LIMA Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu (PTKH) di Indonesia menggelar kolaborasi pengabdian masyarakat. Pengabdian ini dilakukan untuk merespon kondisi literasi Hindu di kalangan Gen Z atau pemuda Hindu di Indonesia.
Rendahnya literasi Gen Z menjadi tantangan bagi stakeholder Hindu untuk membangun ekosistem pengajaran dan edukasi Hindu berbasis digital atau virtual. Perguruan tinggi didorong mengambil peran sentral dan strategis dalam literasi Hindu Gen Z.
Hal tersebut mengemuka dalam kegiatan kick off (pembukaan) program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Kolaboratif Perguruan Tinggi 2024 pada Program Dharma Literacy Academy (DLA) yang dirangkai dengan Webinar Nasional “Gen Z & Tantangan Beragama di Ruang Digital”, Selasa (11/6/2024).
Kehadiran ruang digital seolah menjadi realitas baru yang diyakini masyarakat. Generasi muda Hindu, khususnya Generasi Z, memiliki pola yang berbeda dengan generasi sebelumnya dalam menelaah informasi, termasuk ajaran agama. Oleh karena itu, diperlukan berbagai terobosan dalam penyebarluasan dan pemahaman ajaran agama saat ini.
“Penting mengontruksi wajah agama untuk masuk dalam ruang virtual,” ujar Dirjen Bimas Hindu Kemenag RI, Prof. I Nengah Duija yang membuka kegiatan sekaligus sebagai keynote speaker.
Saat ini, tambah Duija, masyarakat dihadapkan pada realitas kenyataan dan realitas virtual. Kaum Gen Z memiliki perbedaan kultur, yakni cenderung lebih suka masuk ke ruang virtual dibandingkan dengan realitas nyata. Yang menarik, realitas virtual ini seolah-olah dianggap sebagai realitas yang nyata.
Terkait itu, bersama pihaknya Duija mendorong kehadiran para intelektual muda yang memiliki kemampuan dalam menyebarkan literasi keagamaan di dunia maya. Duija menegaskan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Mulai dari literasi budaya dan literasi agama yang harus masuk di ruang virtual.
Metode virtual, kata Duija, bisa dipandang sebagai revitalisasi guna menghidupkan kembali semangat penyebaran ajaran agama sehingga bisa dipahami lebih mudah—karena kecepatan dan keterjangkauan dunia virtual salah satunya adalah media sosial.
“Kita bersama-sama harus mengontruksi literasi apa yang membuat anak-anak kita mencintai agama Hindu,” ujar Duija.
Adapun PKM ini melibatkan dosen dan mahasiswa dari STAHN Mpu Kuturan Singaraja, UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, IAHN Gde Puja Mataram, STAHN Jawa Dwipa Klaten, dan STHD Dharma Sentana Sulawesi Tengah.
Dirjen mengapresiasi PKM yang dikemas dalam bentuk Program Dharma Literacy Digital ini. PKM yang didukung oleh Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama tersebut merupakan program yang mendukung kehadiran dan peran intelektual di tengah-tengah masyarakat dalam menghadapi berbagai persoalan, salah satunya persoalan yang dihadapi oleh umat Hindu.
Ketua Tim PKM Kolaboratif Perguruan Tinggi 2024 I Komang Agus Widiantara menjelaskan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang disiapkan khusus untuk generasi muda Hindu, terutama Gen Z. Sebelumnya, ia bersama timnya telah melaksanakan survei dengan sampel Gen Z di lima daerah, yakni Buleleng, Bangli, Mataram, Klaten, dan Palu.
Berdasarkan survei dengan 104 responden tersebut, terungkap sebanyak 72,8 persen gen Z menyatakan kurang memahami ajaran Hindu dengan baik sesuai pengamatan di daerah masing-masing.
“Oleh karena itu, kegiatan ini, menurut kami, penting untuk dilaksanakan. Persoalan literasi menjadi tantangan semua stakeholder Hindu, terutama kampus, agar berlobarasi dalam jangka panjang,” ungkapnya.
Dharma Literacy Academy sendiri merupakan program akslerasi pengembangan kapasitas pemuda Hindu (Gen Z) dalam rangka memperkuat dan memantapkan keyakinan terhadap Hindu di era digital. Program ini juga mendorong sekaligus membangun mindset, tindakan inklusif dan moderasi bergama yang kontekstual di masyarakat bagi Gen Z.
Kegiatan PKM ini diikuti oleh 100 pemuda Hindu dari berbagai kalangan—aktivis, organisasi kepemudaan, mahasiswa dan kalangan pelajar—dengan perwakilan 20 orang di masing-masing daerah.
Ada beberapa agenda yang dilaksanakan, yakni Dharma Talk, Sharing Session, Literasi Digital, Hindu Webinar Series, Kelas Kreatif, Dialog Pemuda Antaragama, Spiritual Journey, On Site Moderation, dan Hindu Content Competition. “Kegiatan akan berlangsung selama 3-4 bulan ke depan,” ujar Dosen Prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan tersebut.
Program tersebut juga didorong tidak semata sebagai ruang edukasi bagi gen Z Hindu di Indonesia. Namun juga membangun solidaritas pemuda Hindu dari berbagai latar belakang etnis, kelompok, budaya dan wilayah di Indonesia. “Agar mereka bangga dan melek literasi Hindu,”tambah Ketua Peradah Indonesia Provinsi Bali Periode 2028-2021 tersebut.
Kegiatan PKM akan berlangsung secara online dan offline dengan menghadirkan narasumber dan mentor dari berbagai latar belakang, mulai dari akademisi, praktisi, tokoh Hindu, jurnalis, hingga aktivis Hindu. Sementara puncak acara Dharma Literacy Akademy nantinya akan dipusatkan di Jawa Tengah pada Agustus 2024 mendatang.
Sementara itu, untuk memperkuat pengayaan dan literasi Hindu bagi Gen Z dilangsungkan Webinar “Gen Z & Tantangan Beragama di Ruang Digital” dengan menghadirkan Direktur Pendidikan Hindu Ditjen Bimas Hindu, Trimo; Penulis/Duta Dharma asal Jawa Timur Miswanto; dan Akademisi STAHN Mpu Kuturan Singaraja Dr. I Made Bagus Andi Purnomo.
Ketiga narasumber pada prinsipnya menegaskan bahwa Gen Z di kalangan Hindu tidak semata lincah dan adaptif dalam memanfaatkan teknologi untuk mengonsumsi informasi, hiburan, dan membangun konektivitas sosial di ruang virtual. Namun juga membangun jejaring keumatan dan memanfaatkan referensi literasi Hindu yang sangat mudah dijumpai di ruang digital.[T][Rls]
Editor: Jaswanto