MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno menargetkan 9,5 juta – 14,3 juta wisatawan mancanegara (wisman) pada tahun 2024 nanti. Selain itu, ditarget 1,25 miliar perjalanan dengan 1,5 miliar pergerakan wisatawan Nusantara. Akankah target tersebut tercapai?
Melihat indikator kunjungan wisman pada tahun 2023 tampaknya target tahun 2024 dapat terealisasi. Kunjungan wisman tahun 2023 ditarget 8,5 juta, dan telah melampaui target dengan capaian 9,49 juta wisatawan. Padahal Indonesia baru saja keluar dari krisis akibat pandemi Covid-19.
Harapan lain akan tercapainya target wisman di tahun 2024 adalah rencana kebijakan bebas visa. Sandiaga Uno berencana mengeluarkan kebijakan bebas visa bagi 20 negara, yang meliputi Australia, China, India, Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Jepang, Rusia, Taiwan, Selandia Baru, Italia, Spanyol, Uni Emirat Arab, Qatar, Arab Saudi, dan negara Timur Tengah lain.
Sejumlah negara yang mendapat bebas visa memang potensial menyumbang wisman. Selain itu, 20 negara tersebut juga memiliki karakteristik yang mendukung ekosistem pariwisata Tanah Air. Negara-negara Eropa, misalnya memiliki lama tinggal (length of stay) yang tinggi. Sedangkan wisatawan dari negara-negara Timur Tengah memiliki pengeluaran (spending money) yang tinggi di suatu destinasi.
Target 9,5 juta – 14,3 juta wiswan dapat tercapai tentunya dengan beberapa catatan. Salah satunya adalah tidak terjadi krisis ekonomi global yang membuat wisatawan menunda perjalanan. Selain itu juga krisis politik yang terjadi pada negara bebas visa tersebut. Perang maupun gejolak politik dalam negeri negara-negara tersebut dapat menghambat pergerakan wisatawan antarnegara.
Tantangan
Pariwisata adalah industri jasa yang sangat dinamis. Jumlah kunjungan wisatawan yang ditargetkan dapat tercapai, bisa juga mengalami kegagalan. Sejumlah tantangan menghadang pertumbuhan pariwisata Indonesia tahun 2024. Tantangan bisa datang dari Indonesia sebagai tuan rumah (host) maupun dari wisatawan yang berkunjung.
Tantangan pertama berkaitan dengan infrastruktur pendukung pariwisata, baik aksesibilitas maupun amenitas pariwisata. Aksesibilitas wisata hanya bernilai baik pada destinasi wisata unggulan. Sedangkan destinasi wisata pendukung di berbagai daerah masih mengalami keterbatasan.
Amenitas wisata juga belum sepenuhnya dapat memuaskan wisatawan. Masih banyak destinasi wisata yang mengabaikan kebutuhan dan pelayanan kepada wisatawan. Hal-hal sepele terkait amenitas masih sering dijumpai, seperti tempat parkir yang kurang memadai, toilet di destinasi yang jorok, maupun tempat sampah yang belum tersedia pada tempat-tempat strategis.
Tantangan kedua berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) sektor pariwisata. Target kunjungan wisman yang tinggi perlu dibarengi dengan kualitas SDM pariwisata yang berstandar internasional. Jangan sampai terjadi keluhan wisman yang bersumber dari pelayanan yang tidak profesional. Menparekraf perlu melakukan program pemberdayaan SDM pariwisata di semua lini agar memiliki keterampilan pelayanan berstandar internasional.
Ketiga, tantangan akan berhadapan dengan konsep pengembangan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Masih banyak destinasi wisata yang mengklaim diri berkualitas dan berkelanjutan, namun hanya sebatas wacana. Buktinya, acap ditemukan destinasi yang mengejar jumlah kunjungan tanpa memberi batasan, sehingga terjadi overtourism. Begitu pula masih banyak dijumpai destinasi wisata yang tidak ramah lingkungan, bahkan mengancam jiwa wisatawan.
Tantangan berikutnya berhubungan dengan perilaku wisatawan di suatu destinasi. Tidak semua wisatawan berperilaku baik ketika mengunjungi destinasi wisata. Tidak sedikit yang melakukan pelecehan dan pelanggaran norma sosial dan budaya di destinasi. Begitu pula dengan vandalisme terhadap objek dan daya tarik wisata. Penertiban perilaku wisatawan dengan demikian menjadi agenda penting bagi industri pariwisata Indonesia.
Tren 2024
Profil wisatawan tahun 2024 sepertinya tidak akan berubah secara signifikan dari tahun sebelumnya. Pasar wisata masih didominasi kelompok milenial dan Z. Mereka adalah kelompok wisatawan yang sangat tergantung pada informasi wisata secara digital.
Tren wisata 2024 akan lebih ditengarai oleh perilaku wisatawan yang baru. Mengutip situs online Travel Agent (OTA) Booking.com sebagaimana dikutip Kompas.com (31 Oktober 2023), ada beberapa tren baru perilaku wisatawan.
Destinasi wisata yang sejuk dan dingin menjadi incaran wisatawan. Pilihan akomodasi akan disesuaikan dengan fasilitas yang dekat dengan air maupun kolam renang. Hal ini berkaitan dengan suhu dan cuaca yang belakangan ini cenderung panas.
Kuliner menjadi salah satu motif perjalanan wisata di tahun 2024. Destinasi wisata yang dekat dengan pusat kuliner lebih disukai. Eksplorasi wisatawan terhadap beragam kuliner daerah akan menjadikan perjalanan lebih menyenangkan.
Perilaku wisatawan dalam merencanakan perjalanan mengalami perubahan. Berwisata secara spontan menjadi alternatif berwisata. Wisatawan lebih menyukai perjalanan yang fleksibel dan penuh kejutan. Dalam memilih transportasi maupun akomodasi, wisatawan akan mengambil keputusan secara last minute deals. Terutama yang berkaitan dengan harga dan promosi moda transportasi dan akomodasi.
Tahun 2024 pelaku industri pariwisata perlu berbenah diri untuk menawarkan produk wisatanya. Lingkungan yang bersih, berkelanjutan, dan estetis menjadi pilihan wisatawan. Keinginan untuk merasa seperti di rumah sendiri menuntut tersedianya ruang hijau dan fasilitas yang ramah lingkungan di sektor pariwisata.
Pinterest Predicts mengungkapkan, generasi milenial dan Z mewarnai tren slowcation dalam perjalanan di tahun 2024. Slowcation adalah perjalanan wisata secara santai dengan orientasi “mengejar tidur yang berharga”. Oleh karenanya wisatawan cenderung memilih destinasi yang tenang dan tidak padat pengunjung.
Destinasi populer yang penuh pengunjung tidak diminati wisatawan slowcation. Mereka lebih memilih destinasi yang dapat untuk bersantai lebih lama. Indonesia banyak memiliki pilihan destinasi slowcation, seperti Ubud di Bali, Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru di Jawa Timur, Yogyakarta, serta Labuhan Bajo di Nusa Tenggara Timur. Destinasi tersebut menawarkan pemandangan alam yang sejuk serta kehidupan sosial budaya yang orisinal.
Optimisme tetap perlu digenggam para pelaku wisata di tahun 2024. Tren berwisata dapat menjadi acuan dalam menjual produk dan pelayanan. Selebihnya, semua pemangku kepentingan harus siap menjadi tuan rumah yang baik bagi jutaan wisatawan.[T]
- BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU