PERNAH melihat embun di ujung daun, atau di ujung-ujung rambat rerumputan, pada pagi yang sejuk? Jika pernah, apa kemudian yang bisa kita pikirkan?
Seorang fotografer akan berpikir bisa “menangkap” pesona embun pagi itu, sebelum ia menguap, hilang oleh panas matahari.
Bagi seorang penekun fotografi makro, pendaran embun pagi ini merupakan subjek foto yang sangat menantang untuk ditaklukkan.
Berikut tips praktis untuk menciptakan foto-foto embun yang eksotis!
Mosquite Trap karya I Putu Sudiarta
Sebelum memotret embun, pastikan kamera anda dalam kondisi siap tempur. Untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna, sangat disarankan menggunakan kamera DSLR yang dipadukan dengan lensa makro karena akan sangat membantu memunculkan detail pada embun. Apalagi di sekeliling embun tersebut seringkali secara tidak sengaja kita menjumpai binatang-binatang kecil yang tentunya akan membuat foto embun itu tampil lebih indah.
Tapi jangan berkecil hati jika belum memiliki DSLR, kamera pocket pun masih cukup layak dipergunakan untuk “menangkap” pesona embun tersebut.
Ingat, aturlah settingan kamera pada mode macro (logo bunga-red) untuk mengoptimalkan kinerja kamera dalam menangkap objek-objek yang berukuran kecil.
Untuk mengabadikan bulir-bulir embun di rerumputan, konsekuensinya anda harus siap memotret dalam posisi bersujud bahkan tiarap. Pasalnya, untuk memunculkan dimensi dan refleksi yang indah, sudut motretnya harus low angle. Embun selalu merefleksikan objek dibelakangnya dalam keadaan terbalik.
Keluarga Embun karya I Putu Sudiarta
Guna memunculkan refleksi dan dimensi pada embun, gunakanlah aperture di kisaran F/7.1 hingga F/13. Sementara shutter speed bisa disetting pada angka 1/100s atau di bawahnya tergantung dari kekuatan tangan anda menahan goncangan pada kamera.
Sebab, memotret embun di rerumputan dengan posisi tiarap tentunya kita tidak bisa mengandalkan bantuan tripod untuk menahan goncangan kamera saat menekan shutter kamera.
Agar warna bulir-bulir embun lebih cemerlang, flash internal pada kamera bisa digunakan. Hanya saja, flash tersebut perlu diberi diffuser untuk menghindari terjadinya flare secara berlebihan.
Mahkota Embun karya I Putu Sudiarta
Saat memotret embun di rerumputan, seringkali kita mendapat “bonus” hewan-hewan kecil seperti kepik, lalat, belalang, kupu-kupu atau hewan-hewan kecil lainnya yang terkadang tidak terlihat dengan mata telanjang.
Tentunya, kehadiran hewan-hewan kecil itu akan menambah eksostis foto-foto embun tersebut karena kita juga dapat merangkai sebuah cerita dari kehadiran mereka.
Untuk mendapatkan foreground atau background yang bersih, jangan lupa membawa gunting kecil untuk membersihkan rerumputan, dedaunan atau benda-benda lainnya yang menganggu keindahan embun tersebut.
Purple Dew karya I Putu Sudiarta
Dalam foto embun, memperhatikan background dan foreground dengan cermat merupakan sebuah keharusan agar foto-foto yang kita hasilkan benar-benar mampu memunculkan impresi yang kuat. Selamat “menangkap” pesona embun. [T]
- BACA esai dan tips fotografi dari penulisWAYAN SUMATIKA