RUPANYA, ‘berperang’ di Jakarta, tidak seekstrim yang dibayangkan setengah tahun yang lalu lhoo, Ndul. Kesan ekstrim perlahan pudar, setelah bertemu beberapa orang dari berbagai daerah, karakter, dan gaya. Dari mereka banyak kisah dan pengalaman yang bisa didengar dan diambil pelajaran, Ndul.
Salah satu nasehat dari orang yang pernah ditemui, yaitu, teruslah membaca dan belajar, Ndul, mengikuti perkembangan teknologi yang semakin canggih seperti saat ini. Minimal, informasi ter-update yang sedang terjadi, coba diamati dan dianalisa. Beliau, menyampaikan itu, Ndul.
Coba Ndul, tebak, apa yang selanjutnya beliau sarankan? Betul, Ndul, selanjutnya adalah mencari peluang. Tentu dari berbagai informasi yang didapat, akan ada permasalahan yang menarik minat untuk diselesaikan to, Ndul? Nah, dari situ bisa mengambil peran tersebut, sebagai lahan belajar dan pengembangan potensi, Ndul.
Beliau tahu, Ndul, tidak semua peluang, menjadi kapasitas ku untuk menyelesaikan. Tapi, Ndul, beliau memberi saran untuk mengambil yang diminati saja. Minimal dengan minat tersebut, bisa menjadi langkah awal untuk mau belajar membuka peluang.
“Jika minat, ambil dan mainkan. Apa yang tidak bisa? Semua informasi sudah ada, ini eramu, lakukanlah, mainkan!” Kata beliau menegaskan, Ndul. Setidaknya, menurut beliau, di umurku saat ini, try and error sudah menjadi lumrah dilakukan, agar tidak menyesal hari kemudian, minimal pernah mencoba.
Demi menguatkanku, beliau membandingkan di eranya dulu, Ndul. Saat itu, mencari referensi saja, membutuhkan waktu yang lama. Ditambah masih minim infrastruktur pendukung penelitiannya, dan teknologi belum pesat seperti sekarang, Ndul, dirimu pahamlah, bagaimana era itu.
O iya, Ndul, beliau jago lhoo soal teknologi, padahal, umurnya lebih kurang setengah abad. Beliau memaksakan diri untuk beradaptasi dengan era ini lhoo, Ndul, tapi beliau merasa bukan eranya lagi untuk tampil. Beliau butuh penerus untuk mengambil peran dan beliau siap untuk membantu generasi muda untuk tumbuh.
Makanya Ndul, beliau sangat berharap besar, pada generasi muda, untuk mengambil peran di era sekarang, meskipun dalam lingkup terkecil dan terdekat, asalkan sesuai minat. Pada akhirnya, dari proses yang dilakukan secara konsisten, akan ketemu karakter yang pas untuk mengambil peran to?
Tinggal bagaimana beliau, sabar atau tidak membersamai dan merawat ‘tanaman’ yang mulai tumbuh ini. Atau ‘tanaman’ ini yang takut dengan ‘sinar matahari’ dan ‘hama’ yang datang. Bagaimana menurutmu, Ndul? [T]