BUAH PERCAKAPAN
“Apa yang membuat sesuatu
tampak indah atau buruk?”
tanyamu pada sebuah jalan.
Arah keluar
Arah masuk
Rasa cemas akan tersesat.
PADA IBU
Menjelang pesta besar,
Orang-oang mabuk
Senantiasa sibuk
Akan was-was
Kita siapkan tungku sedini mungkin
Di awal pesta pernikahan, di upacara perkawinan
Suka-duka itu, Bu
kita masak dan bumbui. Sedap jadi tawa
Sebab esok, yang kenyang tak boleh hanya perut
Tapi hati kita juga.
INTENSI
Anak-anak menaruh bahagia dan sedih pada peluk, pada peluk
Karena ia lugu,
Peluk:
seperti lapar yang mengenyangkan
rumah yang menenangkan
Esok hari anak-anak menunggu bapak datang, menjemput
mengajak pulang,
Sambil berharap
bapak tanya:
“Besok mau Bapak datang lagi?”
SUJUD-SUJUD PAGI ULIAN
Ulian sepagi ini bunga-bunga ladang mekar
senyum
Bapak di pintu rumah
Adakah yang hendak ia tawar kepada ibu
yang sibuk menata harap ke arah sujud?
Jangan terburu gugup, lalu takut, Pak
Ada sebagian perjalanan hidup
akhir lahirkan awal
Rasa lapang,
Terbuka bagi segala harap
Bagi segala cemas yang datang atau
berpulang.
ANAK-ANAK HARI
Sampai laut,
anak-anak menawar
selembar harap kain tenun
ulatan gelang tangan,
“Untuk bekal,” serunya
Angin mengulum pintanya,
melebar buntalan ucap ke tengah-tengah laut
Lalu matahari berulang datang dan pulang ke arah yang pasti,
Ke tempat misteri
Anak-anak hari,
Jadi harap
setiap nanti
Jadi kelak
penuh mimpi