TRADISI lisan dapat diartikan sebagai kebiasaan atau adat yang berkembang dalam suatu komunitas masyarakat yang direkam dan diwariskan dari generasi ke generasi melalui bahasa lisan. Dalam tradisi lisan terkandung kejadian – kejadian sejarah, adat istiadat, cerita, dongeng, peribahasa, lagu, mantra, nilai moral, dan nilai keagamaan.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya dan merupakan negara yang besar apabila ditinjau dari jumlah penduduknya. Penduduk yang heterogen akan menyebabkan keheterogenan budaya. Setiap suku yang menempati wilayah Indonesia, mempertahankan tradisi dan sistem kepercayaan.
Derasnya arus globalisasi berdampak pada kehidupan tradisi lisan yang sudah diwarisi sejak berabad-abad. Orang tua dengan kesibukannya hampir tidak mempunyai banyak waktu mendampingi anak di rumah. Orang tua terlalu sibuk bekerja. Akibatnya anak tidak mengenal budayanya. Mereka lupa akan budaya, sejarah, adat istiadat, cerita, dongeng, peribahasa, lagu, mantra, nilai moral, dan nilai keagamaan.
Ketika remaja, mereka terkesan meninggalkan tradisi lisan yang merupakan kebudayaan yang adi luhung. Para remaja cenderung menyukai budaya-budaya yang berasal dari Barat. Mereka menyukai budaya Barat karena mereka mempunyai alasan dan alasan tersebut diyakini benar. Hal ini yang dapat merongrong identitas para remaja dan kematian tradisi masyarakat.
Kematian sebuah identitas dan komunitas hendaknya diantisipasi dengan memperkenalkan segala bentuk tradisi lisan kepada generasi muda. Hal ini merupakan jalan yang harus ditempuh.
Dengan itu generasi muda akan mengetahui bagaimana kebudayaan mereka sendiri, adat istiadatnya, sistem kepercayaannya, berbagai bentuk folklor yang ada di masyarakat.Kita tidak perlu meragukan lagi tradisi lisan memiliki nilai pendidikan karakter.
Salah satu tradisi lisan tersebut adalah mendongeng. Aktivitas mendongeng tidak pernah dilakukan orang tua saat ini. Anak-anak tidak lagi meminta kepada orang tuanya untuk mendongeng sebelum mereka tidur. Anak-anak lebih menyukai menonton film kartun tetapi setelah anak selesai menonton, mereka tidak dapat menggali apa nilai pendidikan karakternya. Hal tersebut terjadi karena para orang tuanya tidak punya waktu untuk mendampingi anaknya menonton film tersebut. Oleh karena itu, anak tidak mendapat kesempatan untuk menggali nilai pendidikan karakter dalam film tersebut.
Meluangkan waktu untuk mendongeng bagi anak sangat bermanfaat untuk mengasah critical thinking. Dalam kegiatan mendongeng terjadi interaksi dua arah antara orang tua dengan anak. Interaksi ini akan merangsang rasa keinginantahuan anak untuk bertanya tentang setiap kejadian yang ada dalam dongeng. Interaksi ini tidak akan terjadi jika anak menonton film kartun atau ngegame.
Keingintahuan anak tidak akan terasah sehingga anak pasif dan menerima begitu saja cerita dalam film kartun. Ngegame merupakan aktivitas mengasyikkan tetapi pengaruh negatif ngegame adalah anak akan kecanduan untuk bermain.
Akibatnya anak menghabiskan waktu untuk ngegame. Anak menarik diri dari lingkungannya sehingga anak tidak punya waktu untuk bersosialiasi dengan lingkungannya. Berjam-jam di depan smartphone untuk ngegame berpengaruh terhadap kesehatan mata. Anak yang kecanduan ngegame mengakibatkan anak malas belajar sehingga prestasi akademik anak menurun.
Meluangkan waktu untuk mendongeng bagi anak akan meningkatkan berpikir kritis anak. Hal ini perlu diasah sejak dini sehingga anak terlatih dalam berargumen dan terlatih dalam bertanya. Ketika proses pembelajaran berlangsung di sekolah kemampuan siswa dalam berargumentasi belumlah maksimal. Siswa terkesan pasif dalam pembelajaran. Menerima begitu saja informasi dari guru.
Ketika siswa diminta untuk menanggapi pendapat temannya, siswa hanya mengatakan pendapat temannya bagu dan tepat tetapi tidak dapat memberikan alas an mengapa pendapat temannya itu bagus.
Peningkatan kemampuan siswa berpikir kritis tidak saja merupakan tugas guru di sekolah tetapi juga merupakan tanggung jawab orang tua. Anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Orang tua hendaknya meluangkan waktu untuk melakukan pendampingan terhadap anak. [T]