SEKS MERUPAKAN salah satu relaksasi dalam hubungan yang sah dan bahkan dianjurkan oleh tenaga medis untuk dilakukan teratur minimal 2-3 kali seminggu.
Seks menjadi kebutuhan bertahan hidup karena esensi dari seks adalah bereproduksi dan menghasilkan keturunan untuk melanjutkan generasi dan histori.
Sejak zaman purbakala maupun zaman manusia prasejarah, bereproduksi adalah sebuah naluri yang kata Charles Darwin sebagai bagian untuk beradaptasi. Adaptasi dari ketidakkekalan manusia.
Karena seks bukan hanya sekadar hubungan badan, maka tidak sedikit orang yang bertanya bagaimana gaya bercinta/sex yang terbaik? Dalam berbagai buku, mulai dari Kamasutra sampai buku ilmiah maupun penelitian, tidak gamblang disebutkan tentang gaya mana yang terbaik.
Yang ada adalah, jika seks/bercinta didasari rasa suka sama suka, maka itu akan meningkatkan hormon endorphine yang bermanfaat untuk kesehatan manusia. Bahkan, sekitar 90 kalori terbakar per jam untuk berat badan sekitar 59 kg dengan melakukan sex.
Manfaat hormon endorphine ini sudah banyak diteliti oleh para pakar. Dan hasilnya, hormon itu sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia, seperti meningkatkan metabolisme, meningkatkan kebahagian, menurunkan kecemasan, meningkatkan kualitas relasi dengan pasangan, bahkan meningkatkan konsentrasi manusia itu sendiri.
Penelitian menunjukkan, laki-laki yang ejakulasi sebanyak 5 kali per minggu, risiko mengalami kanker prostat menurun 1/3-nya. Serta risiko serangan jantung dan stroke menurun sebesar 50% pada pria yang melakukan hubungan seks setidaknya 3 kali seminggu. Dosis sex masing-masing orang berbeda-beda, namun yang pasti, kebutuhan akan sex sangat dianjurkan. Syaratnya, nikah dulu!
***
Mengenai berbagai fantasi seks menjadi sesuatu yang menarik dibahas—walaupun beberapa orang menganggap itu tabu untuk dibicarakan. Namun, penelitian menunjukkan, jujur tentang fantasi sex kepada pasangan yang sah tidak hanya meningkatkan kepuasan, namun juga meningkatkan kepercayaan.
Ada yang suka gaya A dan pasangannya pakai pakaian khusus adalah sesuatu yang bagus dibicarakan. Menjadi tabu jika saling diam dan pada akhirnya menimbulkan rasa tidak nyaman satu sama lain.
Yang agak bermasalah adalah fantasi sex dengan pasangan yang tidak sah. Nah, ini perlu dibicarakan baik-baik dengan hati nurani sendiri, para psikolog atau ahli lainnya, agar tidak menimbulkan keretakan dalam hubungan yang tampaknya menjadi sebuah idaman bagi kaum belum berpasangan.
Tapi nyatanya gelora fantasi sex memang sulit untuk dicegah. Data dari The National Campaign to Prevent Teen Pregnancy United States menunjukkan, satu dari lima remaja telah melakukan hubungan sex sebelum usia 15 tahun. Fantastis, bukan.
Padahal, di usia seperti ini sangat rawan terjadi kehamilan dan muncullah permasalahan sosial yang akan datang selanjutnya—karena potensial menikah akan mereka hadapi serta kebutuhan ekonomi menjadi salah satu biang kerok percekcokan yang ada dalam rumah tangga.
Ketidaksiapan mental dan ekonomi ini perlu kita selaraskan agar perilaku seksual menjadi aman dan mencegah permasalahan sosial ke depannya. Salah satunya adalah dengan cara mendorong terus pengetahuan remaja mengenai perilaku seksual hingga pencegahan penularan infeksius seksual.
Sebab, berdasarkan penelitian di 12 kota besar di Indonesia tahun 2002, pengetahuan tentang seksualitas pada remaja ternyata hanya 6.11%.
Informasi yang begitu banyak dan bebas menuntun kita untuk mempersiapkan tameng—yang paling penting yaitu sex education. Tanggung jawab ini bukan hanya diemban nakes saja, tapi juga dari semua elemen, baik guru, orang tua, atau lingkungan sekitar.
Stay healthy, sex adalah kebutuhan yang sah dengan pasangan sah. Stop menikah terlalu dini, hindari perilaku seksual bebas dan tidak aman.[T]