PAGI MOTLEY STUDIO bagi saya adalah sebuah tempat untuk apa saja. Tak sekadar singgah, nongkrong, bahkan seperti rumah. Ruang kerja yang fokus pada bidang pewarnaan kain dengan bahan alam ini memang menjadi ruang untuk belajar dan bertukar pikiran, serta community hub di Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.
Andika Putra, sang owner dan founder Pagi Motley, mengatakan sejak memutuskan pulang kampung tahun 2019, ia tertantang untuk memberikan impact positif bagi masyarakat dari segi lingkungan, sosial, dan ekonomi.
“Itu menjadi tantangan tersendiri,” ungkap Andika Putra, lelaki yang sudah hampir 25 tahun menekuni dunia usaha di bidang pewarnaan kain alami itu.
Pada Kamis, 21 Desember 2023, seperti biasa saya berkunjung ke Studio Pagi Motley. Aktifitas di sana masih seperti biasa, mencelup, men-design pattern, menggambar dengan tinta alami, sampai mencatat dan mengirim orderan ke pelosok dunia.
Saya sebut pelosok dunia karena tak hanya di Bali atau Indonesia; tapi klien-nya sampai ke 5 Benua. Sebut saja Asia, Australia, Amerika, Eropa, pun Afrika. Saya sering menyebutnya sebagai kantor urusan “celap-celup kain internasional”.
Namun, hari itu seperti ada yang lain, di sebelah tempat pencelupan tampak ada ibu-ibu yang sedang mengerjakan banten untuk upacara. Kebetulan sekali, ini persiapan untuk upacara Balik Sumpah seperti adat Desa Sembiran, terang Bli Andika—sebagaimana saya akrab memanggilnya.
Ibu-ibu itu tampak tak bisa diganggu sekaligus juga tak bisa dibantu. Untuk menyiapkan segala sesuatu terkait ritual tersebut, memang memerlukan keahilan khusus, konsentrasi, dan ketepatan, nyaris nir keselahan jika berhubungan dengan persiapan upacara.
Oleh karena itu, saya hanya mengamati sembari mengambil beberapa foto banten yang dibuat. Di sana tampak persembahan dari hasil bumi, seperti pisang, beras, dan kelapa menjadi elemen penting dalam banten. Pun begitu dengan beberapa makanan seperti tape ketan dan tumpeng yang turut juga ditata dalam banten tersebut.
“Tempat yang digunakan terbuat dari anyaman daun lontar—yang menyerupai bakul—yang disebut sok-sokan,” begitu kata salah satu ibu yang menata persembahan memberitahu namanya. Tampak juga uang kepeng Cina yang menjadi unsur lain dan melengkapi banten upacara yang akan dihaturkan untuk tujuan harmonisasi ini.
Alangkah beruntungnya saya mendapat pengetahuan tentang bagaimana harmonisasi dan keyakinan dalam ruang dan warna yang berbeda. Hal ini seperti warna alami yang sulit dilihat bahkan di bayangkan. Bagaimana daun mangga menghasilkan warna kuning; daun ketapang akan menjadi warna hitam; sampai serabut kelapa akan mencoklatkan kain.
Pun begitu dengan persembahan banten ini. Dengan keyakinan dan ketulusan, lewat doa, semua harap yang harmoni akan menjadi sesuatu yang baik. Alam akan menemukan jalannya sendiri, percayalah![T]