BARANGKALI
Barangkali kau selalu coba memahamiku
Dengan sisa nafas di ragamu
Dengan karat masa silam yang mengendap di sekujur tubuh
Barangkali kau selalu coba yang terbaik
Di tengah renta tubuh
Sisa-sisa peperangan masa lalu
Cinta sebatangkara
Dendam terperam
Yang menjadikan perjalanan kusam
Barangkali kau selalu coba yang mampu kau berikan
Menyalakan pelita
Di tengah luka jelata
Barangkali kau sudah melakukan semuanya
Dengan jujur dan adil
Tak pernah gegabah selalu tabah
Dalam pertarungan tiada henti
Dalam perjuangan tak bertepi
Semesta memberkatimu dengan kesunyian yang purbani
Dengan kesabaran yang mumpuni
Barangkali kau tak pernah tahu
Padamu, cemburuku memburu
Barangkali kau juga tak pernah tahu
Aku selalu mengenang senyummu saat gelisah bertamu
Darinya aku menghidu hangat dan pesona ketabahan
Yang coba kutulis di gulungan waktu
Tegaljaya, Maret 2023
EPISODE SENJA
Senja semakin dekat
Bocah-bocah meraih matahari
Mereka menggapai langit
Langit lembayung merona
Seperti blush on di pipi
Seorang tengah baya meributkan masa depan
Melipat masa lalu di keningnya
Bait-bait sonata mengalun
Berbagai majas menghiasi
Musim panas jadi tak terlalu mencekik
Di tengah waktu yang mulai menukik
Ke ujung senja
Dua tiga teguk kopi melarutkan beban di dada
Menyamarkan gemuruh di kepala
Gerimis datang membawa rindu bertamu
Bunga-bunga kantil bermekaran dan berjatuhan
Mengalamatkan suka dan duka yang silih berganti
Menggauli hening, kita tersadar telah melewati musim-musim
Dengan memasang geligi rapih yang tahan cuaca
Meski tak jarang amarah dan air mata
menciptakan tragedi dan asing yang entah
Teuba, Maret 2023
LUNAS
Di tubuhku kau menggambar cuaca
Garis tipis garis tebal, lurus lengkung
Cinta yang jelita
Cemburu memburu
Pilu yang kelu
Benci yang lindap
Sangsi yang mangsi
Lalu kau ucap terimakasih
Pada mata penuh pinta
Pada telaga yang dahaga
Pada jemari yang menari
Lalu kau ucap maaf atas kehilangan-kehilangan
Atas malam-malam sepi tanpa kecup
Atas rengekan kanak-kanak yang menggelegar
Di tengah malam
Di seluas tubuhku kau bangun seribu candi dengan
Seribu keadaan
Api di tubuhku berkobar,
Lalu hujan turun, demikian saling mengganti
Gemuruh luruh
Lalu hatiku berkata”, Sudah Lunas, sudah lunas.”
Teuba, April 2023
SALAH ALAMAT
Telah kita ciptakan jalan sendiri
Dari angan yang tak pernah mati
Berlembar-lembar senja telah tandas
Dengan catatan yang penuh
Seperti perut kita yang penuh angin
Lalu merindukan lembar pagi yang lain
Kita tak sempat menghitung berapa yojana telah kita tempuh
Barangkali kita belum maju, hanya waktu yang memimpin di depan
Mengukir kerut di dahi dan menciptakan warna putih di mahkota kita
Luka-luka baru kita ciptakan dari aroma tengkar
Irama baru kita ciptakan dari puluhan peristiwa
Dan langit menyaksikan dengan tabah
Segala jalan mabuk dan kegilaan yang hakiki
Petualang jalang seperti kita layak terus tertawa
Mengalamatkan segala ceracau dengan benar
Melampaui musim-musim
Kecuali kita salah alamat
Tuka, April 2023
MASA LALU, RUMAH INGATAN
Lihatlah di jendela kaca
Wajah-wajah berjejer rapi
Mereka tertawa lalu menangis lalu teriak
Kau menoleh ke masa lalu
Wajah-wajah semakin jelas. Kau teguk kopi dengan tergesa
Takut hangatnya hilang seperti kau takut akan kehilangan ingatan
Akan masa lalu
Lalu kau memanggil wajah itu satu persatu
Mereka kau panggil, bapak, mereka kau panggil anak
Lalu kau marah, lalu kau cemas
Lalu kau meracau, lalu hari berganti
Terang gelap
Detak jam berjalan, pil-pil pahit telah kau telan dengan tabah
Siapa yang mengatur siang malam ? siapa yang mengatur menu masakan ?
Tak kau kenali rupa hari ini, kau hanya paham pertarungan
Tak berani mengingkari titah
Ya sudahlah. Semua mesti berjalan
Apakah titah ini kutuk ?
Kau lihat wajah-wajah berjejer rapi. Mereka kau panggil bapak
Mereka kau panggil anak
Lalu kau menangis merayakan sakit
Merayakan rahasia yang digenggamNya
Tegaljaya, April 2023
GERIMIS BELUM USAI
Gerimis belum usai saat kau tiba
Membawa senampan hati
Secawan rindu yang tak sempurna
Di tubuhku kauselipkan
Doa-doa, leleh keringat
Di hitam rambutku tak lagi tersisa sajak sajak
Yang dulu tumbuh subur merambat selebat galing galing
Hanya asing mengular
Sepi menjalar
Gerimis belum usai
Saat kau tiba mempersembahkan bulan merah darah
Di lipatan bibirku kau sesatkan rayuan tak berujung
Seperti malam malam tanpa tepi
Gerimis belum usai
Saat nasihat menyelinap
Diam diam mengentaskan gulana
Dari gigil terlupa
Mungkinkah gerimis membaca impian
Yang terlanjur gegas berlari meninggalkanku
Yang kini menjelma bayang
Seperti genang kenang yang tak
Pernah pulang
Tuka, Maret 2023
ANJINGKU MENCARI JALAN PULANG
Hari keempat minggu pertama
Di bulan juli
Ia berjalan menyusuri petang
Menuju tempat rahasia
Petang itu
Ia melukis ribuan jejak yang dicatat angin
Ia tulis ribuan kesakitan di musim musim pedih
Kaki yang tak lagi sigap, mata tak lagi awas
Tubuh rentanya, luka-luka yang ingin dituntaskannya
Kali ini
Betapa banyak kelokan yang ia tempuh
Untuk menemukan jalan pulang
Berkalikali nyeri dan sepi menusuk tanpa ampun
Menyusuri lekuk tubuh malam
Menuntaskan segala darma karma segala denyar
Di lanskap yang kini hambar hampa
Kau kini jauh menempuh angin
Meniti tangga langit
Aku hanya bisa berkawan kenangan
Sejenak kuhentikan langkah,
Berharap menemukanmu kembali
Di sudut rumah ini
Tuka, Juli 2022