- Photographer: Adi Wirawan & Cahya Yuana
- Koordinator Lomba: Ilham Dwi Kurniawan
- Koordinator Volunteer: Vira Pramitha
- Koordinator Diskusi & Workshop: Pritha Maharani
- Artistik: Arjun Mahavira, Satria Nugraha, Ferdianus Duan
- Logistik: Hana Carissa, Lia Apriani, Cempaka Bunga, Putu Ika
- Manager Media: Abi Surya & Aditya Arya
- Volunteer: Teater Sangsaka & Komunitas Samar
- Aktor Rahim Bahari: Putu Ika, Bintang , Ingga, Pritha, Lia, Cemi, Keisa
Pementasan Rahim Bahari
Pementasan Rahim Bahari ini tentunya memiliki makna yang mendalam terkait momen yang mencekam dan penuh haru.
Seperti pada salah satu dialog transisi ke puisi kota dalam ingatan:
A: Siapa yang akan menyelamatkan kita?
B: Siapa yang menolong kita dari bencana ini?
C: Mungkin angin-angin yang sumbang
D: Atau nelayan kapal yang terapung
E: Mungkinkah kita akan hilang?
Rahim Bahari merupakan sebuah pantulan budaya perempuan tangguh yang hidup di pesisir. Kehidupan nya kadang bagai badai yang terombang-ambing oleh isu sosial dan kadang juga asin seperti air laut.
Saya sebagai salah satu aktor dalam pementasan itu, awalnya coba-coba. Sebenernya saya mengikuti kegiatan ini untuk mengisi waktu luang selama liburan saja. Kan lumayan ya bisa menambah pengalaman dan juga sekalian healing ke pantai.
Saya mengikuti pementasan ini tidak sepenuhnya dari awal tapi saat pertengahan proses saya baru mulai ikut berpartisipasi. Awal-awal proses saya sedikit kaget ternyata proses ini sudah berjalan lumayan jauh, Tetapi saya tetap optimis mengejar ketertinggalan.
Pada pementasan ini saya mengikuti perekaman dialog, Jujur ini baru pertama kali saya melakukan rekaman tapi berkat kesabaran dari Wulan Dewi Saraswati yang membimbing saya agar bisa. hal ini dilakukan agar tidak terlalu banyak pengulangan akibat kesalahan pada saat proses perekaman.
Proses latihan | Foto: Dok. Aghumi
Selama berpartisipasi dalam pementasan ini saya merasa sangat senang karena mendapatkan pengalaman dan pelajaran ilmu yang berharga yaitu tentang rasa saling menghormati dan asah, asih, asuh. Terlebih lagi Aghumi berkerja sama dengan Narwastu Autism Learning Awareness untuk membantu anak-anak autis dalam memprodusi karya seninya.
Melalui pementasan ini saya melihat anak perempuan yang berani bernama Keisa. Melalui pementasan ini Keisa bisa semakin menggali bakat nya dan juga membuktikan bahwa anak autism memiliki keunikan yang patut untuk dikembangkan.
Kostum di pementasan Rahim Bahari ini memakai pakaian dengan pemilihan warna penuh makna. Seperti baju warna biru yang identik memiliki arti kedamaian, kepercaya dirian, dan kesetiaan. Untuk bawahan menggunakan celana warna ijo yang memiliki makna positif seperti kenyamanan, kharisma, penyembuh, dan kemurahan hati.
Hal yang menarik di pementasan ini selain para aktor Rahim Bahari yang memanfaatkan tempat yang sudah ada di museum dengan melakukan eksplorasi gerakan merespon tempat menggunakan pemikiran yang kreatif.
Adapun properti yang dibuat secara unik seperti ulatan kura-kura dan perahu yang terbuat dari rotan yang dibentuk menyerupai serta mempertahankan estetika ulatan rangka tanpa ditutupi menggunakan koran. Hal ini merupakan salah satu pemikiran kreatif bahwa dalam menciptakan sebuah mahakarya bisa menggunakan bahan-bahan yang organik. [T]