EMPAT hari pasca pemilu, nama Alfiansyah Bustami Komeng, atau yang sering dipanggil Komeng, masih hangat menjadi perbincangan publik. Mulai dari diskusi dan seminar politik, warung kopi, hingga di media sosial.
Tidak ada angin tidak ada hujan, masyarakat Jawa Barat dikejutkan dengan kertas suara yang bergambar komedian kondang tersebut diantara calon legislatif (caleg) Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Jawa Barat. Setelah kabar tersebut beredar di media sosial, ternyata tidak hanya masyarakat Jawa Barat saja yang kaget.
Bagaimana tidak, biasanya, peserta pemilu akan mohon do’a restu dan dukungan kepada masyarakat yang menjadi daerah pilihannya. Alat peraga kampanye, tersebar di mana-mana. Mengaktifkan media sosial dan kegiatan turun ke masyarakat dengan panggung yang besar sebagai sarana kampanye. Hal ini banyak dilakukan caleg agar masyarakat mengenal dan memilih di hari pemilihan.
Alih-alih Komeng melakukan kampanye mainstream semacam itu, justru sebaliknya. Dia melakukan kampanye dengan senyap dan enggan publik tahu. Rekan kerja dan teman dekat Komeng, Daus Mini, tersebar sebuah video di media sosial, menerangkan saat dirinya menanyakan perihal kampanye malah diingatkan oleh Komeng, jangan berisik.
Hingga hari ini, perolehan suara sementara Komeng menjadi peringkat pertama diantara caleg di daerah pemilihannya dengan perolehan lebih dari 1,4 juta dan diprediksi akan terus bertambah.
Sedikitnya empat faktor yang menjadikan dirinya sukses di Pemilu 2024.
Pertama, dia merupakan sosok publik figur. Sebelum menjadi caleg, artis yang pernah menjadi bintang iklan bersama Valentino Rossi itu mengawali kariernya di dunia hiburan sejak tahun 1991 hingga sekarang. Mulai dari Pemeran, Pelawak, Pengisi Suara, Penyiar Radio hingga c Presenter. Hal ini yang menjadi sarana ‘kampanye’ hingga sosoknya dikenal di seluruh penjuru negeri.
Kedua, tidak ada isu miring tentang Komeng. Pelawak yang memiliki gelar sarjana ekonomi ini dikenal sebagai sosok yang profesional, mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya dan juga di kenal dengan sosok yang jenaka. Sehingga, isu miring yang dapat ‘digoreng’ untuk mengganggu elektabilitasnya hampir tidak ada.
Ketiga, tanpa partai. Sebelum maju sebagai caleg DPD RI, Komeng ditawari oleh beberapa partai untuk gabung, namun dia menolak. Artis yang pernah ikut kaderisasi organisasi HMI ini, ingin merasa merdeka, tidak ingin ada ketergantungan dengan partai. Hal inilah point tambahan untuk calon pemilih untuk memilih dia. Karena ada juga, calon pemilih hanya tertarik dengan caleg nya saja, tidak dengan partai. Dengan Komeng maju di DPD RI, dia terbebas dari ‘dosa partai’ yang punya rekam jejak tidak baik. Misalnya, partai tertentu pernah punya kader korupsi, tidak pro rakyat, dan lain sebagainya, yang dapat berdampak elektabilitas pada Komeng.
Keempat, calon pemilih tidak banyak yang tahu dan kenal dengan caleg DPD RI. Di Pemilu 2024, masyarakat lebih terfokus pada calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres). Seringkali mengabaikan, bahwa selain capres-cawapres masih ada caleg DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kota/Kabupaten dan DPD RI yang harus di pilih. Ditambah dengan edukasi oleh pelaksana pemilu yang dirasa kurang, mengakibatkan masyarakat bingung mau pilih siapa, karena tidak banyak yang kenal, khususnya caleg DPD RI.
Di tengah kebingungan calon pemilih, sosok publik figur bang Komeng hadir sebagai jawaban yang layak untuk dipilih. Hal tersebut cukup beralasan, mengingat, sejauh ini masih bang Komeng masih terkenal ‘bersih’ dan jenaka. Tentu calon pemilih berharap, sebagai publik figur diharapkan mampu memberikan kebijakan yang spontan tapi uhuuuuy bagi kehidupan masyarakat. [T]
BACA tulisan lain dari penulis Cherik Ayyash