9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Orang-Orang Dusun Prabakula, Mengukir Kehidupan di Atas Pasir Hitam

Gede Dedy Arya SandybyGede Dedy Arya Sandy
October 17, 2023
inKhas
Orang-Orang Dusun Prabakula, Mengukir Kehidupan di Atas Pasir Hitam

Salah satu motif ukiran pasir hitam | Foto: Dok. Penulis

KALI INI saya akan bercerita tentang salah satu dusun yang ada di Desa Padang Bulia, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Dusun itu bernama Dusun Prabakula, yang terletak di sebelah selatan Desa Padang Bulia dan menjadi bagian dari salah satu dusun dari lima dusun yang dimiliki oleh desa tersebut—empat lainnya adalah Dusun Taman Sari; Dusun Widarbasari; Dusun Padang Bulia; dan Dusun Runuh Kubu.

Alasan saya menceritakan Dusun Prabakula sebab di dusun ini sebagian besar warganya berprofesi atau terlibat dalam pekerjaan seni ukir pasir hitam—yang menurut saya sangat menarik untuk ditulis.

Beberapa hari yang lalu saya sempat mengobrol dengan salah satu pelaku seni ukir pasir hitam—salah satu tokoh penting dalam perkembangan seni ukir pasir hitam di Prabakula. Nama tokoh yang dimaksud adalah Wayan Sarba.

Pria kelahiran 1971 itu merupakan salah satu orang yang memperkenalkan seni ukir pasir hitam kepada warga Dusun Prabakula. Sehingga, atas usahanya tersebut, sampai saat ini, seni ukir pasir hitam menjadi pekerjaan dari sebagian besar warga dusun, entah sebagai tukang ukir atau pengayah.

“Pada awalnya, saya menekuni seni ukir pasir hitam karena setelah tamat sekolah dasar, saya tidak punya pekerjaan,” ujar Sarba.

Setelah luntang-lantung sekian lama, katanya, bersama dua orang teman, yaitu Wayan Reben dan Nyoman Raweg, akhirnya ia pergi menemui Guru Tanu dan juga Komang  Teer—yang notabene sudah lebih dulu bergelut di bidang seni ukir pasir hitam—di desa untuk ikut belajar mengukir pasir hitam. Dan singkat cerita, Wayan Sarba dan dua temannya langsung diajak untuk belajar sekaligus bekerja

Menurut penuturan Sarba, setelah ia mahir mengukir dan menjadi tukang, garapan pertamanya adalah Merajan Jero Gede Padang Bulia. Setelah itu, ia mendapat proyek di Hotel Raditya di daerah Lovina. Saat mengerjakan proyek di Hotel Raditya, ia dibantu oleh temanya yang juga sudah lama bergerlut di dunia seni ukir pasir hitam. “Teman saya itu bernama Putu Miasa, atau lebih dikenal dengan nama Putu Mangut,” jelasnya.

Putu Mangut berasal dari Desa Padang Bulia, namun sudah menetap di Desa Pancasari. Selain Mangut, saat mengukir di Hotel Raditya, Wayan Sarba juga dibantu oleh Guru Supatra yang juga sudah lama menjadi tukang ukir pasir hitam—mereka sama-sama berasal dari Dusun Widarbasari, Desa Padang Bulia.

“Atas bantuan dari Putu Mangut dan Guru Supat, kemampuan seni ukir saya juga Made Raweg dan Nyoman Reben semakin bagus,” kata Sarba.

Setelah selesai mengukir di Hotel Raditya, bersama teman-temannya Sarba mendapat orderan dari Desa Mengesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, untuk menggarap merajan keluarga—atau sanggah, tempat suci yang ada dalam satu pekarangan rumah yang berfungsi untuk menyembah Tuhan, dewa-dewi, dan juga roh-roh suci leluhur.

“Itu merupakan perjalanan pertama saya menjadi pekerja seni ukir pasir hitam yang mengerjakan pesanan di luar kabupaten,” ujarnya.

Pada saat itu, di daerah Tabanan, seni ukir pasir hitam masih terbilang baru. Makanya, pada saat Wayan Sarba mulai mengukir di sana, banyak orang mulai tertarik untuk membuat merajan keluarga atau menghias rumahnya dengan ukiran pasir hitam.

Ketertarikan masyarakat Tabanan atas seni ukir pasir hitam menyebabkan grup ukir Wayan Sarba laris manis, mereka terus mondar-mandir di daerah tersebut untuk ngukir pasir hitam. Bahkan, kalau dihitung-hitung, menurut ingatan Sarba, sampai sekitar 10 tahunan ia menjelajahi Tabanan.

“Oleh karena perkembangan ukiran pasir hitam di Tabanan cukup bagus, grup ukir kami sering mendapatkan pekerjaan di sana,” terangnya.

Maka, sejak saat itu, grup ukir Wayan Sarba mulai merekrut remaja yang ada di dusunnya, Dusun Prabakula, untuk ikut membantu bekerja dan juga sekaligus belajar membuat ukiran pasir hitam.

Pada awalnya, kata Sarba, mereka yang direkrut tersebut hanya bekerja sebagai pengayah. Tetapi, lambat-laun, karena keseringan terlibat dalam pekerjaan seni ukir pasir hitam, akhirnya mereka mulai tertarik untuk ikut belajar ngukir hingga bisa menjadi tukang ukir.

Untuk saat ini, tukang ukir pasir hitam yang berada di Dusun Prabakula berjumlah kurang lebih 30 orang. Namun, jika ditambah dengan para pengayah, maka kira-kira sekitar 70% warga Dusun Parabkula bergelut di bidang seni ukir pasir hitam.

Dan di masa depan, jumlah tersebut diprediksi akan terus bertambah. Saat ini, semua tukang ukir ditambah dengan pengayah-nya, sudah tersebar ke berbagai desa di Buleleng maupun di luar Buleleng untuk menggarap ukiran pasir hitam.

Menurut Wayan Sarba, untuk pasir hitam, bahan baku ukiran, ia memesan langsung dari daerah sekitar Negara, Jembrana—karena memiliki kualitas yang bagus, katanya. Namun, masalahnya, ada kabar bahwa pengambilan pasir hitam itu dilarang oleh pemerintah. Tetapi, terkait hal tersebut, Wayan Sarba tidak tahu pasti sebab ketika ia memesan pasir selalu saja dibawakan meski terkadang harus menunggu cukup lama.

Lebih jauh bicara tentang pakem ukirannya, Wayan Sarba menyebut gaya garapannya dengan gaya ukiran pasir Belelengan dengan ciri ukiran lebih tajam, runcing, pada cekak-cekak daun maupun bunga.

Saat ditanya mengenai apa saja tantangan dan masalah menjadi tukang ukir pasir hitam, ia menjawab, “Pas keterlambatan datangnya pasir, atau hujan, yang menyebabkan pekerjaan selesai tidak sesuai jadwal. Dan jika pekerjaan tidak sesuai jadwal, maka itu berarti kami harus tinggal lebih lama, mondok, di desa orang.”

Banar. Saat mendapat pekerjaan di luar kabupaten, Wayan Sarba dan teman-temannya tak jarang harus mondok (menginap) dan pulang hanya seminggu sekali. Meski masalah tempat tinggal—selama mondok—biasanya sudah disiapkan tuan rumah atau orang yang mempekerjakannya, tetapi kadang rindu rumah sendiri selalu datang tanpa diundang. “Di situlah dukanya,” imbuhnya.

Namun, meski demikian, ia mengatakan selalu merasa senang sebab melakoni dunia seni ukir pasir hitam sudah menjadi pilihan hidupnya. Saya pikir juga demikian, sebagaimana kata Wayan Sarba, “Setiap pilihan hidup yang kita pilih harus selalu dinikmati dengan rasa suka.”

Sampai sejauh ini, khususnya di daerah Buleleng, Wayan Sarba mengatakan, seingatnya, sudah menjelajahi banyak desa, mulai dari Subuk, Pelapuan, Bongancina, dan di desa-desa lainnya.

Seni Ukir Pasir Hitam, Kini dan Nanti

Ketika saya bertanya tentang bagaimana perkembangan seni ukir pasir hitam di masa sekarang ini, Wayan Sarba menjawab, “Perkembangan seni ukir pasir hitam di masa sekarang ini sudah cukup baik dan semakin beragam corak. Hal itu dipengaruhi oleh persaingan maupun kerja bareng dengan sesama pengerajin seni ukir pasir hitam dari daerah lain.”

Menurut Sarba, persaingan dan kerja bersama dalam satu proyek dengan pengukir luar daerah itu bagus karena meningkatkan kualitas ukiran dari Dusun Prabakula—dan itu sangat positif baginya.

Dan terkait persaingan, menurutnya, sekarang ini juga tak terlepas—atau banyak dipengaruhi—dari bansos-bansos yang dikeluarkan oleh para pejabat. Sebab kerap kali bansos yang keluar itu sudah satu paket dengan pengrajin ukiran pasir hitam.

Hal tersebut mengakibatkan pengerajin yang tidak dekat dengan pemerintah—atau tokoh pemberi bansos—tentu tidak kebagian pekerjaan. Meski demikian, menurut Wayan Sarba, itu sah sah saja. “Mungkin itu hasil dari lobi-lobi si pengerajin dengan para pejabat dan itu tidak dapat disalahkan,” katanya.

Hmm… sampai di sini saya baru tahu, selain harus bisa mengukir, seniman ukir pasir hitam ternyata juga harus bisa melobi pejabat.

Namun, kata Wayan Sarba, yang menjadi keprihatinan perkembangan seni ukir pasir hitam bukan masalah lobi-lobi tersebut, tetapi tentang saingan yang datang dari ukiran-ukiran cetakan berbahan viber dan sejenisnya—yang harganya lebih murah, pengerjaannya lebih cepat, dan hasilnya lebih bagus. “Ukiranya juga lebih halus dan juga motif lebih beragam,” katanya.

Lantas, akankah seni ukir pasir hitam seiring waktu akan ditinggalkan?

Wayan Sarba berharap, agar kesenian ukiran pasir hitam tetap berkembang di masa depan dan pelaku seni yang ada di Desa Padang Bulia—kususnya pelaku seni ukir pasir hitam di Dusun Prabakula—untuk tetap saling mendukung satu sama lain.

Ia juga mengatakan punya harapan besar agar semakin banyak generasi muda mau belajar mengukir pasir hitam demi melestarikan dan mengembangkan kesenian tersebut. “Supaya mampu bersaing dengan model-model dan pelaku seni ukiran pasir hitam dari daerah lain,” ujar seniman yang sudah melakoni seni ukir pasir hitam selama 34 tahun itu—terhitung sejak ia mulai belajar sekitar tahun 1989.

Pada akhirnya, terlepas dari itu semua, apabila teman-teman pembaca punya rencana untuk mengukir merajan atau menghias rumah dengan pasir hitam, silakan menghubungi Pak Wayan Sarba di nomor telepon: 082147264618. Terima kasih sudah membaca.[T]

Baca juga artikel atau tulisan menarik lainnya GEDE DEDY ARYA SANDY

Reporter: Gede Dedy Arya Sandy
Penulis: Gede Dedy Arya Sandy
Editor: Jaswanto

Tags: baliSeni Ukirseniman
Previous Post

Cerita dari Lombok: Teater, Tenun dan MotoGP

Next Post

Kata-kata Meneduhkan Merefleksikan Nilai-nilai Kebijaksanaan

Gede Dedy Arya Sandy

Gede Dedy Arya Sandy

Kerap dijuluki "Orang Gila dari Utara". Pelukis dan seniman tato. Tinggal di desanya di Padangbulia sembali membuka studio melukis sekaligus studio tato. Jika datang ke studionya, ia banyak punya cerita menarik bukan hanya soal tato, tapi juga soal kehidupan

Next Post
Orang Mau Bayar Mahal Untuk Memalsukan Diri

Kata-kata Meneduhkan Merefleksikan Nilai-nilai Kebijaksanaan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co