10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

I Ketut Suwela, Atlet Atletik 80-an, Berlari Sampai Thailand

JaswantobyJaswanto
September 13, 2023
inPersona
I Ketut Suwela, Atlet Atletik 80-an, Berlari Sampai Thailand

I Ketut Suwela | Foto: Dok. Suwela

“Saya latihan di pantai. Medan berpasir sangat cocok untuk membentuk otot kaki.”

DI BULAN INI, Singaraja sedang panas-panasnya. Rata-rata suhunya mencapai 30 derajat Celcius, nyaris setiap hari. Panas yang dimaksud benar-benar panas yang terasa sampai membakar kulit. Dan di tengah suhu yang panas itu, seorang mantan atlet atletik tahun 80an sedang mengenang masa-masa emasnya dulu.

Di kantor pajak tempatnya bekerja sekarang, lelaki kelahiran Bebetin, 4 Juli 1966 itu duduk dengan tenang di kursi tunggu di teras kantor, nyaris tanpa berkedip. Ia seolah sedang menerawang kembali ingatan masa lampau yang jauh—yang mungkin sudah jarang dikunjunginya.

Sesaat setelah terdiam, akhirnya orang tua itu membuka mulut juga. Seorang yang baru saja datang menyapanya dan dia membalasnya dengan pertanyaan, “Mau ngurus pajak?” Orang itu mengangguk dan tersenyum. Sepertinya mereka saling mengenal. Sementara itu, penjaga keamanan kantor juga sempat menyapanya sebelum tubuhnya benar-benar ditelan pintu kantor.

I Ketut Suwela, namanya, seorang mantan atlet atletik yang sejak kecil sudah memiliki kemampun berlari sangat cepat.

“Saya lahir di Desa Bebetin, lalu merantau ke Singaraja, ikut orang tua. Di Bebetin saya sempat putus sekolah. Tapi saat tinggal di Singaraja, saya sekolah lagi,” ujarnya, mengawali cerita, kepada tatkala.co, Senin (11/9/2023) siang.

Di desa tempat kelahirannya, Desa Bebetin, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, lelaki paruh baya itu mengaku putus sekolah saat masih kelas satu SD. Dan dia kembali sekolah setelah seorang polisi bernama Ketut Katon menyuruhnya. “Akhirnya saya masuk di SDN 4 Kampung Baru sana,” terangnya.

Dulu, bapak dua anak yang akrab dipanggil Suwela ini mengaku hidupnya serba kekurangan. Di Singaraja, bersama kedua orang tua dan kakanya ia tinggal di kos-kosan yang sempit. “Satu kamar berempat,” katanya. Hidup di Kampung Tinggi membuatnya merasa seperti gelandangan kecil ibu kota dalam film-film.

Tapi, nasib orang siapa yang tahu, berkat bakatnya yang luar biasa, pelan-pelan ia bisa mengerek nasibnya dan keluarganya. Benarlah pesan dalam kitab suci, “Sesungguhnya Tuhan tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

I Ketut Suwela (nomor tiga dari kiri) saat menerima penghargaan dari KONI Bueleleng 2023 / Foto: Dok. Suwela

Ya, bakat itu mulai tampak sejak ia duduk di bangku kelas 6 SD. Di usianya yang masih kanak itu, Suwela memulai mengasah bakatnya untuk menjadi seorang atlet atletik. “Saya tidak menyangka bisa menjadi atlet. Pasalnya, hidup kami serba kekurangan dari segi ekonomi,” kenangnya.

Ia mengaku bakatnya tumbuh secara alami. Tanpa latihan khusus, apalagi asupan gizi yang cukup, tentu tidak. Bayangkan, Suwela lahir pada zaman goro-goro, saat orang-orang PKI—atau yang dituduh PKI—dengan membabi buta diadili—untuk tidak mengatakan dibantai—tanpa kesempatan membela diri. Zaman itu Indonesia masih kisruh.

Pada pertengahan 1960an, kondisi politik dan ekonomi di Indonesia berada di dalam bencana. Harga sebutir telur ayam, misalnya, naik 2 kali lipat, yang semula Rp400 menjadi Rp800. Padahal, telur merupakan salah satu asupan wajib bagi seorang atlet. “Telur saja tidak terbeli, apalagi susu,” kata Suwela. Artinya, di zaman itu, sebagai seorang atlet, ia benar-benar hanya mengandalkan bakat dan tekad saja. Bodo amat dengan urusan gizi, dll.

“Setelah saya beberapa kali juara lari 100 meter, saat kelas 6 SD itu, baru saya dilirik seorang pelatih, Pak Suparna, namanya,” ungkapnya. Sejak saat itulah, Suwela mulai serius berlatih dengan menggunakan teknik, tak lagi mengandalkan kecepatan saja.

Selepas tamat SD, Suwela melanjutkan sekolah di SMPN 3 Singaraja. Sekadar informasi, di sekolah yang terletak di Jl. Pulau Kalimantan, Kampung Baru, Singaraja, itu, memang banyak melahirkan atlet di berbagai cabang olahraga, termasuk atlet tinju bernama Gede Rimbawa dan istrinya yang seorang atlet renang. (Tentang sosok Gede Rimbawa bisa dibaca DI SINI.)

“Saya latihan di pantai. Medan berpasir sangat cocok untuk membentuk otot kaki,” ujar Suwela.

Karier Suwela sebagai atlet atletik mulai dilirik setelah beberapa kali menjuarai kejuaraan Pekan Olahraga Seni dan Pelajar (Porsenijar) dan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) di Bali. Ia langganan juara lari 100 dan 200 meter. Atas prestasinya yang gemilang di daerah, pada 1981 ia terpilih sebagai atlet lari yang mewakili Provinsi Bali di PON X yang diselenggarakan di Jakarta. Pada saat itu, Bali berada di peringkat 9 setelah meraih 8 medali emas, 14 perunggu, dan 13 perak, total keseluruhan 35 medali.

Nasib baik seolah sedang berpihak kepadanya. Pada tahun 1984, setelah mengikuti pemusatan latihan nasional (Pelatnas) di Jakarta selama 3 bulan, bersama 3 atlet lainnya ia terbang ke Phuket, Thailand, untuk mewakili negara di kejuaraan atletik tingkat pelajar ASEAN. Waktu itu ia masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Suwela bersama kawan-kawannya berhasil meraih juara tiga untuk cabor lari estafet 4 kali 100. “Lawan terberat saat itu atlet dari Malaysia dan Thailand. Tapi saya bangga bisa bertanding di sana,” katanya.

Tak sampai di situ, pada PON XI tahun 1985 yang juga diselenggarakan di Jakarta, Suwela kembali mewakili Bali—walaupun saat itu ia pulang tanpa medali. Setahun setelah pulang dari Jakarta, pada 1986, seolah menebus kegagalannya di PON, Suwela mendapat medali perak dalam Kejuaraan Atletik Terbuka Sirkuit Jawa-Bali. Dan untuk kejuaraan lari di Bali, Suwela mengaku tak pernah kalah.

“Sampai hari ini, untuk di Bali, rekor kecepatan saya di lari 100 meter belum terpecahkan,” ungkapnya dengan mata yang berbinar-binar.

Atas prestasinya tersebut, setahun setelah Reformasi 1998, Suwela diangkat menjadi PNS dan ditempatkan di beberapa sekolah di Bali, di antaranya di Canggu, Sumberkelampok, dan Lemukih . “Karena saya memang lulusan SGO,” terangnya.

Dan pada momen peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2023, KONI Buleleng memberikan penghargaan kepadanya, Jumat (8/9/2023). Penghargaan tersebut diberikan atas prestasi di dunia atletik pada masa itu.

Kondisi Atletik Buleleng

Saat ditanya mengenai kondisi atletik Buleleng saat ini, Suwela terdiam sejenak sebelum menjawabnya. Ia mengakui, dari segi infrastruktur pendukung kondisinya lebih baik daripada zamannya. Dan menurutnya sudah banyak atlet yang mampu memenuhi gizi secara mandiri. Hanya saja, porsi latihannya belum kontinu, terus-menerus, tidak seperti karate, kempo, atau cabor lainnya yang memiliki jadwal latihan tetap.

Padahal, baginya, Buleleng memiliki banyak bibit atlet yang bisa dibina secara serius. Hal itu terbukti pada ajang Pekan Olahraga dan Seni Pelajar (Porsenijar) Provinsi Bali 2023, cabor atletik Buleleng sukses menjadi penyumbang medali emas terbanyak.

“Jadi, PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) harus segera memikirkan hal ini. Supaya atlet tidak hanya latihan saat mau mengikuti kejuaraan saja. Sedangkan pelatih juga harus diambil yang profesional dan sesuai bidangnya. Kalau atlet lari jarak pendek ya dilatih sama orang yang profesional di bidang tersebut. Begitu juga dengan lari jarak jauh, estafet, lompat tinggi, atau lombat jauh,” jelas Suwela.

Menurut Suwela, atletik itu termasuk olahraga yang murah. Seorang atlet hanya butuh sepatu dan kemauan saja. Namun, untuk urusan kemauan dan kerja keras ini yang kadang menjadi masalah. Suwela sadar betul bahwa kondisi atlet di zamannya dengan hari ini sudah jauh berbeda.

Atlet di zamannya berani berlatih berdarah-darah untuk menjadi juara. Maksudnya, dulu, selain berlatih bersama pelatih, atlet biasa berlatih sendiri. Tapi sekarang, kata Suwela, tak banyak atlet yang punya inisiatif melatih dirinya sendiri.

“Anak-anak sekarang terlihat lebih manja daripada zaman kami dulu. Pelatih sekarang tidak berani keras melatih atlet, tidak seperti dulu. Dan saya akui, anak zaman sekarang godaannya memang lebih banyak daripada zaman saya,” ujarnya, semacam ada kekecewaan sekaligus penyesalan.

Kehadiran orang-orang seperti I Ketut Suwela dapat dibaca sebagai pertanda penting ketika kita membicarakan atletik di Indonesia secara keseluruhan. Kegigihan dan semangatnya dalam berlatih di tengah segala keterbatasan adalah tawaran alternatif untuk mempertahankan eksistensi daerah maupun negara di bidang atletik.[T]

Baca juga artikel terkait TOKOH atau tulisan menarik lainnya JASWANTO

Reporter: Jaswanto
Penulis: Jaswanto
Editor: Made Adnyana

Tags: atletikKONI Bulelengolahraga atletiktokoh
Previous Post

Besaran Pajak Turunan Waris Dari Orang Tua Sebaiknya Dinolkan | Dari Sidang Tiga Ranperda DPRD Buleleng

Next Post

Memberi Ruang Pada Gerak Slow-Tourism di Bali Utara

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Memberi Ruang Pada Gerak Slow-Tourism di Bali Utara

Memberi Ruang Pada Gerak Slow-Tourism di Bali Utara

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co