2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pengalaman Ngayah Rasa Liburan | Catatan Pengabdian Masyarakat di Nusa Penida

Dyah Sri Khrisna AryantinibyDyah Sri Khrisna Aryantini
April 26, 2023
inTualang
Pengalaman Ngayah Rasa Liburan | Catatan Pengabdian Masyarakat di Nusa Penida

Para penari di Pura Dalem Bias Muntig | Dok. Penulis

PELUH MENETES di wajah saya. 20 Juni 2022, malam itu, sedang berlangsung piodalan wayonan di Pura Dalem Desa Adat Sangket dan aku, sebagai teruni pesaren, melaksanakan kegiatan ngayah di pura.

Sibuk! Ya, memang kata itu yang paling tepat karena saat itu kondisinya super hectic. Dari pagi memasang wastra pelinggih di pura, lanjut merias penari Rejang Dewa yang akan ngayah di pura juga, terakhir ngayah teruni pesaren. Bisa dibayangkan sibuknya bagimana?

Dering telepon berbunyi, setelah kuangkat terdengar suara dari seberang telepon. “Dyah, lusa kamu bisa nggak ikut pengabdian kampus ke Nusa Penida bersama Pak Ardi dan Pak Abdhi?”  kata temanku yang bernama Jhojon di seberang sana. “Bisa, pasti bisa. Lumayan dapet pengalaman ke Nusa Penida!” lanjutnya.

Benar. Tanpa berpikir panjang aku langsung menjawab dan mengiyakan ajakan dari temanku itu. Karena jika dipikir, benar juga katanya, jika kami ikut, tentu akan mendapatkan pengalaman yang orang lain belum tentu mendapatkannya—dan Nusa Penida memang salah satu tempat yang ada di wishlistku.

Di tengah sibuk ngayah, telponku berdering lagi, “Nanti kita di sana akan ngayah, Dyah dan Jhojon nanti make up-in adik-adik penari di sana. Sebelum berangkat nanti kumpul di kampus ya, Dyah,” kali ini suara Pak Ardi yang terdengar.

Waktu terasa cepat. Saatnya kami berangkat ke Nusa Penida. Waktu itu, yang ikut berangkat ke sana ada 4 orang: aku, Jhojon, Pak Ardi, dan Pak Abdhi. Fyi, Pak Ardi dan Pak Abdhi itu dosen di kampusku—mereka berdua memang aktif dalam berkesenian.

Kami berangkat dari kampus menuju Karangasem—kami harus menjemput Pak Abdhi yang sedang di kampungnya sebelum ke pelabuhan.

Setelah menjemput Pak Abdhi, kami melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Kusamba, Klungkung. Sesampainya di sana, kami berjalan dari parkiran ke loket, dan harus menunggu kapal sekitar 1-1/2 jam. Tak apa, toh kami juga sambil menunggu teman Pak Ardi yang bernama Pak Made itu (Pak Made yang mengajak kami untuk ngayah dan juga menjadi tuan rumah di sana).

Tak lama menunggu, Pak Made dan keluarga sudah datang dan kapal juga sudah siap. Adegan selanjutnya, yup, kami naik kapal dan berangkat ke Nusa Penida. Gas!

***

Aku sangat menikmati sepanjang perjalanan menuju Nusa Penida—walau ada beberap hal yang membuatku was-was. Ya! Aku baru tahu, jika duduk di bagian depan kapal itu ombak akan terasa sangat keras. Memang, saat itu aku dan Jhojon duduk di bagian depan. Huft! Bisa dibayangkan bagaimana rasanya… hemm… kami hanya bisa berdoa agar cepat sampai dan selamat sampai tujuan.

30 menit perjalanan, setengah jam, dengan dada agak berdebar, akhirnya sampai di Pelabuhan Buyuk, Nusa Penida. Kami bergegas untuk turun dan mengambil barang bawaan, lalu berjalan mencari mobil bemo yang akan mengantar kami ke tempat tujuan.

(Aku kasih tahu, bemo di sana adalah mobil pick up hasil modifikasi dengan atap yang terbuat dari terpal dan tempat duduk yang dirancang sedemikian rupa.)

Pintu gerbang Pelabuhan Buyuk, Nusa Penida / Dok. Penulis

Dan setelah kami mendapat bemo, aku tercengang saat mengetahui kondisi lalu lintas di Nusa Penida sangatlah kacau. Ya! Di sana ramai sekali. Orang-orang keluar-masuk pelabuhan, turis yang berwisata, dan mereka yang hanya sekadar lewat, semua tidak ada yang mau mengalah, tidak sedikit insiden kecelakaan lalu lintas terjadi di sana.

“Kalau di sini salah ambil jalur sedikt saja, akan susah putar balik. Bisa jadi kita harus berjalan jauh dulu baru bisa berputar. Itu karena kurang tertibnya pengendara sepeda motor,” ujar Pak Made, saat kami terheran melihat situasi saat itu.

Dari pelabuhan menuju lokasi rumah Pak Made itu sekitar 30 menit. Menuju rumah Pak Made banyak kami jumpai villa, restoran, dan bar di sepanjang jalan. Tak sedikit juga kami jumpai tempat-tempat yang sudah ditutup karena wabah virus covid-19 kemarin.

Sampai di rumah Pak Made kami tidak langsung diajak turun, karena nanti kami akan diajak beristirahat di villa milik Pak Made. Ha? Yang benar saja, pengabdian nginep di villa? Wah, aku dan Jhojon terlihat sumringah mendengar hal itu. Dan benar, kami langsung menuju villa tempat beristirahat kami nanti.

Nama villanya Bukit Keker Cottage, terletak di Banjar Nyuh, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida.

Villa Bukit Keker Cottage / Dok. Penulis

Perjalanan menuju villa tidak begitu jauh, tetapi kami harus melewati kebun-kebun warga yang lumayan jauh dari permukiman warga, jadi sepi. Jalannya seperti naik ke bukit, ya tempatnya memang di bukit.

Di villa kami disarankan Pak Made untuk bersih-bersih dan istirahat terlebih dahulu, karena waktu sudah menjelang malam dan kami lelah setelah menempuh perjalanan jauh. Tapi, setelah selesai bersih-bersih, aku tidak langsung istirahat, aku sembahyang terlebih dulu di padmasana yang ada di villa dan menghaturkan canang di pelinggih-pelinggih yang ada di villa.

***

Malam telah tiba, kami berempat—Jhojon, Pak Ardi, dan Pak Abdhi—makan malam bersama di villa. Walau hanya dengan nasi bungkus, itu sudah terasa nikmat—karena dimakan bersama-sama.

Pukul 8 malam terasa sudah sangat sepi, tetapi kami belum ada yang beranjak untuk tidur. Aku dan Jhojon merasa gabut, bagaimana tidak, biasanya, sampai pukul 11 malam, kami masih keluyuran, sedangkan waktu itu, jam 8 sudah harus terdiam di villa. Eittss, maksudnya bukan keluyuran sembarangan ya, kami memang sering latihan atau mendapatkan job menari yang selesainya jam segitu. Mohon dijaga pikirannya. Hehe

Akhirnya, karena gabutnya sudah sampai ke ubun-ubun, kami berdua meminta izin kepada Pak Ardi dan Pak Abdhi untuk ke mini market sebentar, sembari melihat suasana Banjar Nyuh di malam hari.

Kami izinkan, dan langsung berangkat turun dengan mengendarai motor yang sudah disediakan di villa. Dengan melewati kebun-kebun warga di malam hari, rasa semangat untuk turun pun berubah menjadi ketakutan semata.

“Jhon, aku mau tutup mata ya, takuttt!” kataku kepada Jhojon

“Aku juga sedikit takut dan merasa aneh,” jawabnya, sembari tetap mengendarai motor dengan kecepatan lumayan laju.

Lega. Kami sampai di bawah, di kawasan yang ramai akan turisnya. Wah, sungguh ramai, sampai dapat kuperhatikan sepanjang restoran dan bar pasti ada saja pengunjungnya, entah itu turis maupun warga lokal. Kami memutuskan untuk fokus ke tujuan awal, mini market.

Setelah belanja, kami berdua memutuskan untuk nongki tipis-tipis di depan mini market, yang memang sudah disediakan kursi di sana. Tentu tak lupa sambil membuat postingan cerita di media sosial agar teman medsos tahu kami sedang di Nusa Penida. Hehe—sombong kami sesederhana itu.

Dan ternyata, setelah membuat postingan cerita, aku baru tahu kalau mini market tempatku nongki ini adalah tempat nongkrong favorit anak-anak muda di Desa Ped. Aku tahu dari teman onlineku hehehe.

Tak lama kami melanjutkan perjalanan, menelusuri sepanjang jalan Banjar Nyuh sambil melihat-lihat stand kuliner yang ada. Di sana ada banyak stand yang menawarkan jajanan yang mungkin tak kalah enak dengan makanan yang ada di restoran dan bar di sana, dan kami tertuju ke stand martabak.

Kami sedikit cemas, takut kedua bapak-bapak yang kami tinggal di villa khawatir atas kepergian kami, dan untuk itu kamii memutuskan untuk balik ke villa, naik lagi dengan rasa takut yang sama dengan waktu berangkat turun tadi. Hemmm… kami memikirkan yang tidak-tidak.

Sampai di villa kami makan martabak bersama dan setelah itu pergi ke kamar masing-masing untuk istirahat, karena agenda esok hari lumayan padat.

***

Setelah ayam berkokok untuk terakhir kalinya, pukul setengah 7 pagi kami sudah siap menuju Pura Dalem Ped dan Pura Dalem Bias Muntig untuk melaksanakan persembahyangan. (Fyi, Pura Dalem Bias Muntig adalah tempat adik-adik nanti ngayah, menari.)

Usai sembahyang kami balik ke villa, siap-siap melaksanakan kegiatan selanjutnya. Pukul 1 siang aku dan Jhon diarahkan ke tempat berias adik-adik, tempatnya tak jauh dari villa, mungkin 100 meter lah. Dan waw, 35 penari, saudara-saudara sekalian. Ya, Anda tak salah membaca dan aku tak salah ketik. Benar, 35 penari dengan 2 orang perias, kami berdua, aku dan Jhon.

Penulis saat foto di Pura Dalem Ped / Dok. Penulis

Usai merias aku dan jhon diberikan waktu untuk bersiap sebelum nanti ikut ke pura. Sedikit terkejut, sampai di pura ternyata pemedek sangat antusias dengan persembahan pada malam itu. Bagaimana tak tertarik, pemetasan malam itu kolaborasi antara 2 kampus yang memang sangat gencar dalam branding—malam itu kampus ISI Denpasar sebagai pengiring tari-tarian adik-adik dan kampus STAHN Mpu Kuturan menampilkan wayangnya.

Pementasan selesai tepat pukul 11 malam, kami balik ke villa beramai-ramai sembari bersiap untuk istirahat. “Sebelum tidur, masuk-masukan barang bawaan ke dalam tas ya, karena besok kita berangkat ke pelabuhan pagi-pagi agar tidak kehabisan tiket,” pesan Pak Ardi kepada kami.

Pagi-pagi kami sudah siap berangkat ke pelabuhan dengan mobil pick up bersama teman-teman dari ISI. Dari Pelabuhan Buyuk menuju Pelabuhan Kusamba. Di Pelabuhan Kusamba kami berpisah dengan teman-teman ISI Denpasar dan melanjutkan perjalanan msing-masing.

Perjalanan kali ini sangat berkesan, karena bukan semata tentang pengabdian masyarakat saja, dan bukan tentang ngayah saja, tapi kali ini komplit, pengabdian dapat, ngayah dapat, holiday pun dapat. Pokoknya, bisa dibilang, ini ngayah rasa liburan. Hehe. Rasa lelah tak terasa, semua sudah dibayar oleh keindahan Nusa Penida, kebersamaan, dan kekeluargaan.

Keluar dari pelabuhan kami mencari tempat makan, karena memang dari pagi belum dapat makan, hanya sarapan dengan roti.

Setelah makan kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem, untuk melaksanakan pengabdian masyarakat lagi, dan rombongan kampus sudah sampai di sana. Semoga kembali menyenangkan, pikirku saat itu.[T]

*Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Sedang menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) ditatkala.co.

Pekan Apresiasi Seni, Tari Magrumbungan, dan Pengalamanku sebagai Pembimbing

“Tarian di Antara Hujan” | Catatan Ngayah ISI Denpasar pada Upacara Betara Turun Kabeh di Pura Besakih
Gong Legendaris ISI Denpasar Ngayah pada Upacara Tawur Tabuh Gentuh di Pelataran Pura Besakih
Tags: baliliburanngayahNusa Penidaperjalanan
Previous Post

Muslikhin: Bonsai Bukan Hanya Sekadar Hobi, tapi Juga Terapi

Next Post

Pendekatan untuk Menambah Imun Kesehatan Mental dan Jiwa Kita

Dyah Sri Khrisna Aryantini

Dyah Sri Khrisna Aryantini

Lahir di Singaraja, tahun 2002. Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi di STAH N Mpu Kuturan Singaraja

Next Post
Pendekatan untuk Menambah Imun Kesehatan Mental dan Jiwa Kita

Pendekatan untuk Menambah Imun Kesehatan Mental dan Jiwa Kita

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co