Persaingan sektor pariwisata di Indonesia belakangan ini cukup menggembirakan. Beberapa daerah di Tanah Air berpacu untuk menawarkan objek dan daya tarik wisatanya. Itu semua karena pariwisata dipandang mampu mendongkrak pendapatan asli daerah.
Wisata edukasi menjadi salah satu pilihan produk wisata yang banyak dikembangkan di daerah. Wisata edukasi adalah konsep dan kegiatan yang memadukan unsur rekreasi atau wisata dengan unsur muatan pendidikan.
Wisata edukasi atau eduwisata merupakan perpaduan antara berwisata dengan muatan pendidikan di setiap objek dan atraksi wisata. Dapat dikatakan, eduwisata adalah berwisata sambil belajar atau belajar sambil berwisata.
Dampak positif wisata edukasi antara lain dapat berupa rasa cinta terhadap bangsa dan negara serta menambah pengetahuan tentang berbagai sumber daya alam, sosial, ekonomi, maupun budaya bagi wisatawan. Melalui wisata edukasi dapat dikenalkan nilai-nilai luhur perjuangan bangsa serta keragaman budaya nusantara.
Selain itu wisata edukasi juga dapat mendorong sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga dan melestarikan alam, lingkungan, dan warisan sosial budaya. Wisata edukasi juga dapat menumbuhkan pusat-pusat kegiatan sosial budaya di daerah.
Tidak hanya itu, wisata edukasi juga dinilai memiliki manfaat secara ekonomi, yaitu dapat turut mendongkrak pendapatan nasional dan daerah dari sektor pariwisata mengingat tingginya jumlah pelajar di Tanah Air. Selain itu, wisata edukasi juga dinilai dapat memacu tumbuhnya industri dan ekonomi kreatif di daerah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bentuk Kegiatan
Secara kognitif, wisata edukasi sebagai media pengenalan objek dan atraksi yang mengandung unsur pendidikan. Misalnya mengunjungi perkebunan, sawah, museum, kebun binatang, peternakan, dan pusat kerajinan. Sementara secara afektif, eduwisata akan menumbuhkan rasa memiliki, rasa kagum pada flora fauna serta peninggalan sejarah, serta rasa cinta pada bangsa, negara, dan tanah air Indonesia.
Sedangkan secara psikomotorik, wisata edukasi dapat dimanfaatkan untuk melakukan sesuatu yang biasa dilakukan masyarakat setempat. Misal, memetik buah di objek agrowisata, menanam padi di sawah, memberi makan satwa, memerah susu di peternakan, serta belajar membuat kerajinan tangan di pusat kerajinan.
Wisata edukasi bisa dilakukan sebagai bentuk ekstrakurikuler sekolah maupun bagian dari Rencana Pembelajaran Semester (RPS), mulai dari SD hingga SMA; bahkan perguruan tinggi. Dengan demikian ada alokasi waktu yang disediakan dalam proses belajar mengajar untuk siswa berada di luar kelas. Oleh sebab itu, wisata edukasi sangat cocok bagi wisatawan generasi Z dan Alpha yang masih berada di bangku sekolah atau kuliah.
Bentuk kegiatan wisata edukasi bisa bersifat dalam ruang (indoor) maupun luar ruang (outdoor). Wisata edukasi dalam ruang dapat dilakukan di museum, laboratorium, galeri seni budaya, studio, gedung kesenian, dan teater.
Sedangkan di luar ruang dapat dilakukan di taman rekreasi, kebun binatang, perkebunan, hutan, danau, pantai, maupun tempat ibadah. Konser musik, festival seni, dan karnaval juga dapat dikemas sebagai wisata edukasi.
Bentuk kegiatan wisata edukasi dapat disesuaikan antara bidang ilmu yang dipelajari generasi Z dan Alpha. Mereka yang sedang mempelajari sejarah dapat mengunjungi museum, candi, maupun monumen. Bagi mereka yang mempelajari ilmu biologi atau botani akan diajak ke taman, perkebunan, dan kebun binatang.
Upaya
Pemerintah daerah perlu memperbanyak jumlah wisata edukasi guna meningkatkan angka kunjungan wisatawan. Pemerintah daerah juga perlu merancang dan menambah paket eduwisata di daerahnya,. Pasalnya, wisata edukasi pada saat ini makin banyak diminati. Apalagi jumlah pelajar di Tanah Air mencapai lebih dari 39 juta siswa.
Konsep wisata edukasi perlu ditingkatkan sebagai alternatif destinasi yang dapat menarik minat wisatawan khususnya generasi muda. Pemerintah pusat maupun daerah serta pengelola objek wisata dan pihak terkait lainnya perlu berupaya meningkatkan promosi destinasi wisata edukasi, mulai dari sekolah-sekolah hingga promosi melalui media sosial.
Pemerintah juga dapat mengupayakan agar wisata edukasi menjadi bagian dari kurikulum sekolah atau bagian dari proses belajar mengajar. Bahkan jika perlu, pemerintah dapat mencanangkan gerakan wisata edukasi secara nasional mengingat banyaknya manfaat positif dari kegiatan bermain sambil belajar bagi anak-anak.
Karena itu, konsep wisata edukasi perlu dirancang secara menyeluruh dengan melibatkan unsur pemerintah, pemangku kepentingan pariwisata, akademisi, termasuk juga pelaku pendidikan, agar tepat sasaran. Kendati demikian, para pihak terkait perlu secara terus menerus melakukan peningkatan dan pemutakhiran sarana dan prasarana di objek wisata tersebut.
Berwisata pada hakikatnya bukan sekadar pelesiran. Pariwisata juga bukan semata menikmati keindahan. Pariwisata adalah media pembelajaran bagi semua.[T]
BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU