DENPASAR | TATKALA.CO — Puluhan mahasiswa Program Studi (Prodi) Sastra Jawa Kuna, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana (FIB Unud), yang didampingi sejumlah dosen melaksanakan pengabdian kepada masyarakat berupa konservasi lontar di Unit Lontar Udayana (ULU).
Kegiatan yang bertajuk “Raksa Rinaksan” tersebut merupakan bagian dari kegiatan Pekan Sastra Jawa Kuna, serangkaian HUT ke-65 Prodi Sastra Jawa Kuna dan HUT ke-13 Himpunan Mahasiswa Sastra Jawa Kuna (Himawan).
Acara yang diberi tema “Sastra Nitya Rupa: Sastra Jawa Kuna Melintasi Ruang dan Masa” itu menyasar satu cakep lontar milik masyarakat yang dititipkan di ULU. Acara tersebut dilaksanakan di Ruang Penyimpanan Lontar ULU, FIB Unud, pada Senin (6/11/2023).
Lontar yang berasal dari daerah Bangli tersebut berjumlah 30-an lembar yang setelah diidentifikasi menunjukkan jenis lontar astronomi (wariga). Sayangnya, kondisi lontar sudah sangat memprihatinkan karena tertutup kerak asap sehingga warnanya berubah menjadi hitam legam. Kondisi tersebut diakibatkan lantaran tinggalan kebudayaan tersebut disimpan di atas perapian warga.
Ketua Panitia HUT ke-13 Himawan, I Made Sabda Wiguna, mengatakan kegiatan tersebut dilakukan bertujuan untuk menambah wawasan dan mengembangkan kecintaan generasi muda terhadap naskah-naskah warisan leluhur.
Melalui konservasi lontar ini, ia berharap supaya ilmu yang didapatkan bisa bermanfaat untuk mahasiswa dan masyarakat. “Kegiatan ini sangat menyenangkan, karena secara saya pribadi ini adalah hal yang baru dan bisa dipakai latihan supaya saat terjun ke masyarakat, ilmu ini bisa bermanfaat,” katanya.
Ia mengatakan, berdasarkan penuturan staf ULU, pemilik lontar tersebut dahulu meletakkan lontar di atas tungku api, jadi residu asap yang dihasilkan oleh tungku api mempengaruhi naskah lontar, menyebabkan kondisinya sudah hitam, berkerak, berdebu, dan diperkirakan tidak bisa dikonservasi hanya sekali.
“Rencananya, mahasiswa himpunan dan dosen juga akan turun ke masyarakat yang memiliki naskah lontar, terutama bagi masyarakat yang tidak tahu caranya merawat atau menjaga naskah. Kami ingin membantu masyarakat tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Prodi Sastra Jawa Kuna, Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., mengatakan bahwa kegiatan Raksa Rinaksan atau konservasi lontar yang dilakukan di ULU adalah wujud implementasi dari pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam penanganan naskah lontar yang telah diberikan dalam mata kuliah konservasi.
“Melalui kegiatan konservasi lontar ini, mahasiswa tidak hanya paham tentang pengetahuannya, tetapi juga terampil dalam melakukan konservasi. Ketika mereka tamat dari program studi, mereka akan jadi insan profesional dalam penanganan naskah lontar,” katanya.
Pekan Sastra Jawa Kuna berlangsung selama seminggu dengan berbagai mata acara yang terkait dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pekan Sastra Jawa Kuna dimulai dengan acara Punia Bakti (persemahan punia kepada dosen-dosen purnabakti) yang dilaksanakan pada Minggu (5/11).
Selanjutnya dilaksanakan acara Raksa Rinaksana pada Senin (6/11); Utsawa (Lomba Apresiasi Sastra Kakawin) pada Selasa (7/11); Cāyārūpa (Gelar Film Berbasis Sastra Jawa Kuna) pada Rabu (8/11); Sabawarasa (Bincang Alih Wahana Sastra Jawa Kuna ke Sastra Modern) pada Kamis (9/11); dan Mahotsawa (Puncak Acara dan Seminar Nasional) pada Jumat (10/11).[T][Jas/*]