SUQI BLESS, begitulah panggilannya. Nama aslinya Gede Sukiawan. Ia adalah selayaknya warga desa biasa saja, dari Desa Les, Tejakula, Buleleng. Namun, yang luar biasa adalah kengototannya menjalankan hobi bermusik yang dikenalnya sejak 5 tahun.
Sejak lama ia ingin membentuk grup band, tetapi tak bisa-bisa. Kendalanya adalah jumlah personil. Ia tak menemukan teman yang sefrekuansi untuk diajak bermain musik. Untuk itulah Suki melirik genre musik HipHop. Dan ia bias amenciptakan lagu sendiri dan bernyanyi sendiri.
Ia sudah menciptakan sejumlah lagu, mulai lagu Les Village, Root of life, dan Blind. Semuanya diciptakan secara mandiri dan otodidak. Pria berusia 25 tahun ini memilih jalur HipHop karena bisa berkarya sendiri sembari mengurusi usaha yang sedang dirintisnya.
Lirik-lirik lagunya, selaiknya genre HipHop, menyoal seputaran isu sosial. Kemanusian menjadi nafas dari lirik lagunya.
Dalam lagu berjudul Les Village, Suqi Bless menyajikan lirik yang benar-benar menunjukkan kebanggaannya sebagai anak desa. Sebagai anak yang lahir dan hidup di desa. Lagunya menjadi ajang promosi desa lewat lirik dan videonya. Semua Lagu dapat dilihat di channel youtoube SUQI BLESS.
Suki beruntung bertemu Gede Yudi Atmika. Lelaki ini dari Desa Les juga. Ia punya studio musik Honesta Studio Musik di desa Les yang juga suka menyanyi.
Suki dan Gede Yudi Atmika seakat untuk membuat “DS Project”, sebuah project kolaborasi dua warga Desa Les yang memang hobi dan bisa bermain musik bahkan merekam permainan musiknya sendiri.
Di studio milik Yudi Atmika, lagu terbaru dua musisi dengan beda aliran dalam satu visi ini membuat lagu dengan judul “Toleransi”.
Suki menciptakan lirik dengan nuansa Hiphop dan nge-beat, sementara Yudi membuat lirik dan melodi nge-pop. Judul Toleransi sendiri didasari dari banyaknya isu dan persoalan yang seakan-akan berulangkali terjadi di belahan desa, kabupaten dan provinsi di Indonesia.
Ketidakharmonisan dalam perbedaan menjadi perlawanan dari lagu ini. Inspiratif sekaligus kreatif. Lagunya bisa dillihat dan didengarkan di channel youtube D/S project.
Dua musisi Desa Les yang tergabung dalam Les Music Community (LMC) ini pun sepakat untuk menjadikan musik sebagai media penyalur kreatifitas, penyampaian gagasan dan ide, dan penerimaan perbedaan, termasuk perbedaan genre musik.
“LMC sendiri terbentuk pada tahun 2017 dan beranggotakan 25 orang,” kata Yudi Atmika.
Hebatnya dari lirik, mixing sampai pembuatan video klip, semua dilakukan di Honesta studio di Desa Les. Hal ini tentunya kabar baik bahwa bermusik itu bisa mulai dari mana saja tak terkecuali di desa. “Dengan genre apa saja asal berkualitas dan konsisten saja,” tambah Sukiawan.
Project single kedua dari De Yudi dan Suki atau disingkat D/S project ini adalah lagu dalam bahasa bali berjudul “Jemet Mekuli”. Nantikan saja dan banyak cara untuk menjadi apa saja asal tetap membumi.
Di tengah konten-konten hari ini yang miskin nilai, Sukiawan dan Yudi menyampaikan pesan bahwa Toleransi adalah mutlak dimiliki oleh semua dari kita. Ini suara dari desa lewat nada-nada. Nah, bagaimana pendapat Bapak dan Ibu yang punya kuasa? [T]
Suki dan Yudi bersama penulis