— Catatan Harian Sugi Lanus, 22 Desember 2023.
Ibu Fatmawati adalah istri pendiri bangsa Bung Karno. Bu Fat (panggilan akrab beliau) di masa tuanya mendiami rumah asri di tengah kota Jakarta yang terletak di Jalan Sriwijaya Raya Nomor 26, Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Saya dan anak saya, tanggal 15 Desember 2023, sehari sebelum Hari Suci Ilmu Pengetahuan (Hari Saraswati) — hari raya Hindu Bali — berkunjung ke rumah Bu Fat. Sebuah kehormatan diberikan membuka dan menata kembali halaman lontar Sang Hyang Sarasamuscaya — sebuah buku suci dari daun lontar yang berisi ajaran Jawa Kuno [Kawi] kitab pedoman para pandita dan para cendikiawan serta bangsawan penguasa yang kerajaan Majapahit. Teks suci ini dipercaya ada jauh sebelum kerajaan Majapahit.
Kitab itu mengetarkan dengan keindahan tulisannya yang bermutu tinggi. Tentu isinya yang tak kalah penting — maha penting di era Majapahit — sebagai koridor berpikir SILA atau ETIK dalam menata kerajaan dan kehidupan bernegara. Jejak pemikiran dan menanta tata laku hidup yang mendalam para suci dan cendikiawan abad XIII-XV.
Ketika saya memutar di halaman Rumah Ibu Fatmawati, saya terketuk terdiam. Tidak bisa berkata-kata. Di sudut taman dan pohon besar di halaman rumah asri tersebut ada sebuah Arca Suci teramat istimewa. Arca Suci Ganesha — Dewa Pengetahuan dan Pelindung Lahir Batin — yang dalam kepercayaan Hindu tidak lain dari salah satu “perwujudan batiniah” Yang Maha Suci Kecerdasan Yang Bekerja dan Memelihara Alam Semesta Raya. Bisa disebut batiniah, bisa disebut “simbolik”.
.
Ada banyak candi di Nusantara dan berbagai lokasi ditemukan Arca Ganesha di Nusantara. Namun tidak ada yang menyamai yang duduk di halaman rumah Bu Fat. Arca ini adalah arca Ganesha yang di kakinya dikitari 8 perwujudan Ganesha yang lain. Ini adalah arca turunan 8 Avatara dari Ganesha. Satu-satunya arca Ganesha dengan 8 awatara yang pernah saya temui di Nusantara, menggambarkan isi kitab suci ‘Ganesha Purana’ dan kitab ‘Mudgala Purana’. Dalam kitab Ganesha Purana dan Mudgala Purana, dua Upapurana tentang Ganesha dan kitab suci utama sekte Ganapati, masing-masing berbicara tentang empat dan delapan Avatara Ganesha.
Ganesha — Dewa Pengetahuan dan Pelindung Lahir Batin — turun ke alam batin dan pikir manusia dalam 8 perwujudan batin dan spirit.
Di halaman rumah Ibu Fatmawati ini saya berjumpa ajaran suci bagaimana diri manusia Nusantara yang bijak di masa lalu secara batin atau emosional mesti siaga dan paham gejolak batin sendiri. Diberikan ajaran perlindungan secara naratif-simbolik disebutkan 8 arah perlindungan batin kita: Vakratunda, Ekadanta, Mahodara, Gajanana, Lambodara, Vikata, Vighnaraja, dan Dhumravarna.
.
.
Di halaman Rumah Ibu Fatmawati itu kita bisa merenung tentang kemanusiaan kita yang rentan goyangan dari dalam diri kita masing-masing. Manusia jika melihat ke dalam dirinya seperti bangunan yang dibangun di atas pasir yang labil. Arca Suci Ganesha dengan 8 Avatara (Awatara) perwujudan batin sucinya menuntun kita masuk ke dalam, masing-masing bisa dipahami Keraksasaan dalam diri kita secara ringkas sebagai berikut:
1. Vakratunda — Avatara Dewa Ganesha menghancurkan Matsarasura [Sang Kuasa/Raksasa Kegelapan yang membangkitkan Kecemburuan dalam jiwa semua manusia — Iblis Kecemburuan].
Kecemburuan adalah pemicu kemelaratan dan sakit hati yang paling dasar dalam diri manusia. Jika kita tidak paham akar kecemburuan diri adalah kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain, dan sikap kejam pada diri kita sendiri, maka kita senantiasa akan tidak bisa menerima diri kita apa adanya. Menerka diri sebagai diri sendiri apa adanya, tanpa membanding-bandingkan, adalah kunci memasuki ketenangan diri dan kedamaian mendalam diri kita.
2. Ekadanta: Avatara Dewa Ganesha musnahkan Madasura [Sang Kuasa/Raksasa Kegelapan yang membangkitkan rasa Mabuk dan Kebanggaan pada diri manusia — Iblis Kebanggaan dan Kemabukan Diri].
“Eka” berarti “Maya” yang menjelma dan “Danta” berarti “Kebenaran”. Jadi Ekadanta melambangkan “Kebenaran tertinggi” yang dimiliki Maya.
Ganesha dalam avatara Ekadanta menunjukkan kepada kita bahwa kemabukan diri dapat membuat seseorang merasa sombong dan tidak dapat dikendalikan.
.
.
.
Avatara Ganesha mengajarkan pada manusia untuk tetap rendah hati dan membumi. Ajaran suci memberikan petunjuk untuk memahami perbedaan antara harga diri dan kebanggaan serta pengaruhnya terhadap interaksi kita dengan ekosistem.
3. Mahodara: Avatara Dewa Ganesha penunduk Mohasura [Sang Kuasa/Raksasa Delusi dan Kebingungan — Iblis Delusi/Kebingungan].
Seringkali dalam hidup kita berada di persimpangan jalan dan bingung harus memilih jalan mana. Pada saat seperti itu, Avatara Ganesha menasihati kita untuk menarik diri, mengevaluasi pro dan kontra dari setiap pilihan secara objektif, dan kemudian memutuskan. Keputusan apa pun yang diambil secara tergesa-gesa sebagai akibat dari keadaan pikiran yang kacau bukanlah keputusan yang tepat.
4. Gajanana: Avatara Ganesh penghancur Lobhasura [Sang Kuasa/Raksasa Pembangkit Keserakahan — Iblis Keserakahan].
Potensi Keserakahan dalam diri manusia tidak terbatas. Dewa Ganesha menasihati kita untuk menghentikan kebiasaan merusak diri sendiri dalam segala bentuk usaha pemuasan Keserakahan karena ini tidak ada batasnya. Manusia diajak belajar untuk merasa puas, bersahaja dan bersyukur dengan apa yang kita miliki dalam hidup.
5. Lambodara: Avatara Dewa Ganesh ini menghancurkan Krodhasura [Sang Kuasa/Raksasa Pembangkit Kemarahan]
Dewa Ganesha tahu bahwa Kemarahan adalah akar penyebab putusnya diri manusia dengan potensi kebajikan. Kemarahan memutus banyak hubungan dengan lingkar kebaikan, dan kata-kata yang diucapkan dalam kemarahan memiliki dampak yang dalam dan bertahan lama. Dalam inkarnasi ini, Beliau meminta kita untuk mengendalikan amarah kita agar tidak merusak kedamaian dan keharmonisan yang pantas kita dapatkan dalam hidup dan hubungan kita.
6. Vikata: Dewa Ganesha menjelma menjadi avatar Vikata untuk membantu manusia dalam menghadapi dan menghancurkan Kamasura [Sang Kuasa/Raksasa Pembangkit Keinginan — Iblis Nafsu].
Pada kadar tertentu keinginan dan nafsu masih berguna bagi manusia. Avatara Vikata menunjukkan kepada dunia bahwa keinginan tidak ada habisnya. Kepuasan dan kebahagiaan bukanlah hasil dari pencapaian apa pun, melainkan keadaan yang muncul dari dalam diri yang harus dipahami dan didamaikan dengan pikiran jernih dan ketenangan diri.
7. Vighnaraja: Dewa Ganesha menjelma menjadi Awatara Vighnaraja untuk membantu manusia dałam menghancurkan Mamasura [Iblis/Raksasa Kemelekatan].
Manusia tidak bisa terlepas dari berbagai bentuk kebiasaan yang paling sulit untuk dihilangkan. Kita manusia terikat dan melekat pada banyak hal – harta benda kita, anak-anak kita, teman-teman, dan kesuksesan.
Semua keterikatan ini memiliki kekuatan untuk memengaruhi suasana hati, gaya hidup, dan pada akhirnya berdampak pada mengoyang kesehatan mental kita.
Awatara Vighnaraja menasihati kita bahwa semua keterikatan duniawi memberi kita kegembiraan dan kesenangan yang bersifat sementara. Tujuan dari manusia terlahir di dunia adalah untuk mencari kebenaran dan keilahian dalam menuju kebahagiaan sejati. Banyak dari kita terus mencari kesenangan-kesenangan dan kebahagiaan yang bersifat sementara, dan terjerat dalam lingkaran ilusi ini.
Awatara Vighnaraja membantu mamusia untuk bisa membedakan kesenangan sementara dan jalan menuju kebahagiaan sejati yang hakiki.
8. Dhumravarna: Avatar Dewa Ganesha ini menghancurkan Ahamakasura (Iblis/Raksasa Ego).
Seringkali kita cenderung berpegang pada hal-hal dan kejadian yang terjadi di masa lalu dan menolak untuk move on. Ego kita menghentikan kita untuk melepaskan insiden masa lalu, tidak bisa memaafkan orang lain atau tidak bersedia memaafkan pada diri kita sendiri. Kita terus menyimpan dendam dan salah paham terhadap orang-orang yang bersentuhan atau bahkan tidak berhubungan secara langsung dengan hidup kita.
Ego dan negativitas yang kita simpan di dalam ini merusak kita disebut sebagai Ahamakasura. Jika kita terjebak kuasa Ahamakasura, maka kita harus memahami dan menyadari bahwa ada energi gelap yang ditiupkan Ahamakasura di dalam diri kita. Kita harus membuka diri, menyadari dan menerima energi positif dan cahaya kebajikan dari luar diri kita.
Di halaman rumah Ibu Fatmawati saya mendapat renungan bahwa di dalam diri manusia ada 8 raksasa yang inheren yang senantiasa berdiam di sama. Kita diajak memahami halaman diri kita masing-masing. Di halaman pikir dan hati kita bermukim 8 Raksasa:
— Matsarasura [Raksasa Kecemburuan],
— Madasura [Raksasa Kebanggaan dan Mabu Diri],
— Mohasura [Raksasa Delusi/Kebingungang],
— Lobhasura [Raksasa Keserakahan],
— Krodhasura [Raksasa Kemarahan],
— Kamasura [Raksasa Nafsu],
— Mamasura [Raksasa Kemelekatan],
— Ahamakasura [Raksasa Ego].
- BACA artikel dan esai lain dari penulisSUGI LANUS