SINGARAJA | TATKALA.CO — Ratusan mahasiswa STAHN Mpu Kuturan Singaraja beramai-ramai mendatangi Hotel Banyualit, Kalibukbuk, pada Jumat (16/6/2023) dengan wajah sumringah. Mereka tampak bahagia sebab hendak diwisuda—sudah resmi lulus dan mendapat gelar yang selama ini diperjuangkan.
Prosesi wisuda yang mengusung tema “Flame of Padmakara”—yang berarti Nyala Cahaya ke Segala Penjuru ini—meluluskan 175 mahasiswa. Rinciannya, jurusan Dharma Acarya mewisuda 81 mahasiswa dan jurusan Dharma Duta meluluskan 46 mahasiswa.
Sedangkan, jurusan Brahma Widya berhasil meluluskan 8 mahasiswa, sementara jurusan Dharma Sastra 12 mahasiswa yang diwisuda, dan program pascasarjana, 28 mahasiswa menerima gelar mereka sebagai pengakuan atas keunggulan akademik mereka.
Wisuda ke VI ini dihadiri langsung oleh Dirjen Bimas Hindu Kemenag RI, Prof. Dr. Drs. Nengah Duija, M.Si. Sedangkan dari PJ Bupati Buleleng diwakili oleh Asisten I Setda Buleleng, Putu Karuna, S.H.
Dalam kesempatan itu, Ketua STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Dr. I Gede Suwindia, M.A, memaparkan, selama tahun 2023, pembangunan infrastruktur terus dilakukan. Bahkan, pembangunan gedung perkuliahan jurusan Brahmawidya dan Dharma Sastra sudah tuntas dilakukan.
“Kemarin kami sudah menuntaskan pembangunan gedung perkuliahan dan sudah diserahterimakan hasilnya. Secara akademik, kami juga sedang mempersiapakan akreditasi dua prodi, yaitu PGSD dan Pendidikan Agama Hindu,” terang Suwindia.
Selain meningkatkan pembangunan infrastruktur, Suwindia menyebut STAHN terus berbenah di bidang pengembangan SDM dan tata Kelola akademik. Pihaknya pun mengajak umat Hindu di Nusantara mempercayakan putra putrinya untuk kuliah di STHAN Mpu Kuturan.
“Kami atas nama lembaga mengucapkan selamat kepada seluruh wisudawan dan wisudawati yang sudah menuntaskan masa studinya. Kami berpesan agar alumni senantiasa menjaga nama almamater di mana pun berada. Untuk memastikan para alumni bekerja di mana, kami rutin melakukan tracer study untuk mengetahui seberapa lama masa tunggu mereka mendapat pekerjaan,” paparnya.
Sementara itu, Dirjen Bimas Hindu, Nengah Duija, menjelaskan STAHN Mpu Kuturan terus mengalami peningkatan baik pembangunan fisik maupun secara akademik. Bahkan, para lulusan yang dicetak memiliki peluang yang lebar dalam meniti karier.
Ia mencontohkan, kebutuhan akan guru Pendidikan Agama Hindu maupun guru umum semakin tinggi, sehingga diyakini memiliki masa depan yang cerah. Pasalnya, kebutuhan akan tenaga pendidik terus berkembang seiring menyukseskan program pemerintah untuk Indonesia Emas 2045 mendatang.
Disinggung terkait dengan progres pembangunan, Duija menyebut jika usulan peningkatan status dari Sekolah Tinggi menuju Insitut sudah sampai di MenPAN RB. “Dan itu adalah peluang besar, mudah-mudahan tahun ini bisa selesai dan keluar,” harapnya.
Penghargaan kepada tiga tokoh
Menariknya, pada momen wisuda ini, STAHN Mpu Kuturan juga memberikan award kepada tiga tokoh yang berjasa, baik dalam bidang Pendidikan, Wariga dan pengembangan Bahasa Bali. Penghargaan diterima langsung oleh keluarganya.
Tokoh pertama yang diberikan penghargaan adalah almarhum Prof. Drs. Ketut Rindjin—tokoh perintis pendidikan di Bali Utara).
Prof, Drs. Ketut Rindjin dikenal sebagai pendidik kelahiran Sembiran, Kecamatan Tejakula, pada tanggal 15 Januari 1940 silam. Beliau dikenal sebagai tokoh pendidikan dengan dedikasi dan pemikirannya yang luar biasa—ia menjadi tokoh perintis pendidikan di Bali Utara.
Kedua, STAH Mpu Kuturan juga memberikan penghargaan kepada almarhum I Nengah Tinggen, tokoh perintis pengembangan Bahasa Bali. I Nengah Tinggen—tokoh sederhana kelahiran Desa Bubunan Seririt Tahun 1931 itu—tidak hanya seorang veteran yang berjasa, tetapi juga seorang pengajar dan penyusun buku-buku agama, bahasa Bali, serta obat-obatan tradisional.
Tercatat lebih dari 50 karya telah tercipta dari tangannya—dan kini dinikmati oleh seluruh warga Bali. Pengabdiannya yang luar biasa terhadap negara, agama, dan budaya Bali telah menginspirasi banyak orang hingga kini.
Penerima award selanjutnya adalah I Gede Marayana, sebagai tokoh Kalender Bali. Ia menjadi penyusun kalender Saka Bali dan menciptakan penanggalan (Pangelantaka) untuk 100 tahun ke depan.
Karyanya, pengelantaka, telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia tahun 2019. Ia juga menerima penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama Provinsi Bali atas dedikasinya dalam pelestarian Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali.[T][Jas/Adv]