INSIDEN pecahnya jembatan kaca di wahana wisata The Geong, Limpakuwus, Kabupaten Banyumas, Jawa Tenggah pada 25 Oktober 2023 lalu mengundang keprihatinan bagi pariwisata Indonesia. Insiden tersebut menyebabkan dua orang luka dan satu orang meninggal dunia.
Jembatan kaca merupakan wahana wisata yang banyak dijumpai di Indonesia. Sebagai bagian dari wisata luar ruang (outdoor), jembatan kaca dan wahana permaian lain memang rawan terjadi kecelakaan. Beberapa kasus kecelakaan di objek dan daya tarik wisata sering terjadi, karena sulit untuk dilakukan pengawasan kepada wisatawan.
Secara umum, ada empat faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di objek wisata. Pertama, faktor alam dan cuaca. Contohnya hujan badai, petir, banjir, tanah longsor, puting beliung, gempa bumi, dan sebagainya. Musibah yang disebabkan faktor ini sulit untuk dihindari wisatawan. Karenanya mitigasi bencana sangat diperlukan dalam pariwisata.
Kedua, faktor sarana dan prasarana di objek wisata. Misal, konstruksi wahana wisata yang jelek, keropos, maupun tidak sesua standar. Kasus pecahnya jembatan kaca di Kabupaten Banyumas antara lain disebabkan kualitas kaca yang jelek dan ketebalan kaca yang tidak layak; hanya 1,2 cm.
Ketiga, faktor pengelola yang tidak profesional dalam mengelola objek wisata. Banyak objek wisata yang tidak memiliki Standard Operational Procedure (SOP) yang jelas. Padahal setiap objek wisata semestinya memiliki SOP. Pengelola juga tidak melakukan pengawasan kepada wisatawan serta tidak melakukan pengecekan wahana wisata secara rutin.
Keempat, faktor pengunjung atau wisatawan yang lengah dan lalai dalam berwisata. Kadang wisatawan abai terhadap rambu-rambu yang sudah dipasang di objek wisata. Kecelakaan juga sering terjadi karena wisatawan asyik berswafoto di objek wisata tanpa memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan jiwanya.
Distorsi Visual
Jatuhnya wisatawan dari jembatan kaca di Kabupaten Banyumas dapat dijadikan pelajaran bagi para pemangku kepentingan sektor pariwisata. Pengelola wahana wisata seperti jembatan kaca dan wisatawan yang berkunjung perlu memperhatikan tiga hal, yaitu keamanan, keselamatan, dan kenyamanan dalam berwisata.
Faktor keamanan akan berkaitan dengan konstruksi jembatan dan bahan baku jembatan yang terbuat dari kaca. Perlu ada hasil uji laboratorium terlebih dahulu sebelum jembatan kaca dijadikan wahana untuk wisatawan. Bagaimana kekuatan konstruksinya, ketebalan dan kekuatan kacanya, dan daya tamping maksimal pengunjungnya. Jangan sampai jembatan kaca mudah pecah dan kelebihan pengunjung.
Oleh sebab itu, pengelola perlu memastikan bahwa jembatan layak dikunjungi wisatawan dengan secara rutin mengecek kondisi jembatan setiap hari. Pengelola juga harus membatasi jumlah pengunjung yang menggunakan jembatan kaca agar tidak sarat beban.
Wisatawan sendiri juga perlu memperhatikan keselamatan jiwanya. Jangan memaksakan diri untuk untuk menggunakan wahana itu jika jumlah pengunjung sudah terlalu banyak. Kecenderungan wisatawan untuk swafoto acapkali mengabaikan keselamatan.
Pemerintah sebaiknya perlu mempertimbangkan kembali pembangunan jenis wahana wisata seperti jembatan kaca. Selain sangat beresiko terhadap faktor keamanan, banyak jembatan kaca di berbagai objek wisata alam justru menimbulkan distorsi visual. Objek wisata alam akan kehilangan view yang indah dengan adanya jembatan kaca itu.
Dalam perspektif ekologis, jembatan kaca sangat tidak sesuai dengan prinsip pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Jembatan kaca tidak ramah lingkungan. Jembatan kaca di daerah juga tidak mendukung keberlanjutan dari sisi ekonomi, sosial, dan budaya bagi masyarakat sekitar.
Sertifikasi
Banyak hal yang mesti diperhatikan dalam menjajakan wahana wisata, termasuk jembatan kaca. Setiap wahana wisata selayaknya memiliki SOP yang jelas. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan wisatawan serta apa yang harus dilakukan pengelola harus jelas. Rambu-rambu maupun papan informasi harus dipasang jelas untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Fasilitas K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) harus tersedia di semua objek wisata yang memiliki wahana. Dengan adanya fasilitas K3, wisatawan akan merasa tenang dan nyaman saat berwisata. Fasilitas K3 juga menujukkan kesiapan pengelola untuk memberikan pertolongan darurat ketika terjadi musibah. Banyak kasus kecelakaan di objek wisata yang tidak tertangani karena tidak adanya fasilitas K3 seperti tandu untuk mengangkut korban maupun obat-obatan.
Pencegahan terhadap kecelakaan di wahana wisata dapat dilakukan sedari awal dengan melibatkan unsur pemerintah dan pengelola. Peran masing-masing harus diatur dengan jelas. Sehingga ketika terjadi musibah di wahana wisata masing-masing tidak saling tuding dan saling lempar tanggung jawab.
Kelalaian yang menyebabkan wisatawan celaka bisa datang dari kecerobohan wiasatawan, pengelola yang tidak memenuhi standar operasional, maupun pihak pemerintah yang tidak melakukan monitoring dan evaluasi terhadap objek wisata di daerahnya. Jika memang wahana jembatan kaca tidak memenuhi kelayakan, maka pemerintah dapat menutupnya. Sehingga ketika terjadi musibah tidak menimbulkan kegaduhan saling melempar tanggung jawab.
Oleh sebab itulah, studi kelayakan sangat diperlukan. Studi kelayakan harus melibatkan berbagai pihak yang berkompeten dalam pembangunan jembatan kaca. Jika perlu, sebelum beroperasi perlu uji laboratorium terlebih dahulu untuk memastikan faktor keamanan dan keselamatan.
Tak kalah penting, setiap wahana wisata semestinya sudah lolos sertifikasi dari pihak-pihak terkait. Sertifikasi menjadi syarat wajib bagi semua wahana wisata. Jika memang ada wahana yang tidak lolos sertifikasi, maka pemerintah tidak perlu ragu untuk menutupnya.
Jangan sampai terjadi “main mata” antara pemerintah, investor, dan pengelola wahana wisata yang tidak lolos uji sertifikasi. Atau upaya “tutup mata” pihak pemerintah. Wahana wisata yang belum studi kelayakan dan uji sertifikasi dibiarkan beroperasi. Dan ketika terjadi musibah, pihak pengelola yang selalu dijadikan tersangka. Sedangkan pemerintah lepas dari tanggung jawab.
Sekali lagi, ini semua demi keselamatan dan keamanan wisatawan. Sangat menyedihan jika wisatawan yang bertujuan mencari kesenangan justru menjumpai kematian. [T]
- BACA artikel tentang PARIWISATA atau artikel lain dari penulisCHUSMERU