RANGKAIAN inti Karya Agung Danu Kerthi di Danau dan Gunung Batur tahun 2023 berlangsung selama sembilan hari sembilan malam. Pemilihan hari didasarkan atas berbagai pertimbangan. Masyarakat adat Batur mewarisi pesan bahwa ketika masyarakat mempersembahkan yadnya ke hadapan Ida Bhatara-Bhatari, maka dapat memilih hari berjumlah ganjil. Bisa dipilih sehari, 3 hari, 5 hari, 7 hari, 9 hari, 11 hari, dst. Pemilihan waktu sembilan hari dipandang telah cukup mengakomodir rangkaian Karya Agung Danu Kerthi, termasuk memberi ruang bagi umat untuk bersembahyang di antara waktu tersebut.
Rangkaian inti Karya Agung Danu Kerthi mulai pada Rabu, 11 Oktober 2023 dan berakhir pada Jumat, 20 Oktober 2023. Meskipun demikian, pada Senin, 9 Oktober 2023 sebuah prosesi penting dilaksanakan. Hari itu sebanyak 29 Bhatara Tirta dari tiga pulau tiba di Batur. Seluruh Bhatara Tirta itu dimohon sebagai tanda restu dari Bhatara-Bhatari di Bali, Jawa, dan Lombok yang secara struktur spiritualitas orang Batur diyakini sebagai prasanak (kerabat)Ida Bhatari Sakti Batur.
Ada 5 Bhatara Tirta yang berasal dari luar Pulau Bali. Panitia mengutus beberapa tim untuk memohon kelima air suci tersebut. Sebanyak 4 buah tirta berasal dari gunung-gunung di Pulau Jawa, yakni Gunung Semeru, Gunung Salak, Gunung Raung, dan Gunung Bromo. Sementara, satu tirta lainnya berasal dari Danau Segara Anak di Gunung Rinjani. Bhatara Tirta tersebut tiba di batas utara Desa Adat Batur sekitar pukul 10.00 WITA. Bhatara Tirta di-pendak (dijemput) dengan upacara khusus, kemudian diusung dari batas desa di utara menuju Pura Ulun Danu Batur, lengkap beriring gong adat Batur.
Kelima gunung di Pulau Jawa dan Pulau Lombok tersebut secara spiritual diyakini memiliki kaitan dengan Ida Bhatari Sakti Batur. Teks Usana Bali menyebutkan keterkaitan Ida Bhatara Sakti Batur, khususnya Ida Bhatari Dewi Danuh dengan Ida Hyang Bhatara Pasupati yang berstana di Gunung Semeru. Menurut wacana tersebut, Ida Bhatari Dewi Danuh dan Ida Bhatara Gde Gunung Agung ditugaskan oleh Ida Hyang Bhatara Pasupati yang merupakan “ayahanda” keduanya untuk turun ke Bali dan mengemban misi menjaga keselamatan jiwa dan raga Pulau Bali beserta isinya. Adapun Gunung Agung dan Gunung Batur yang saat ini ada di Bali disebutkan sebagai “potongan” puncak Gunung Mahameru di Jambudwipa. Dua gunung itu sengaja dipotong untuk menjadi pancang Balidwipa.
Sementara itu, pada teks yang lain, yakni Kuttara Kanda Dewa Purana Bangsul, Bhatara Hyang Pasupati bukan tidak memotong puncak Gunung Mahameru menjadi dua, tetapi tiga buah. Potongan pertama yang merupakan bagian dasar dari potongan puncak itu ditempatkan di tengah-tengah Pulau Bali dan menjadi Gunung Batur atau Gunung Apuy. Bagian tengah dari potongan tersebut menjadi Gunung Rinjani di Lombok, sedangkan bagian paling puncaknya menjadi Gunung Agung. Oleh karena potongan tertinggi, maka Gunung Agung mewarisi kemurnian dari Mahameru yang konon bak permata menyala-nyala tempat para dewa bersemayam.
Terkait dengan pemilihan tiga gunung lainnya di Jawa, yakni Gunung Salak, Gunung Raung, dan Gunung Bromo juga tidak jauh berbeda. Ketiga gunung ini juga dipandang sebagai “kerabat” Ida Bhatari Batur. Keyakinan ini tampak sejalan dengan wacana teks Tantu Panggelaran, yang menyebutkan bahwa gunung-gunung di Jawadwipa pun berasal dari potongan Mahameru yang dibawa dari Jambudwipa.
Di Pulau Bali, panitia memohon air suci dari sejumlah kahyangan jagat. Pertama adalah pura-pura yang menjadi representasi Kahyangan Sapta Giri Balidwipa. Bhatara-bhatara Tirta itu antara lain dari Pura Besakih (Gunung Agung), Pura Ulun Danu Batur (Gunung Batur), Pura Lempuyang (Gunung Lempuyang), Pura Andakasa (Gunung Andakasa), Pura Batukaru (Gunung Batukaru), Pura Pucak Mangu (Gunung Mangu), dan Pura Manik Corong. Menurut Usana Bali, kahyangan-kahyangan tersebut adalah “hulu-hulu suci” Pulau Bali. Puncak-puncak tersebut dijaga oleh putra-putra Bhatara Pasupati yang tidak lain adalah “saudara-saudara” dari Bhatara Sakti Batur.
Kedua, ada lima tirta yang diambil dari patirtaan utama Ida Bhatari Sakti di beberapa titik di Kaldera Batur. Tirta-tirta tersebut antara lain, Tirta Pura Jati yang diambil di Pura Jati Batur, Tirta Mas Mampeh, Tirta Pura Kanginan, Tirta Pura Kawanan, dan Tirta Madyaning Gunung Batur. Tirta Pura Jati adalah tirta utama di Batur, dimohon ke hadapan Ida Bhatara Sakti Bujangga Luwih di Pura Jati. Tirta ini harus ada dalam setiap upacara di Desa Adat Batur.
Tirta Mas Mampeh diambil di Patirtaan Pura Tirta Mas Mampeh. Menurut teks Purana Tattwa yang merupakan satu dari 13 teks Rajapurana Pura Ulun Danu Batur, Tirta Mas Mampeh adalah tirta yang dianugerahkan Bhatara Pasupati kepada Ida Bhatari Danuh melalui Bhatara Indra. Tirta itulah yang diamanatkan akan menjadi tirta panguluning subak. Menurut mitos Ida Ratu Ayu Mas Membah, tirta inilah yang “dijual” ke berbagai pelosok Pulau Bali. Kelak peristiwa menjual air itu akan menciptakan relasi antara desa-desa yang dilalui oleh Ida Ratu Ayu Mas Membah dengan Pura Ulun Danu Batur.
Tiga tirta lainnya dimohon di puncak-puncak Gunung Batur. Tirta Pura Kanginan Gunung Batur dimohon di Pucak I Gunung Batur, di tepi kepundan tertinggi Gunung Batur. Tirta Pura Kawanan Gunung Batur dimohon di Pucak II Gunung Batur, di tepi kepundan tertinggi kedua di Gunung Batur. Masyarakat Batur menganggap Gunung Batur sebagai lingga Ida Bhatari Sakti, sehingga puncak gunung disebut pura untuk menghormati. Terakhir, adalah Tirta Madyaning Gunung Batur, yakni air suci yang dimohon di Puncak III Gunung Batur (dekat dengan Kawah 2.000 Gunung Batur).
Bhatara Tirta lainnya berasal dari kahyangan jagat, antara lain Pura Uluwatu, Pura Goa Lawah, Pura Dalem Ped, Pura Pusering Jagat, dan Pura Kentel Gumi, dan Pura Segara Rupek. Selain itu turut dimohon Tirta Tridanu yakni dari Pura Ulun Danu Beratan, Pura Ulun Danu Buyan, dan Pura Ulun Danu Tamblingan. Menurut keterangan Kuttara Kanda Dewa Purana Bangsul, keempat danau di Bali merupakan satu-kesatuan tidak terpisah. Keempatnya disebut Catur Danu kahyangan Hyang Catur Dewi yakni Danau Batur sebagai kahyangan Bhatari Uma, Danau Bratan sebagai kahyangan Bhatari Laksmi, Danau Bulyan sebagai kahyangan Bhatari Gangga, dan Danau Tamblingan sebagai kahyangan Bhatari Gori.
Tiga tirta terakhir diambil dari patirtaan Ida Bhatari di tepi lautan, yakni Tirta Batubolong (Canggu), Tirta Pegonjongan, dan Pura Labuan Aji (Buleleng). Tirta Batubolong, Tirta Pegonjongan, dan Tirta Labuan Aji memiliki posisi penting dalam kultur spiritualitas Batur. Arca dan pralingga Ida Bhatari Batur hanya akan melasti pada waktu-waktu tertentu di pesisir yang telah ditentukan.
Ketika usai membangun bangunan suci atau menobatkan pemangku maupun petinggi adat lainnya maka arca Ida Bhatari akan diusung melasti ke pantai utara, yakni di Pantai Pegonjongan. Pantai Pagonjongan erat kaitannya dengan mitologi Ida Ratu Ayu Mas Membah. Selanjutnya, secara khusus, jika usai menobatkan Jero Balian, maka melasti akan ditambah ke Pantai Labuan Aji. Pantai Batubolong merupakan salah satu tempat melasti di selatan Pulau Bali, selain Pantau Watuklotok (Klungkung) dan Pantai Masceti (Gianyar). Pelaksanaan melasti ke selatan akan dilakukan jika Desa Adat Batur akan melaksanakan pakelem atau ritual terkait penyucian palemahan.
Pada puncak upacara, yakni pada Tilem Kapat, 14 Oktober 2023, tirta-tirta tersebut disatukan dengan tirta amreta yang didapat dari segara agung dan segara alit. Setelah rangkaian upacara selesai pada jumat, 20 Oktober 2023, tirta yang tersisa dituang (kapendem) ke Danau Batur. [T](bersambung)