SALINDIA UTARA
Aku masih menerawang jauh
tempat leluhur benihkan sauh,
mereka harum semerbak aroma garam
sehampar lelehan perak mengeram
tumbuh bersama tegarnya karang
pada abrasi yang mengerang
Aku masih menerawang jauh
pada leluhur yang menanam peluh,
berkompromi dengan Dewi Sri
untuk melahirkan hutan asri
beranak pinak kebun melati
serta sedap aroma teh pada dataran tinggi
Aku masih menerawang
ketika,
semerbak aroma garam datang basahi muka
rindu dan haru menempel lengket pada pasir di kepala
larik-larik cemara kini subur sarang kebinalan remaja
rimbunan teh jadi milik bos besar asia tenggara
dan hutan pinus bertumbuh tandus ditengkrengi kafe anak muda
Aku menerawang semakin lekat
ketika,
awan mulai merontokan bulir hitam
menara pemintal daya buraikan dengusnya
dari pelabuhan, batu bara diantarkan
seribu MegaWatt listrik disalurkan
Bagiku,
begitu sulit merobek salindia
agar Aku tak menerawang saja.
bagaimana caranya
mendamaikan diamnya laut utara
yang penuh mutahan darah hitam
atau membatalkan talak dari Dewi Sri
untuk mempersuntingnya kembali?
26/02/2023
UTARA KECILKU
Setelah jauh kakiku menjajah arah Selatan
Semakin kencang tiupan angin urban
Kota yang kata mereka menyimpan sejuta rindu
Pagi-sore menyiksaku
Aku ingin dimandikan Ibu, di Utara kecilku;
Dengan gelombang tenang, atau saat
Sungai-sungai sedang pasang.
Aku hanya ingin pulang,
bukan datang dengan berpura-pura
menjadi bilah setajam pedang
atau bertubuh laut kokoh menentang karang
Aku ingin ditimang Ibu, di Utara kecilku;
dengan hawa lembut, semilir angin berkabut,
di antara pepohonan pinus dan cemara beringsut.
sungguh sangsi menapaki tanah kelahiran kembali
nedhak siten seperti bayi
di utara kecilku ini.
26/02/2023
ELEGI TENGAH LAUT
Seonggok bangunan di tengah lautan
yang hanya ujungnya menyembul di permukaan
tak akan pernah merasakan tenang ombak berdeburan
dan riak-riak serupa kerling kelopak mata Durga
Makara buas, lepas dari tunggangan Baruna
menghambur masuk pangkal ruang tak terjamah
menyelinapkan gelembung kesuburan paling liar
membongkar perabotan dan isian sebuah rumah
Lahirlah gelap sempurna di kelamnya suasana
bahkan bulan tak mampu menembus kulitnya
yang pekat di antara besi cair paling kental
Mercusuar paling terang tak henti menangis
karena tangan eloknya telah lemas dan kebas
menengadah hamparan kosong, doa-doa bohong
untuk meraih seonggok bangunan di tengah lautan
Tak ada riuh riak berlabuh
Tak ada ramai desir pantai
seonggok bangunan di tengah lautan
mati perlahan.
16/04/2023
SEPANJANG PANTAI AKU MENGUMPAT
senja telah memicingkan mata
dan cakrawala terbahak-bahak
melihatku belepotan kata umpatan
di sepanjang pantai tak karuan
baru jam empat kalong sudah menyambar
mereka sukar dengar bus karyawan
antre keluar dari gerbang proyek PLTU
dan itu sangat mengganggu pelancong sepertiku
yang ingin bertukar keringat dengan garam
pantai utara, melelehkan aspal di tengkuk
dan aku mengeraskan upil untuk menahan batuk
saat jendela keterjagaan pantai masih ditutup rapat
jalanku lewat hanya kebun melati warga setempat,
pun hanya diramaikan: pemberontakan udang dalam tambak;
remaja tanggung kebelet senggama bermotor dua tak;
pemancing yang kabur dari istri, atau;
orang pusing cari wangsit setelah kalah berebut hak waris.
aku merasa pergi dari sini hanya sebentar
namun, siklus bulan telah berputar hingga pengar
aroma peradaban menguarkan harum pembangunan
di atas kobaran tuntutan harga tanah milyaran
wangsit datang bersama dengan ombak mimpi
indah peradaban baru dibangun dalam paksaan
tanah kotor akibat bibir-bibir jontor
pun akhirnya dapat diolah para investor
garis pantai meringis bakaunya habis
kavling-kavling di tanah rendah
mengusir peziarah
aku terusir?
kepul debu telah berlalu,
tinta malam lumer pada taburan cahaya
gemintang palsu di antara cemara
cafe meruput di setiap sudut seperti lumut
dibangun semi permanen dengan model:
gedongan
meniru arsitektur gaya barat:
gadungan
tau begitu aku akan mencegah simbahku
untuk jangan menjual tambaknya dulu,
tunggu sampai ganti beberapa bupati baru
lalu jual tanahnya saat ada proyek PLTU
atau bangun cafe yang jual kopi dan susu
ah, timingnya sungguh asu!
14/3/2023
BATANG BERKEMBANG
Tambak ikan, kebun melati
Surut layu ditimbun aspal mewangi
Cerobong asap menjulang tinggi
Menggusur nelayan dan petani
Teriakan pledoi: PLTU kita terbesar se-Asia Tenggara!
Pantura telah senyap
Alas Roban semakin gelap
Tol menjarah segala arah
Riuh rumah makan
Rontok layu berkepanjangan
Sepertinya Batang memang semakin berkembang
Muda-mudi tak takut lagi membeli kopi harga tinggi
Mau itu di tataran tengah hutan atau di riuh tepi pantai
Menganggur, merah atau putih di jalan tengah kota
bisa juga bikin senang belaka
Ruang kosong adalah ruang nongkrong
Kebinalan kembali merong-rong
Entah ke dalam darah pemuda pembangkang
Atau ke mereka yang suka membuat Batang lebih berkembang
Sambong Kebon, 14/11/2022