15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Riwayat Jalan Tol: Diam-diam Tapi Mencekik

Teddy Chrisprimanata PutrabyTeddy Chrisprimanata Putra
July 3, 2023
inEsai
Riwayat Jalan Tol: Diam-diam Tapi Mencekik

Ilustrasi Tatkala.co

SAYA INGIN memulai tulisan ini dengan memperkenalkan salah satu istilah yang saya suka dari Seno Gumira Ajidarma dalam buku “Kentut Kosmopolitan” terbitan dari Pabrik Tulisan. Istilahnya yang diperkenalkannya adalah “Homo Jakartensis”.

Apa sih itu Homo Jakartensis? Istilah ini oleh Seno digunakan untuk menggambarkan manusia-manusia yang tinggal di Jakarta, lengkap dengan kehidupannya di kota metropolitan, bahkan disebut-sebut beranjak menjadi kota kosmopolitan.

Tidak hanya sekadar sebutan, Homo Jakartensis juga dapat dikatakan sebagai sebuah identitas yang dilekatkan oleh orang-orang yang tinggal dan berjuang untuk bertahan hidup di Jakarta. Kalau anak kampung sini a.k.a akamsi menyebutnya, Jakarta Keras Boss!

Sebagai orang yang sudah tinggal di Jakarta kurang lebih selama setahun, tentu saya juga bisa disebut sebagai Homo Jakartensis. Memang benar kata akamsi, kalau hidup di Jakarta sangatlah keras. Persaingan selalu ada di setiap ruang dan waktu. Tanpa ada keinginan untuk maju, saya yakin orang-orang yang berada di Jakarta akan tergilas oleh persaingan.

Tapi, selain menyediakan persaingan, Jakarta juga menyediakan pelbagai fasilitas dan kemudahan yang dapat dinikmati oleh seluruh Homo Jakartensis. Misalnya, sisi bisnis (Jakarta adalah pasar yang potensial bagi para pengusaha), lalu sisi informasi (Jakarta adalah pusat dari pelbagai produksi informasi), hingga sisi transportasi (Jakarta adalah salah satu kota dengan alternatif alat transportasi yang beragam).

Dan dalam tulisan ini saya mau membahas salah satu alternatif transportasi yang tidak hanya ada di Jakarta, tetapi juga di daerah lain, yaitu jalan tol.

Jalan Tol Adalah…

Bagi banyak orang, jalan tol adalah alternatif rute dengan tujuan memangkas waktu tempuh antara satu tempat ke tempat lainnya. Dengan kelebihan yang dimiliki, tentu bagi orang-orang yang ingin melalui jalan tol harus membayar sejumlah uang. Dan itu sangatlah wajar. Ada fasilitas, ada harga Boss! Hehe.

Tarif tol pun beragam, tergantung dengan jarak tempuh, strategis atau tidaknya lokasi, hingga perbedaan dari pihak pengelolanya. Hadirnya fasilitas ini tentu di satu sisi dapat memudahkan akses masyarakat untuk mempercepat seseorang dalam mencapai suatu tempat. Tapi di satu sisi, jalan tol pun memberi tekanan bagi para penggunanya, yakni dari sisi tarif tol. Saya punya satu pengalaman yang baru-baru ini saya alami.

Menjelang hari raya Idul Adha, saya dan beberapa kawan Homo Jakartensis meluncur ke Lampung untuk menghadiri upacara pernikahan seorang senior. Alat transportasi yang kami gunakan tentu saja mobil—pilihan yang paling efektif dan efisien. Dan jalan tol adalah sebuah solusi untuk memangkas waktu tempuh, alias memperpendek jarak.

Benar saja, waktu tempuh dari Jakarta ke Pelabuhan Merak yang berada di Cilegon, Banten hanya ditempuh dalam waktu kurang lebih tiga jam—itu pun sudah termasuk makan dan minum di rest area. Selepas meninggalkan Pelabuhan Bakauheni, mobil kami memasuki gerbang tol Bakauheni Selatan.

Sebelum jauh bercerita, saya dan salah satu teman sudah mengecek tarif tol yang akan kami lalui di Lampung, dan juga sudah mengisi kartu e-money kami dengan nominal yang menyesuaikan dengan tarif tol yang tertera di internet.

Tarifnya kurang lebih Rp. 90 ribu. Perjalanan dari gerbang Tol Bakauheni Selatan hingga ke gerbang Tol Metro kurang lebih berjarak 105 km dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam 45 menit. Singkat bukan? Namun yang membikin kami kaget adalah ketika melihat papan informasi yang menginformasikan tarif tol sesuai dengan golongan kendaraannya.

Tarif tol bagi mobil yang masuk ke golongan satu dengan rute awal gerbang Tol Bakauheni Selatan dan berakhir di gerbang Tol Metro ternyata sekitar Rp. 140 ribu. Besarnya tarif tol tersebut tentu memaksa kami untuk kembali mengisi e-money agar bisa keluar dari jalan tol.

Tidak Kuasanya Penguasa Berhadapan dengan Pengusaha

Pengalaman tersebut kemudian saya ceritakan kepada salah seorang teman saya yang memang tinggal di Lampung. Jawabannya juga bikin saya kaget, “Tarif tol di Lampung memang baru-baru ini naik hampir 50%, bahkan itu tanpa pemberitahuan.” Ternyata tidak hanya saya yang kaget, tetapi akamsi pun juga sebelumnya sudah kaget lebih dulu.

Pengalaman ini membuat saya teringat dengan sebuah diskusi di ruang kelas pemikiran politik oleh Prof. Maswadi Rauf yang kala itu sedang membahas tentang Marxisme. Ia menyebutkan sebuah teori, yakni Teori Ekonomi Politik Marx yang berisi tentang hubungan antara pemerintah dengan pengusaha (suprastruktur dengan infrastruktur).

Marx menyebutkan bahwa suprastruktur (negara, pemerintah) sangat ditentukan oleh infrastruktur (industri, pengusaha). Hal tersebut kemudian menciptakan kondisi negara yang memberikan perlindungan kepada pengusaha (kaum kapitalis).

Apabila melihat konteks naiknya tarif tol yang kemudian dikaitkan dengan teori tersebut, maka dapat dikatakan negara dalam kondisi yang tidak berdaya dalam menghadapi pengusaha. Sehingga pengusaha-pengusaha jalan tol, tanpa perlu memberitahu lebih dulu merasa berhak untuk menaikkan tarif tol.

Ketidakberdayaan tersebut tentu bermuara pada tercekiknya kondisi ekonomi rakyat. Pengguna jalan tol dipaksa untuk membayar lebih mahal dari biasanya, dengan fasilitas yang bisa dikatakan, sama—bahkan di beberapa titik jalan tol mengalami kerusakan yang dapat membahayakan pengendara.

Naiknya tarif tol juga memberi pengaruh pada harga komoditas. Hal ini dikarenakan distribusi komoditas adalah salah satu aspek dari ongkos produksi yang harus dihitung. Jika tarif tol naik, maka secara otomatis harga komoditas di pasaran juga akan naik. Naa, melihat situasi itu kira-kira siapa yang akan menjadi korbannya? Tentu saja rakyat kecil.

Sebagai Homo Jakartensis newbe, saya menyadari meski fasilitas yang disediakan negara tidak semua rakyatnya dapat menikmati, tetapi dampak dari kebijakan fasilitas tersebut bahkan bisa dirasakan oleh lelaki tua yang sedang sibuk menyemprotkan pestisida di lahan pertaniannya. Kira-kira kalian punya pengalaman serupa?[T]

Kosmopolitanisme Bali di Persimpangan Jalan | Konflik Dresta-Non Dresta
Di Jakarta, Teruslah Membaca
Memilih Jakarta, Kedua Kalinya
Kwitangologi Vol. 9: Ruang Diskusi Pertama Saya di Jakarta
Tags: DKI JakartaJakartajalan tolkekuasaanPolitik
Previous Post

Lakon Alengka Brastha: Saat Hanoman Membakar Alengka

Next Post

Generasi Janger Anak-anak dari Banjar Mukti Singapadu

Teddy Chrisprimanata Putra

Teddy Chrisprimanata Putra

Lulusan Teknik Mesin Unud, tapi lebih memiliki minat ke dunia literasi juga organisasi. “Sublimasi Rasa” adalah karya pertama untuk melanjutkan karya-karya selanjutnya.

Next Post
Generasi Janger Anak-anak dari Banjar Mukti Singapadu 

Generasi Janger Anak-anak dari Banjar Mukti Singapadu

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co