28 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Guru Bahasa Bali “Pengawi” : Kata Pengantar Buku Antologi Puisi ”Gita Rasmi Sancaya” Karya I Putu Wahya Santosa

I Wayan ArtikabyI Wayan Artika
February 14, 2024
inUlas Buku
Guru Bahasa Bali “Pengawi” : Kata Pengantar Buku Antologi Puisi ”Gita Rasmi Sancaya” Karya I Putu Wahya Santosa

SALAH satu topik pembicaraan Putu Setia dalam buku Menggugat Bali adalah keberadaan sastra Bali di Tengah-tengah perubahan masyarakat karena pilihan politik setelah perang, pendidikan modern, transformasi sosial yang cepat, serta perkonomian pariwisata yang menjadi tandingan pertanian.

Dalam buku perjalanan pulangnya itu, Putu Setia menulis satu judul “I Made Taro di Sasih Karo”. Puisi ini bercerita soal udara dingin di Bali yang jatuh pada sasih karo menurut kalender Bali. Bagi orang Buleleng dingin sasih karo ditandai dengan musim komak. Bagi petani kopi di Kecamatan Pupuan, dingin ini bertepatan dengan musim kopi.

Menggugat Bali adalah buku budaya dengan gaya tulis esai perjalanan tentang berbagai hal yang penting dalam kehidupan Bali, seperti kalender Bali (wariga), judi, ilmu hitam, arsitektur, sastra Bali modern, baju harimau, tradisi beragama baru, toleransi di Desa Pegayaman, desa-desa yang berubah menjadi destinasi wisata, teater topeng, wayang kulit, candi bentar di jalan raya yang berfungsi sebagai tugu tapal batas dua desa, tradisi nyastra mabebasan, dan masih ada topik yang lain.

Semua topik di dalam buku itu digugat atau dipertanyakan oleh Putu Setia. Ia mengakui bahwa bukunya hasil pemikiran yang berjarak dengan Bali semenjak meninggalkan Bali, bekerja di Majalah Tempo, Jakarta.

Tentu saja sastra Bali modern yang tidak luput dari gugatan tersebut! Gugatan Putu Setia memang pada akhirnya normative; hal-hal lumrah dalam pembicaraan sastra Bali modern. Elemen normalitas tersebut misalnya, mengatakan bahwa sastra Bali hidup merana. Ia tetap ada tetapi tidak berkembang.

Sastra Bali modern berkaitan erat dengan isu kematian bahasa Bali karena dalam hal ini media sastra adalah bahasa. Memang ada dua pandangan yang selalu diulangi di dalam forum bahasa Bali, seperti beberapa kali pesamuan dalam berbagai tingkatan (alit/agung), kongres, seminar, lokakarya, sarasehan, yaitu yang percaya bahasa Bali mati dalam waktu sepuluh tahun dan yang menolak kematian bahasa Bali.

Di luar forum-forum itu, pemerintah tetap bekerja untuk mengembangkan bahasa Bali. Sampai saat ini hasil kerja pemerintah tersebut, baik berupa regulasi, program, dan kurikulum, telah membuahkan hasil: semakin hilangnya rasa pesimis bahwa dalam waktu tidak sampai lima belas tahun lagi bahasa Bali akan punah.

Demikian pula dalam sastra Bali modern. Dalam hal ini ada satu catatan penting, yaitu penghargaan sastra Rancage. Kelak hal ini disusul oleh pemberian penghargaan sejenis oleh orang Bali, seperti yang dilakukan oleh seorang perbekel atau kepala desa (Kukuh, Tabanan), yaitu Made Sugianto, lewat penghargaan bernama Gerip Maurip.

Tentu saja, kehidupan sastra Bali tidak lepas dari seorang penjaga yang berwibawa, yang adalah intelektual Bali sendiri, berbeda dengan ahli sastra Bali era kolonial yang semuanya adalah sarjana atau para peneliti kolonial; yaitu Prof. Nyoman Darma Putra. Beliau adalah juri tetap untuk sastra Bali dalam ajang Penghargaan Sastra Rancage. Sementara itu, kajian dan catatan perjalanan sastra Bali modern tetap dilakukan oleh beliau, seperti buku yang menjadi rujukan sastra Bali, Tonggak Baru Sastra Bali Modern.

Gugatan Putu Setia terhadap sastra Bali, keteguhan intelektual yang ditunjang oleh keandalan metodologi kajian terhadap sastra Bali modern yang dikerjakan secara konsisten oleh Prof. Darma Putra, penghormatan masyarakat terhadap sastra, perhatian pemerintah, kerja nyata perseorangan (dalam penerjemahan, penerbitan, penghargaan, pengelolaan media sastra Bali digital oleh Suara Saking Bali yang digawangi oleh Putu Supartika), peranan guru bahasa Bali yang telah ditempa di universitas di Bali (Universitas Udayana, Undiksha, UPMI, STAHN Mpu Kuturan, STKIP Agama Hindu Amlapura), para penyukuh bahasa Bali, dan tentu saja Balai Bahasa Provinsi Bali dengan program nasional yang berkelanjutan dalam Proyek Revitalisasi Bahasa Ibu; rupanya telah menyumbang dan menunjukkan perkembangan pesat sastra Bali Modern.

Tentu dalam perkembangan ini ada satu catatan penting bahwa sastra Bali modern maju dalam produksi dan masih menunggu perkembangan dalam konsumsi. Tahun-tahun mendatang, konsumsi sastra Bali modern harus digalakkan, seperti dengan memasukkannya ke kultur digital seperti yang dilakukan oleh Balai Bahasa Provinsi Bali yang berwujud alih wahana atau produksi sastra berbasis digital (Majalah Suara Saking Bali).

Terbitnya buku puisi karya I Putu Wahya Santosa, Gita Rasmi Sancaya, yang seorang guru bahasa Bali, tamatan dari Program Studi Pendidikan Bahasa Bali Undiksha, tentu harus diposisikan dalam perkembangan sastra Bali, sebagaimana telah disampaikan di atas, sebagai satu jawaban atas gugatan Putu Setia pada tahun 1983. I Putu Wahya Sentosa menjadi elemen penting dalam menghapus pesimisme atas nasib buruk yang menimpa bahasa Bali dan juga sastranya. Produksi sastra sebagai salah satu elemen pelestarian dan untuk mengembangkan bahasa Bali sangat dibutuhkan oleh bahasa Bali itu sendiri karena telah dimafhumi bersma tanah dan air bahasa Bali itu juga pada susastranya.

Melihat profesi I Putu Wahya Santosa yang adalah seorang guru, akan memberi nilai lebih strategis dalam Pendidikan bahasa Bali. Bahasa Bali yang ada di tangan guru penekun atau pengawi akan sangat jauh berbeda kehebatannya jika dibandingkan dengan guru yang tidak menekuni sastra. Memang guru-guru bahasa Bali penekun sastra sangat langka. Pun ini adalah kenyataan buruk di sekolah-sekolah pada perkara pengajaran bahasa Bali.

Pelajaran bahasa Bali menjadi kuliah-kuliah linguistik yang berat, hafalan dan tidak fungsional. Buku-buku pelajaran bahasa Bali sama sekali tidak didukung oleh literasi sastra padahal tersedia banyak bahan pelajaran bahasa Bali dalam khazanah teks dan juga dalam khazanah susastra leluhur, baik yang klasik maupun yang modern. Hal ini terjadi karena para pemegang kebijakan perbukuan bahasa Bali, para penyusun buku pelajaran bahasi Bali, seperti istilah Taupiq Ismal beberapa tahun silan, rabun atau buta sastra.

Anak-anak akhirnya belajar bahasa Bali seperti mahasiswa yang mengikuti kuliah-kuliah linguistik, yang kering, teoretis dan guru-guru bahasa Bali di sekolah-sekolah, dari SD hingga SMA/K sibuk berceramah tentang jenis-jenis kruna atau lengkara, menghafalkan kelas kata dalam bahasa Bali atau pada bagian lain juga menghafal lawan kata (tungkalikan).

Pelajaran bahasa Bali yang tidak ubahnya seperti kuliah linguistik tersebut sangat membuat siswa tidak hanya merasa bosan tetapi tersiksa setiap pelajaran bahasa Bali yang mereka harus ikuti. Yang lebih aneh, Pelajaran bahasa Bali di sekolah-sekolah di Bali diajarkan dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia dan guru menggunakan metode grammar translation. Hal ini dapat dihindari jika saja guru bahasa Bali di sekolah-sekolah itu adalah guru pengawi sastra.

Pelajaran bahasa Bali sudah sangat tepat dan memadai dengan pendekatan literasi sastra, yaitu lewat membaca teks sastra secara berjenjang dan berkelanjutan. Maka kurikulum Pelajaran bahasa Bali adalah kurikulum berbasis teks yang memuat teks-teks yang sangat kaya itu sebagai materi. Hal ini dapat dimulai dengan pemetaan khazanah teks untuk materi dalam kurikulum, penjenjangan, dan pengolahan informasi dalam teks (baik yang menyangkut bahasa maupunmuatan atau isi teks).

Uraian pada kata pengantar ini memberi satu apresiasi dan pujian kepada guru bahasa Bali yang pengawi dan berkarya dalam susastra berbahasa Bali, dalam hal ini ditujukan kepada I Putu Wahya Santosa. Yang memang buku ini adalah akumulasi proses yang panjang seperti yang tampak pada sekali waktu puisinya diunggah di media sosial, rekaman jejak proses kreatifnya.

Dengan kesadaran sastra yang tinggi dalam wujud pengawi seperti ini, khusus pada I Putu Wahya Sentosa, akan mengubah pengajaran bahasa Bali yang salah arah dan salah metode. Pendekatan penting dalam pelajaran bahasa Bali, di samping pendekatan komunikatif; tentu adalah pendekatan literasi sastra. Sastra Bali adalah dokumen atau monuman bahasa Bali yang tebal atau dalam sidimennya. Di sanalah rasa basa itu tersisa dan lewat pintu sastra, pengajaran bahasa Bali berpendekatan literasi sastra akan mengajak siswa meneguk seluruh kekayaan rasa basa Bali itu sendiri. Lalu kreativitas-kreativitas digital akan menjadi adaptasi besar yang relevan pada abad ini.

Di tangan guru bahsa Bali yang pengawi, pelajaran bahasa Bali bukanlah gerbong yang bergerak ke masa lalu. Guru bahasa Bali yang pengawi, seperti I Putu Wahya Santosa diharapkan mendedikasikan kreativitas dan karyanya ke arah tersebut karena pendidikan dan siswa di dalamnya adalah sasaran paling strategis dalam hidup dan pengembangan bahasa Bali saat ini dan pada masa yang akan datang.

Kata pengantar ini ditulis dengan pendekatan makro sastra dan bukan pendekatan kritik atas karya untuk menyampaikan pandangan-pandangan yang lebih besar dan luas sehubungan dengan langit perkembangan bahasa dan sastra Bali saat ini. Pada perspektif itulah, guru bahasa Bali yang seorang pengawi, seperti I Putu Wahya Santosa, harus disambut.

Selanjutnya pembaca akan berkenalan dengan dunia romantisme yang tampak dari keindahan kata-kata dalam karya-karyanya. Hal ini yang membedakan karya-karya dalam buku ini dengan para pengawi sastra Bali modern lainnya, yang rasa basanya kurang berakar kuat pada khazanah bahasa Bali. Dari aspek formal, kesan umum dari karya-karya dalam buku ini adalah kesetiaan pada kedalaman sidimen rasa basa Bali itu sendiri. [T]

BACA artikel lain dari penulisI WAYAN ARTIKA

Buku “Menafsir Realitas dan Wacana” | Epilog: Mencari Pembaca

.

Pertemuan Sejarah dan Pariwisata: Perihal Kebebasan Sejarah
Jalan Sastra Made Edy Arudi
Tags: puisi bahasa balipuisi berbahasa balisastra bali modern
Previous Post

Perempuan-Perempuan di TPS 7 Kampung Kajanan

Next Post

Kecenderungan Sesat Menumpuk Kekayaan Karena Nista Kepada Orangtua

I Wayan Artika

I Wayan Artika

Dr. I Wayan Artika, S.Pd., M.Hum. | Doktor pengajar di Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha Singaraja. Penulis novel, cerpen dan esai. Tulisannya dimuat di berbagai media dan jurnal

Next Post
Kecenderungan Sesat Menumpuk Kekayaan Karena Nista Kepada Orangtua

Kecenderungan Sesat Menumpuk Kekayaan Karena Nista Kepada Orangtua

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more

Waktu Terbaik Mengasuh dan Mengasah Kemampuan Anak: Catatan dari Kakawin Nītiśāstra

by Putu Eka Guna Yasa
May 28, 2025
0
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

DI mata orang tua, seorang anak tetaplah anak kecil yang akan disayanginya sepanjang usia. Dalam kondisi apa pun, orang tua...

Read more

Budaya Kolektif dalam Duka

by Kim Al Ghozali AM
May 28, 2025
0
Budaya Kolektif dalam Duka

DI banyak tempat di negeri ini, kematian bukan hanya urusan keluarga. Ia adalah milik kampung, urusan RT, urusan tetangga, urusan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co