31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

In Memoriam Frans Nadjira: Perjalanan Hidup, Perjalanan Puitik

JaswantobyJaswanto
January 12, 2024
inKhas
In Memoriam Frans Nadjira: Perjalanan Hidup, Perjalanan Puitik

Frans Nadjira | Foto: Bentara Budaya Bali

“SEDINI pagi tadi, ada pesan dari Vanda, putrinda Bang Frans Nadjira, mengabarkan Abang kami, Guru yang tulus dan teguh hati, berpulang. Seketika teringat kehangatan Abang bersama Unda, selalu spontan menerima kehadiran kami. Saya sedih, teman-teman sedih, berduka.”

Ungkapan duka di atas diambil dari akun media sosial penyair Bali Warih Wisatsana. Ia mendapat kabar dan mengabarkan bahwa seseorang yang dianggap “abang” dan “guru” itu, yakni penyair dan seniman Frans Nadjira, telah kembali ke sangkan paraning dumadi.

“Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un. Telah Berpulang ke Rahmatullah, Bapak/Kakek kami Bpk. Frans Nadjira pada hari ini, jumat, jam 04:50 wita. Mohon dimaafkan segala kesalahan dan dosa-dosa Almarhum. Semoga Almarhum diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT,” tulis Warih Wisatsana sembari menyematkan tagar #dukacita #penyair #perupa #fransnadjira.

Kabar duka juga disebarkan penyair pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa untuk kategori puisi tahun 2009 lewat antologi “Dongeng Anjing Api” yang diterbitkan Arti Foundation tahun 2008, Sindu Putra. “PENYAIR KESAYANGAN BURUNG-BURUNG BERPULANG. Selamat jalan badik api yang ditatah dengan ombal. Frans Nadjira, 3-9-1942_12-1-2024,” tulisnya.

Melalui grup Whatsapp Jatijagat Kehidupan Puisi, sebagaimana dikabarkan Balipolitika.com, diketahui pada Jumat, 12 Januari 2024 pukul 07.32, jenazah Frans Nadjira diistirahatkan di kamar jenazah RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah alias RS Sanglah, Denpasar, Bali.

Penerima grant dari Pemerintah Amerika Serikat untuk mengikuti program penulisan kreatif International Writing Program di University of lowa, USA, tahun 1979 itu, berpulang di usia yang menginjak 82 tahun.

Jenazah maestro seni kelahiran Makassar, 3 September 1942—yang sejak muda sudah mengakrabi dunia seni, utamanya seni rupa dan sastra itu—akan disalatkan pukul 13.00 Wita (bakda salat Jumat) di Masjid Chandra Asri, Perumahan Puri Chandra Asri, Jalan. Prof. Ida Bagus Mantra, Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, dan dimakamkan pukul 16.00 Wita di Pemakaman Kampung Bugis, Jalan Pendidikan Sidakarya, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Jumat (12/1/2024).

Jalan Hidup dan Jalan Puitik

Semasa hidup, sebagaimana banyak orang mengetahuinya, Frans Nadjira mencintai seni lukis. Dalam esainya—esai yang judulnya juga dipakai dalam tulisan ini—di tatkala.co yang panjang, Raudal Tanjung Banua menulis: setamat SMA di kota kelahirannya, ia [Frans Nadjira] menghadiri kuliah di Akademi Seni Lukis (ASLI) selama beberapa bulan. Merasa kurang puas, ia memutuskan keluar dan memilih mengembara.

“Selama beberapa tahun ia mengalami banyak jenis pekerjaan buruh, baik sebagai kuli pelabuhan maupun sebagai penebang pohon besar di hutan rimba Kalimantan. Darah Bugis yang mengalir dalam dirinya kemudian mengantarnya berlayar sebagai awak kapal pinisi ke hampir seluruh kepulauan Nusantara,” tulis Raudal.

Namun, pada dasawarsa 1960-an, Om Frans—sebagaimana kawan-kawan seniman Denpasar memanggilnya, kata Raudal—bergiat pada kalangan sastra Jakarta. Tetapi, pada tahun 1974 ia pindah ke Denpasar, Bali, dan menjalani profesi sebagai pelukis dan memilih metode seni lukis otomatis (psikografi) yang ditekuni hingga akhir hayatnya, sekaligus melakukan berbagai kegiatan pengembangan sastra di Bali.

Dalam “Perjalanan Hidup, Perjalanan Puitik; Metamorfosis Frans Nadjira dari Jendela dan Sesudahnya” (2023), terkait perjalanan Om Frans di dunia kepengarangan dan seni rupa, Raudal menulis: Cerpen-cerpen awalnya yang muncul di majalah Warta Dunia, Jakarta, sekitar tahun 1961-1962 berangkat dari pengalaman hidupnya yang berat itu. Sementara lukisannya pertama kali muncul di ruang pamer tahun 1970 di Taman Ismail Marzuki dalam pameran bersama Tujuhbelas Pelukis Muda Jakarta ditaja Dewan Kesenian Jakarta, juga menuangkan hasil pengalamannya mengembara.

“Ia sempat tinggal selama dua tahun di Medan, Sumatera Utara, masa yang mempertemukannya dengan seorang perempuan keturunan Minang yang kemudian ia pinang dan ia panggil dengan mesra: Unda. Panggilan sama dilakukan kawan-kawan dengan sebutan Tante Unda. Bertahun-tahun kemudian baru saya sadari bahwa itu maksudnya (B)unda. Ini mengingatkan saya pada tokoh Manus dalam cerpennya,”Menanti Manus”, tak lain maksudnya Manusia—semacam antitesa dari Menanti Godot,” tulis Raudal dalam esainya.

Menurut Raudal, Frans Nadjira adalah nama yang lekat dalam dunia sastra dan seni lukis di Bali. Di dunia sastra, ia merupakan tandem Bung Umbu Landu Paranggi dalam kerja-kerja pendampingan, apresiasi dan motivasi.

Jika Bung Umbu lebih banyak diam dan manggut-manggut membaca atau mendengar karya seseorang dibacakan, atau “menitip pesan” pada seseorang lain untuk menyatakan “sajak si anu begini, sebaiknya begitu”, Om Frans tanpa tedeng aling-aling akan menunjuk ini dan itu langsung di hadapan si empunya sajak, mencorat-coretnya jika perlu, hingga tinggal sebaris dua dan ia sentak,”Harus kejam pada diri sendiri!” (Raudal, 2023).

Di Sanggar Minum Kopi Bali, lanjut Raudal, cara tersebut populer disebut sebagai tradisi sparring partner, konon ia bawa dari Iowa City ketika ia berkesempatan residensi ke sana. Maka tak heran banyak penyair Bali sudah merasakan langsung “lekat tangan” Frans Nadjira yang mengurus sampai ke soal-soal teknis seperti pola pemenggalan dan tipografi.

Sejak tahun 1974, sebagaimana telah disinggung di atas, Frans Nadjira memboyong keluarga kecilnya pindah ke Bali, tinggal di sebuah gubuk di pantai Sanur sambil terus mengasah diri di kanvas lukis dan kertas sajak. Menulis dan melukis dua kegiatan seiring sejalan, meski di tengah kepahitan hidup dalam belantara dunia turistik Bali yang mengaburkan batas-batas idealisme seni (Raudal, 2023).

“Om Frans bertahan di gubuknya, makan nasi-garam sudah biasa. Kanvas, cat dan alat lukis yang terbatas, tak terbeli. Saya pernah mendengar cerita, yang jika saya kenang sekarang seolah muncul dari igauan demam-panas, bagaimana seorang anak laki-laki satu-satunya meninggal karena sakit yang tak kunjung terobati. Ia sangat kehilangan, dan kelak melahirkan banyak sajak duka tentang itu. Sekali waktu ia menulis,”Kehidupan, kujelajahi kau/ dengan naluri hewaniku” (sajak “Waktu”)”—Raudal, Perjalanan Hidup, Perjalanan Puitik; Metamorfosis Frans Nadjira dari Jendela dan Sesudahnya.

Frans Nadjira menganggap dunia seni bukan dunia bim salabim, sebagaimana telah disampaikan Raudal, namun lahir dari penghayatan pada proses dan berani mencoba, sebagaimana ia berani memutuskan mengembara. Begitu pula ketika ia mendapat grant dari pemerintah Amerika Serikat untuk mengikuti International Writing Program (IWP) di Universitas Iowa, Iowa City, ia tak hanya puas dengan membacakan sajak-sajaknya di pusat kota New York atau San Fransisco, namun ia ambil kesempatan itu untuk mengunjungi pelosok negeri untuk melihat realitas yang sesungguhnya, yang mempertemukannya dengan kehidupan pahit kaum Indian.

Selama berkarier di dunia sastra, puisi dan cerpen Frans Nadjira pernah dimuat di berbagai media luar maupun di dalam negeri. Jejak sajak-sajaknya dapat ditemukan di berbagai media massa—jika Wikipedia tidak salah mencatat—seperti Bali Post, CAK, Kalam, Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Pedoman Rakyat, Koran Bali, Fajar, Suara Merdeka.

Selain itu, juga dalam Antology Terminal, Laut Biru Langit Biru, Puisi ASEAN, Spirit That Moves Us (USA), On Foreign Shores, Ketika Kata Ketika Warna, The Ginseng, A Bonsai’s Morning, Horison Sastra Indonesia, IAI News (Australia), Jurnal Cerpen, Antologi Ruang Cerpen Rumah Lebah, dan Antologi Pena Kencana 100 Puisi Terbaik Indonesia.

Sedangkan buku-buku yang pernah ia tulis adalah Jendela (Kumpulan Puisi, 1980), Bercakap-Cakap Di Bawah Guguran Daun-Daun (Kumpulan Cerpen, 1981), Springs Of Fire Springs Of Tears (Kumpulan Puisi, 1998), Curriculum Vitae (Kumpulan Puisi, 2007), Pohon Kunang-Kunang (Kumpulan Cerpen, 2010), Catatan di Kertas Basah (Kumpulan Puisi, 2015), Keluarga Lara (Novel, 2016), Jejak-Jejak Mimi (Novel, 2016), dan Peluklah Aku (Kumpulan Puisi, 2017).

Kini, sastrawan dan seniman yang cara bicaranya lantang dengan logat khas Bugis itu, telah meninggalkan kita semua. Ia berpulang dengan tenang dan damai—dan abadi dalam sejarah sastra dan seni rupa Indonesia. Selamat jalan, Om Frans—meminjam bahasa Raudal, “Ikan Besar yang berenang di kedalaman!”[T]

Perjalanan Hidup, Perjalanan Puitik; Metamorfosis Frans Nadjira dari Jendela dan Sesudahnya
Perayaan 81 Tahun Penyair Pelukis Frans Nadjira: Meriah dengan Diskusi dan Baca Puisi
Sebuah Pertemuan – [77 Tahun Sastrawan Frans Nadjira]
Sastra Indonesia di Bali | Sebelum dan Semasa Umbu Landu Paranggi
Tags: baliCerpenFrans Nadjirain memoriamPenyairPuisiseniman legendaris
Previous Post

Apakah “Puisi Mesin” Adalah Puisi?

Next Post

MAHARSI PENULIS WEDA DI NUSANTARA

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
MAHARSI PENULIS WEDA DI NUSANTARA

MAHARSI PENULIS WEDA DI NUSANTARA

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co