Kau selalu di hatiku
Terpaut di dalam sukma
Tiada kubimbang tiada kuragu
Akan setia janjimu
DI ERA tahun 1970-an, lagu “Kau Selalu di Hatiku” begitu akrab di telinga para pecinta lagu Indonesia. Hingga kini pun, lagu yang dipopulerkan Ernie Djohan itu, masih sering didengar di radio-radio, kanal youtube atau dinyanyikan orang-orang saat menyanyi karaoke. Namun, tak banyak yang tahu bahwa pencipta lagu itu berasal dari Bali.
Orang-orang hanya tahu, sang pencipta lagu itu bernama Wedhasmara. Begitu yang tercantum dalam kaset-kaset. Padahal, nama lengkapnya I Gusti Putu Gede Wedhasmara, seorang komponis dari Jero Batan Moning, Gerenceng, Denpasar, Bali. Hingga kini, belum ada lagi komponis Bali yang lagu-lagu ciptaannya melegenda secara nasional seperti Wedhasmara. Karena itu, tak keliru menyebut Wedhasmara sebagai maestro.
Mengenang perjalanan proses kreatif sang maestro, Sanggar Melati mempersembahkan pertunjukan Tribute to Maestro I Gusti Putu Gede Wedhasmara dalam ajang Festival Seni Bali Jani (FSBJ) di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Kamis 20 Juli 2023 sore. Pergelaran bertajuk “Kau Selalu di Hatiku” itu disutradarai jurnalis sekaligus pengamat musik, I Made Adnyana.
Pergelaran Tribute to Maestro I Gusti Putu Gede Wedhasmara | Foto: Tim Kreatif FSBJ 2023
Pergelaran dikemas dalam bentuk pementasan lagu-lagu Wedhasmara oleh sejumlah penyanyi Bali, seperti Dewi Pradewi, Ayu Carmen, Agung Wirasutha dan penyanyi remaja Gung Mas Pemayun dengan diiringi band Yayak n Friends. Selain itu, turut tampil juga electronic dance music (EDM) oleh Margarani, film dokumenter garapan Andy Duarsa, dramatisasi lagu Wedhasmara oleh Teater Kini Berseri serta gelar wicara (talkshow) bersama I Made Adnyana dan Ayu Carmen dengan dipandu presenter Galuh Praba. Akademisi Prof. I Nyoman Darma Putra ikut memberikan testimoni melalui rekaman video.
Menurut Darma Putra, Wedhasmara merupakan musisi nasional yang karyanya abadi sampai sekarang. Akan tetapi dalam sejarah perkembangan lagu pop Indonesia, lagunya lebih terkenal dari orangnya. Dia sendiri merasa tidak banyak yang mengenal namanya.
“Belakangan setelah pemerintah memberikan penghargaan, barulah dia dikenal. Ini to pencipta lagu ‘Senja di Batas Kota’. Ini to pengarang lagu ‘Berpisah di St. Carolus’. Ini to pencipta lagu ‘Kau Selalu di Hatiku’,” ujar Darma Putra seraya menambahkan, secara universal, memang penyanyi cenderung lebih dikenal daripada pencipta lagunya.
Lagu-lagu Wedhasmara, menurut Darma Putra, cenderung romantis dan mengangkat tema perpisahan. Namun, perpisahan dimaknai sebagai bagian kebersamaan, bukan tanda kepergian.
Tema perpisahan itu tak hanya tampak dalam lirik lagunya, tapi juga diakui dalam cerita Wedhasmara. Lagu ‘Senja di Batas Kota’ misalnya, diciptakan Wedhasmara karena mendapat inspirasi di Jakarta dia melihat seorang gadis memberikan sapu tangan kepada kekasihnya yang akan pergi ke medan perang.
Begitu juga lagu “Berpisah di St Carolus” bercerita tentang pasien yang sudah sembuh lalu berpisah dengan dokter dan perawat di rumah sakit. Secara fisik mereka berpisah, tapi secara spiritual, psikologis, emosional, tidak. Lagu-lagu itu menyampaikan bahwa meski berpisah, mereka tetap bersatu.
“Syair-syair lagunya powerfull. Satu lagu hanya satu bait atau empat bait. Satu bait tiga atau empat baris. Satu baris tiga atau empat kata. Liriknya luar biasa. Pendek, powerfull, juga meaningfull,” kata Darma Putra.
Menurut I Made Adnyana, pencapaian Wedhasmara tergolong luar biasa. Lagu-lagunya tak hanya menasional tapi juga melegenda karena hingga kini masih dinyanyikan dan tetap bisa dinikmati.
“Meskipun sudah puluhan tahun, lagu-lagu Wedhasmara dinyanyikan kapan pun, tak kalah dengan lagu-lagu sekarang,” kata Adnyana.
Made Adnyana (tengah) pada Pergelaran Tribute to Maestro I Gusti Putu Gede Wedhasmara | Foto: Tim Kreatif FSBJ 2023
Ayu Carmen mengenang Wedhasmara sebagai sosok yang ramah dan rendah hati. Dia pernah bekerja sama dengan Wedhasmara tahun 2009. Saat itu, Ayu Carmen meminta izin untuk menyanyikan lagu Wedhasmara yang berbahasa Bali, “Kaden Saja”. Ternyata, Wedhasmara sangat terbuka dan bisa menerima generasi yang jauh di bawahnya.
Wedhasmara dilahirkan di Denpasar, 10 September 1932. Dia sudah menyukai musik sejak kecil. Setamat SMP di Denpasar, Wedhasmara melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta. Dia sempat tinggal di Jakarta, bekerja di Jawatan Pertanian Jakarta. Dia sempat bergabung beberapa kelompok musik.
Lagu-lagunya dikenal luas tahun1960-an hingga 1970-an. Lagu “Senja di Batas Kota” dan “Kau Selalu di Hatiku” dipopulerkan Ernie Djohan, lagu “Berpisah di St. Carolus” dipopulerkan Retno serta “Bunga Flamboyan” dibawakan Broery Pesolima. Wedhasmara juga menciptakan lagu berbahasa Bali, “Kaden Saja” yang awalnya dinyanyikannya sendiri.
Majalah Rolling Stones Indonesia pada tahun 2014 menobatkan Wedhasmara sebagai 100 pencipta lagu terbaik Indonesia. Wedhasmara menghembuskan nafas terakhir pada 21 April 2017 dalam usia 85 tahun. [T]