MENANTI HARI
Detik berganti
seiring waktu bergulir menyemai satu satu harapan
entah mekar
entah luluh lantak
musim ini tak lagi tentang dongeng
yang mengharu biru
ia hanya sederetan cerita tentang penghabisan waktu
menjemput renta
dan usia tergerus pasti
hanya ada geliat sinar
yang diam-diam menukik sudut mata di pagi hari
dan gelimang bintang beringsut
di antara gumpalan awan yang samar
ah, mengapa diriku laksana sejajar dengan rimbunnya pohon gersang
yang meranggas tua?
tiada melahirkan tunas apalagi memekarkan kelopak
pandang mata seperti tak elok menatap satu-satu,
hanya buram tanpa terjemah
terkadang menggelikan memoles raga dengan impian masa kini
sedangkan laju kakiku tak lagi seganas bara
nikmati saja,
mungkin kini atau nanti akan lebih mengerti
Maret 2023, menjelang 53
SEBENTAR LAGI GELAP GULITA
Seperti apa rasanya menimbun kemarau
di antara kerinduan akan hujan?
seperti apa rasanya mendendangkan lagu
di antara suara yang parau?
Adakah rintik itu telah menguap menjadi bayang semu,
yang diam diam pergi bersama sayap para malaikat?
Ada riak tak terangkai kata di sudut mata
ada denyut nadi tak terbaca arah mengaliri pembuluh darah
hingga lupa cara bernapas
bahkan cara memandang isyarat Ilahi
ke mana perginya tangan-tangan
yang bersiap mengangkatmu dari gulita ?
apakah Ia lelah menunggu tanganmu tercakup meyebut-Nya?
sedangkan Ia tetap memberimu tabir yang harus kau jawab
Maret 2023, menjelang Nyepi
TEKA-TEKI
Terkadang wajahmu bersemburat merah
Tiba-tiba kau tercekat
apa yang kau rasa, kawan?
sejauh ini kau kosong dari hiruk pikuk duniawi
juga tak terendus gelimang tahta semu mendongakkan rupa
ini hanya halusinasi
semua yang berawal pasti kan menuju akhir
terkulum lingkaran karma
seperti bulir padi yang luruh meninggalkan benih
seperti debu yang berserakan melahirkan perih
Ketika angan itu tak lagi milikmu,
ia tetap menjadi rahasiamu.
Ada kalanya kehidupan tetaplah teka-teki
Maret 2023