KANKER salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Kanker adalah suatu kondisi dimana sel kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang abnormal, cepat dan tidak terkendali.
Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta dan kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain.
Masyarakat pada umumnya memandang kanker sebagai penyakit yang mematikan dan tidak bisa diobati. Padahal, jika kanker ditangani dengan baik pada stadium dini, angka kesembuhannya dapat mencapai 90%. Saat ini, sangat sedikit penyakit kanker yang terdeteksi pada stadium dini sehingga angka kematian akibat kanker masih tergolong tinggi.
Setiap tahun, diperkirakan terdapat 190.000 penderita baru kanker di seluruh dunia dan seperlimanya akan meninggal akibat penyakit tersebut. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan oleh kanker dan merupakan pembunuh nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler.
Kualitas hidup merupakan tujuan penting dalam pengobatan kanker, dan kekhawatiran akan kondisi fisik, psikologis, gangguan citra tubuh, serta gejala-gejala yang dapat menimbulkan distress perlu segera diantisipasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker. Meningkatkan kualitas hidup pasien kanker selama pengobatan akan meningkatkan kepatuhan mereka akan perawatan dan pengobatan serta memberikan mereka kekuatan untuk mengatasi berbagai gejala atau keluhan yang dialami pasien kanker.
Menurut World Health Organozation Quality of Life (WHOQOL), kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, dimana individu hidup dan hubungannya dengan harapan, tujuan, standar yang ditetapkan dan perhatian dari seseorang. Masalah yang mencakup kualitas hidup sangat luas dan kompleks termasuk masalah kesehatan fisik, status psikologik, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan lingkungan dimana mereka berada.
Pada setiap penderita membutuhkan masa penyesuaian yang berbeda bergantung pada persepsi, sikap serta pengalaman pribadinya terkait penerimaan diri terhadap perubahan yang terjadi. Maka kondisis inilah yang akan berpengaruh terhadap kualitas hidup penderita kanker yang menjalani pengobatan radioterapi.
Kualitas hidup dapat menggambarkan suatu beban seorang penderita akibat penyakit yang dideritanya dan terapi yang diperolehnya. Ketepatan dalam melakukan pengukuran kualitas hidup bermanfaat untuk mengetahui proses penyakit dan efek terapi yang didapatkan oleh pasien. Kualitas hidup dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan maka kualitas hidup juga semakin tinggi.
Faktor yang mempengaruhi Kualitas Hidup
Kualitas hidup pasien kanker juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, pendapatan, waktu dan jarak yang dibutuhkan untuk ke RS, stadium kanker, lama pengobatan, jenis pengobatan dan jenis kanker yang diderita.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup menurut Pradono, antara lain:
- Usia, diklasifikan berdasarkan golongan usia muda (40-60 tahun) dan lanjut usia (di atas 60 tahun). Bila mengalami sakit pada dewasa akhir biasanya pasien bisa menerima kondisi fisiknya, dibandingkan yang lebih muda dikarenakan beban tanggung jawab.
- Jenis kelamin, laki-laki beresiko 1,3 kali lebih besar memiliki kualitas hidup yang rendah dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan lebih matang secara emosi dan lebih tahan ketika menghadapi tekanan/permasalahan.
- Pendidikan, masayarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah beresiko 1,2 kali memiliki kualitas hidup yang kurang dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. Hal ini mempengaruhi pola pikir seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan lebih antisipatif sehingga penanganan penyakit lebih cepat.
- Pekerjaan, seseorang yang bekerja memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan yang tidak bekerja.
- Perilaku beresiko, seperti merokok, kurang aktivitas fisik, minum alkoho, merupakan faktor utama terjadinya penyakit tidak menular dan gangguan emosiona. Jangka panjang kondisi ini dapat menurunkan kualitas hidup.
- Penyakit kronis, masyarakat dengan penyakit kronis 2,6 kali berisiko memiliki kualitas hidup yang rendah daripada yang tidak memiliki penyakit kronis. Tingkat kronis pasien kanker mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, semakin tinggi stadium dapat meningkatkan kecemasan yang berdampak pada semakin rendahnya kualitas hidup. Penderita dengan tingkat pendidikan yang rendah sering menunda pengobatan dan tidak jarang telat mendapat penanganan medis sehingga kondisi menjadi parah, menyebar atau stadium lanjut.
- Gangguan mental, masyarakat dengan gangguan mental ringan sekalipun memiliki kualitas hidup kurang.
- Status ekonomi (pendapatan), masyarakat dengan status ekonomi yang rendah lebih beresiko memiliki kualitas hidup yang rendah jika dibandingkan dengan masyarakat ekonomi tinggi.
Penelitian Perwitasari, (2009) yang menilai kualitas hidup pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUP Sardjito Yogyakarta menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien kanker mengalami penurunan setelah melakukan terapi kemoterapi.
Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup
Upaya peningkatan kualitas hidup pasien kanker salah satunya dengan mengantisipasi gejala-gejala fisik dan psikologis yang dirasakan. Oleh karena itu identifikasi kualitas hidup pasien kanker harus dipahami baik oleh tenaga Kesehatan maupun keluarga. [T]
- Artikel ini disiarkan atas kerjasama tatkala.co dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) CabangDenpasar