BURNOUT banyak dialami oleh tenaga kesehatan, pendidik, pekerja kantoran maupun mahasiswa. Hal ini diakibatkan oleh beban berat dan banyaknya aktifitas pekerjaan yang berlangsung terus menerus dan lama yang tidak ditangani sehingga berdampak kelelahan fisik, mental, emosional yang menurunkan performa kerja dan tanggapan yang negatif terhadap diri dan orang lain yang tentunya berpengaruh pada kondisi individu, institusi/organisasi tempat kita bekerja.
Banyak hal yang menjadi pemicu burnout ini selain faktor dari diri sendiri juga dari lingkungan individu tersebut. Gejala burnout meliputi 3 hal kunci yaitu kelelahan, sinisme dan inefisiensi. Mengenali burnout itu sendiri merupakan langkah pertama yang dilakukan selain tips lainnya untuk menghindari burnout berlanjut pada kondisi yang lebih berat atau gangguan jiwa yang lebih berat lainnya.
Definisi Burnout :
Menurut APA (American Psychologist Asociation) burnout didefinisikan sebagai kelelahan fisik, emosional atau mental disertai dengan penurunan kinerja dan sikap negatif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab burnout pada seseorang?
Faktor -faktor yang menjadi penyebab burnout yaitu :
- Mengabiskan banyak waktu untuk belajar dan bekerja sehingga tidak punya istirahat dan bersosialisasi.
- Merasa tidak memiliki kontrol akan pekerjaan.
- Kurangnya penghargaan atas hasil yang dikerjakan.
- Melakukan aktifitas yang monoton secara terus menerus.
- Kurangnya hubungan yang suportif dan personal.
- Kurang tidur
- Kecenderungan bersikap perfeksionis
- Bekerja dan belajar dalam kondisi tekanan secara terus menerus.
- Ketidakadilan dalam lingkungan pekerjaan(unfairness)
- Lingkungan kerja yang buruk(polusi udara, suara)
Apakah burnout bisa terjadi pada semua usia(anak, remaja, dewasa, lansia)
Burn out bisa terjadi pada anak, remaja, dewasa dan lansia. Situasi kehidupan sosial kita saat ini menimbulkan kecenderungan ini. Perubahan pola hidup dengan tehnologi, sistem pendidikan dengan beban pelajaran yang banyak, tuntutan orangtua terhadap anak untuk mengikuti kursus tambahan untuk meningkatkan hasil akademik tentunya membuat anak-anakpun bisa dalam kondisi burnout, remaja dan orang dewasa selain karena beban akademik juga pekerjaan yang sangat stres menjadi pemicu terjadinya burn out. Lansia yang ikut dalam sirkumtansi keluarga anak-anaknya yang menjadi pengasuh cucunya tentu mempunyai bentuk beban yang berbeda yang menimbulkan stres, yang apabila tidak ditangani dengan baik akan jatuh ke kondisi burnout.
Apa yang harus dilakukan seseorang jika terjadi burnout ?
- Mencari dukungan
- Kontak sosial dan mencari pendengar yang baik
- Melakukan reframing yaitu cara berfikir fokus pada ke hal yang menyenangkan dari pekerjaan tersebut.
- Saatnya healing, rencanakan rekreasi, healing bukan selalu traveling, hal yang sederhana misalnya melakukan hobi yang diminati, tetap bergerak(aktifitas fisik) seperti olahraga atau workout beberapa menit sudah cukup membuat lebih rileks dan otak lebih fresh untuk memulai aktifitas kembali.
- Tidur yang berkualitas sehingga otak dan tubuh dapat istirahat sehingga keesokan hari badan lebih segar untuk memulai aktifitas.
- banyak hal dilakukan namun waktu terbatas, ingat istirahat(break) dan bersenang-senang untuk dapat segar kembali menjalani aktifitas. Hal-hal kecil seperti keluar dari ruang kerja setelah penat melakukan aktifitas, bertemu teman, ngobrol sejenak, berbagi makanan dengan teman, work out, berpelukan dengan anjing kesayangan akan menstimulus keluarnya hormone oxytocin.
Apakah burnout juga merupakan salah satu gangguan mental?
Dalam pengelompokan diagnosis gangguan mental, masalah yang berkaitan dengan pekerjaan, Pendidikan masuk dalam DSM-5 yaitu pada group other condition that maybe a focus of clinical attention(code V or Z) : Educational dan Occupational Problem.
Apakah perbedaan burnout dengan depresi ?
Burnout merupakan kondisi kelelahan fisik, mental atau emosional akibat stres berkepanjangan yang berdampak pada performa kerja dan pandangan negatif terhadap diri dan orang lain. Sedangkan dikatakan gangguan depresi apabila mengalami 5 atau lebih dari 9 gejala menurut kriteria diagnosis DSM-5 yaitu perasaan sedih, kosong dan putus asa hampir sepanjang hari lebih dari 2 minggu disertai kehilangan minat atau kegembiraan dalam semua hal, penurunan berat badan lebih dari 5% dalam satu bulan tanpa diet atau peningkatan atau penurunan nafsu makan sepanjang hari, sulit tidur atau kelebihan tidur, merasa lelah atau kehingan energi sepanjang hari, peningkatan atau penurunan psikomotor, merasa tidak berhargaperasaan bersalah berlebihan, penurunan konsentrasi, pikiran berulang tentang kematian, ide bunuh diri sering tanpa rencana spesifik, atau percobaan bunuh diri atau rencana spesifik melakukan bunuh diri.
Semua gejala tersebut menyebabkan penderitaan dan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan fungsi penting lainnya. Burnout merupakan kondisi kelelahan fisik, mental atau emosional berkaitan stres pekerjaan yang intens yang berlangsung lama dan stres berat, namun depresi tidak selalu ada pencetusnya. Depresi akan membaik bila stressor menghilang. Depresi berlangsung lebih dari 2 minggu sedangkan burnout terdiri dari beberapa fase yaitu fase honeymoon, fase onset stres, fase stres kronis, fase burnout dan fase habitualis burn out. kondisi self esteem pada burnout masih baik dibandingkan dengan gangguan depresi.
Apakah stres bagian dari burnout?
Stres merupakan bagian dari burnout itu sendiri, sebelumnya kita akan bahas dulu apa itu stres. Stres adalah setiap situasi dan kondisi yang menekan. Stres berasal dari lingkungan rumah, tempat kerja dan sekolah. Reaksi seseorang terhadap stres tidak selalu negatif tergantung dari bagaimana kita mengelola stres tersebut. Reaksi positif dari stres misalnya akan memotivasi orang untuk berusaha lebih keras dan lebih baik lagi. Reaksi negatif dari stres misalnya dapat menimbulkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari.
Eustress adalah kondisi tubuh atau mental yang dapat menyesuaikan diri dan memberikan respons terhadap stressor sesuai yang diperlukan, dimana adanya peristiwa positif dan jumlah stres optimal. Stres merupakan motivator untuk mencapai performa optimal.
Distress adalah kondisi tertekan karena adanya tekanan(stress/pressure) yang lebih besar daripada daya adaptasi terhadap stressor yang menimbulkan reaksi stres.
Burn out memiliki 5 fase yaitu fase honeymoon, onset stres, stres kronis, burnout, habitualis burnout. Fase honeymoon adalah fase dimana perasaan kepuasan yang tinggi dengan melakukan tantangan dan pekerjaan yang baru, onset stres dimana seseorang mengalami perasaan cemas, merasa lebih mudah sensitif, stres kronis dimana keluhan meningkat seperti kehilangan kesabaran, mudah marah, agresif bahkan peningkatan konsumsi kafein, Burnout dimana merupakan fase kritis dimana seseorang mulai mengeluhkan nyeri fisik kronis, sakit kepala, merasa kosong, sinis pada diri dan orang lain. Habitualis burnout dimana disini mulai tertanam dalam hidup anda, anda mulai merasakan kesehatan mental kronis, kelelahan kronis, dan bahkan mulai mengalami depresi.
Apakah ciri-ciri burnout ?
- Merasa sangat lelah dan tidak bertenaga setiap saat.
- Sakit kepala dan pegal
- Perubahan pola makan dan tidur
- Kehilangan minat pada pekerjaan dan tidak lagi menemukan motivasi untuk melakukan apapun.
- Lebih sensitif, kehilangan kesabaran, sinis, mudah marah.
- Menghindari tanggung jawab dan terus menunda pekerjaan
- Produktifitas kerja menurun.
Apakah burnout hanya terjadi pada dunia kerja?
Burn out tidak hanya terjadi di tempat kerja tapi juga di dunia pendidikan.
Apakah pesan dokter bagi banyak masyarakat Indonesia yang dalam usia produktif sekarang ini dalam bekerja sehingga bisa terhindar dari burnout?
Kita tidak mungkin terhindar dari stres tapi kita diberikan kemampuan untuk beradaptasi dan mengatasinya. Mengenali burnout merupakan langkah awal menangani kondisi burnout sehingga individu menerapkan tips bagaimana cara menghindari burnout dengan cara memanajemen stres seperti memprioritaskan selfcare(merawat diri) secara konsisten seperti makan bernutrisi, tidur yang cukup, olahraga, istirahat sejenak dari rutinitas, melakukan aktifitas yang menyenangkan, rekreasi dan liburan, memberikan batasan pekerjaan, kemudian terlibat aktifitas sosial, observasi diri(diary), restrukturisasi kognisi(self talk), manajemen waktu, problem solving, mindfulness, meditasi atau yoga, latihan relaksasi.
Pekerjaan anda seperti bola yang dilempar akan kembali kepada anda. Jadi peliharalah keseimbangan antara pekerjaan dan hidup anda dengan perjelas lagi jam kerja anda, istirahat sejenak dari rutinitas, gunakan waktu untuk liburan, lakukan hobi, tidak membawa pekerjaan ke rumah, bicarakan masalah dengan orang yang bisa dipercaya. [T]
- Artikel ini disiarkan atas kerjasama tatkala.co danPerhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI)CabangDenpasar