MERANGKAI LATRI
Saraswati menari di setiap helai rambut
Saat laut melambaikan ombak mimpi
Puluhan umat melukis doa di atas kening
Tuhan menunggu di atas tugu pantai
Mantra dihembuskan bersama debur nafas
Di ujung jari perlahan menetes sebulir mantra samudra
Menuju warna warni surya
Namun kata-kata masih abu-abu dan mengerutu
Pada terik,
Angin terkembang
Mengusap kelopak pikiran
Membuka lagi gerbang ragu ditaman
Hingga soka merah di teras lesu melayu
Daunnya tak lupa meneduhkan cerita ranting kering
Piduh-piduh merebahkan diri di sudut kebun,
Mebisikkan tanah cerita teratai dewi di kolam sembah
Senja jatuh hati pada riak malam
Dan terurai oleh sorak juga tawa kamboja
Akhirnya gelap tiba,
Bibirmu perlahan bergerak menyapa mataku
Dan bibirku berkeringat madu
Berharap mampu memaniskan percakapan malam
Di kursi mimpi, semoga tangan kita sepakat saling megenggam
Memulai menuai benih rasa
Menumbuhkan daun dan bunga yang bermula di titik tatap
Perahu dan Purnama
(nenek tamblingan bercerita di atas danau)
Aku bertamu pada danau
Purnama datang menagih janji
Kata sudah terucap
Teman sudi menemani
Perahu dikayuh dari gubug
Lantunkanlah kidung cinta
Aku kembali merindukan asmara sepasang mujair
Menari di sela jaring dan alga
Sembari bermain buih air
Aku ikan yang patah hati
Cintaku terbang ke langit
Menjelma kabut dan embun
Tapi terus kukayuh perahu
Menuntun tuhan kecil
Agar abadi mengekal
Sampai doa berbunga
MEMORI CINTA DI LADANG, JULI 2023
Kudapati senyum ini
Telah tersemat lagi
Telah membuka tawa
Telah menengok tubuh sepi
Yang lama berdebu rindu
Suara langit ramah
Tertegun oleh nada angin
Yang termabukkan prasa hidup
Awan melukis bayangan burung gereja
Dan, di bawahnya tuhan-tuhan kecil
merajut senja
Berjanjilah,
Bantu aku memeluk pilu ini,
Agar lenyap ragu segala rasa
Sehingga, mimpiku akan selalu berbunga
Pada nafas perjalanan jiwa
Pada hati setiap kawan
Pada doa setiap sembah
Hingga mengekal di setiap latri dan caka
BLI PUTU
Kau lahir di kawanan Arya
Mereka yang mengabdikan diri pada danau
Dimana air adalah obat dan tanah yang merawat
Aku percaya pada sebuah pagi,
Kau sedang menghirup udara
yang bermain di sela ranting pohon kembang kertas
Kau senang memainkan daun jepun kering
Dan kakek tersadar dari mimpi
karena tawa pagimu bersama capung
Aku tak pernah melihat gerakmu
pada mimpi di atas ranjang kapuk
atau dengkurmu di balik selimut benang wol
Aku tak pernah bisa merasakan digendong punggungmu
menuju tanah tinggi
Aku akan setia mendengar kerlip matamu lagi
pada detik jarum jam ruang tamu
Aku yakin ibu akan menghembuskan lelahmu
pada panas dapur tiap pagi
Aku percaya kakek akan melukiskan senyummu
di wajah keriputnya
Dan, aku tahu kau sedang bersembunyi
di balik tugu sembah, bermain asap dupa
Meraup air suci bersama dewa surya.
Pulanglah hari ini atau nanti
Aku ingin mendengar cerita ayam
dan babi yang telat makan di ladang
Nyanyikanlah lagu burung rangkong
yang patah hati
karena bunga anggrek macan
yang mekar
Setelah itu,
Ayo kita mainkan mimpi malam berawan
di atas tanah perkarangan
Yang basah karena hujan laut utara
Yang kering oleh panas musim cengkeh
Bli Tu, aku tak mau bermain petak umpet lagi
Tak kudengar bisikmu pada sela bingkai doa
Tanganku lelah meraba bayangmu pada dinding hati
Air mata tak sanggup membasuh rindu
Tapi kau masih belum datang
Bersama kenangan
Untuk melanjutkan rasa dan cinta
PUTRI, 1992
Senyum ayah tergurat di bibirmu
Ranum menguning di taman
Yang menuntun pandang lebah jantan
Menarik kagum kepik merah
Ibu menjelma dirimu
Terasa sejuk pada dongeng pengantar tidur
Tenang, sunyi merebahkan gundah
Dan
Kau adalah jepun putih pagi hari
Penyegar lelah pelayaran mimpi
[][][]