SELALU ADA HAL yang menarik dan menggungah untuk dikabarkan dari desa. Ini kisah tentang Made Sastrawan dari Desa Penuktukan, Kecamatan Tejakula, Buleleng.
Meski namanya Sastrawan, ia bukan sastrawan. Ia adalah teknisi kelistrikan yang beroperasi di desa. Sebut saja, tukang listrik.
Saya sudah sempat beberapa kali berjumpa dan bertegur sapa dengan tapi saya belum sempat ngobrol lebih banyak dengannya.
Akhirnya, pada suatu hari yang cerah, di akhir bulan Juni 2023, saya berkesempatan ngobrol untuk mendengarkan cerita dari pria yang berusia 39 tahun ini.
Ia adalah orang yang mengambil pekerjaan sebagai spesialis instalasi kelistrikan di kawasan desa-desa di Kecamatan Tejakula hingga ke wilayah Kubu, Karangasem. Pekerjaan tentu bukan istimewa, tapi saya menganggap Made Sastrawan ini adalah orang yang istimewa.
Setelah menempuh pendidikan SMA, Sastrawan kuliah pada Diploma 3 Teknik Elektro di salah satu universitas negeri di Singaraja pada tahun 2006. Menimba ilmu dalam bidang elektro akhienya menjadi bekal bagi Sastrawan untuk hidup masa depannya.
Ia membuka peluang dalam dunia kelistrikan di desa-desa di wilayah Buleleng bagian timur, sebuah peluang tak banyak dilirik orang.
Ia mulai dikenal oleh warga di sekitar rumahnya sebagai teknisi listrik yang andal, Di desanya di Penuktukan, bahkan sampai keluar desa, ia bergerak setiap hari memperbaiki segala sesuatu yang berhubungan dengan instalasi dan kelistrikan.
Awalnya Made Sastrawan menekuni usaha kayu. Namun kini sepertinya ia sudah mantap untuk tetap menjadi teknisi listrik. “Dalam berusaha memang biasa mengalami pasang surut. Sudah biasa seperti arus AC dan DC,” katanya.
Made Sastrawan sedang bekerja | Foto: Don Rare
Menariknya, Made Sastrawan kini fokus menekuni profesi sebagai pemborong instalasi kelistrikan di beberapa villa dan rumah di kawasan Tejakula sampai Kubu, Karangasem. Pekerjaan ini kini menjadi keasyikan tersendiri setelah gagalan dalam membuka usaha sebagai penjual kayu.
Made Sastrawan pernah bercita-cita menjadi TNI, namun ia gagal dalam seleksi masuk menjadi calon TNI di tahun 2002. Namun kegagalan itu tidak membuat semangatnya meredup.
“Hidup harus diusahakan untuk terus hidup sebelum meredup dan mati seperti siklus lampu,” imbuhnya.
Kini hampir sepuluh tahun Made Sastrawan berkecimpung di bidang kelistrikan di seputaran Kecamatan Tejakula dan Kubu, Karangasem. Dan sampai hari ini ada sekurang-kurangnya 5 villa yang hidup-mati listriknya ia tangani dengan rutin.
Selain itu, Made Sastrawan juga melayani banyak sekali permintaan panggilan untuk ke rumah-rumah penduduk dan bahkan sampai tidak membuka sempat membuka bengkel di rumahnya. Tetapi tetap saja masih bangak ada warga yabg membawa barabg-barang elektronik seperti kipas angin, kompor dan lain-lain.
Di tengah banyaknya pembangunan hotel, villa, home stay, dan pembangunan akomodai pariwsiata lainyya di wilayah Buleleng bagian timur, tampaknya tidak diimbangi dengan banyaknya orang yang mempunyai skill di bidang teknik elektro.
Biasanya pembangunan itu akan dibarengi dengan banyaknya orang bercita-cita menjadi pekerja pariwisata, pegawai hotel, villa dan lain-lain. Padahal kalau AC mati mendadak, air macet, semua staff dan manager hotrl akan kalang kabut.
Tapi ngomong-ngomong, berapa penghasilan Made Sastrawan sebagai teknisi listrik?
Penghasilan bersih rata-rata per bulan Rp 5 juta. Ini bisa disebut setara dengan gaji kepala sekolah, mungkin juga kepala dinas.
“Peluang bisa ada dan diciptakan di mana saja,” kata Made Sastrawan.
Tetapi Made Sastrawan sepertinya tidak memiliki banyak pesaing karena hingga kini tak banyak yang berminat mengembangkan diri sebagai teknisi kelistrikan di desa-desa.
Sesekali ia mengajak sejumlah orang untuk bekerja, namun tidak banyak yang mengikuti jejaknya.
“Semua melihat cahaya di kota bukan di desa. Tetap semangat dan tetap menyala,” kata Made Sastrawan. [T]