23 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Betapa Pekat Asap di Puncak Semeru | Cerpen Arnata Pakangraras

Arnata PakangrarasbyArnata Pakangraras
March 18, 2023
inCerpen
Betapa Pekat Asap di Puncak Semeru | Cerpen Arnata Pakangraras

Ilustrasi tatkala.co | Wiradinata

SEMAK BELUKAR, perdu-perdu liar hangus. Deretan sengon di seberang sungai Besuk Lanang meranggas. Kulit kayunya lepuh.

Seolah tanpa peringatan, kecuali dentuman keras yang terdengar dua, tiga atau empat kali. Abu panas seturut arah angin, menyebar cepat ke pedusunan di lereng. Teriakan pilu minta tolong terdengar dari segala arah. Beberapa anak sesenggukan, mencari-cari ibunya. Seorang lelaki bercaping kumal menggendong seekor anak kambing. Luka lecet melebar di punggungnya. Orang-orang berwajah gelisah berkerumun di badan jalan. Waktu seperti tak berpihak walau sekadar untuk mengatur napas. Dentuman susulan memaksa mereka kembali berlari, terus berlari, menghindar sejauh mungkin.

***

Bagaskara berdiri kaku. Di hadapannya sebuah rumah kusam tak asing baginya. Ia tahu persis kapan pohon jambu kristal yang kini mengering di halaman samping itu ditanam. Ia ingat betul, ada dua lukisan : bunga mawar dan kucing tiduran, terpajang di dinding ruang tamu. Ia hafal ada lorong kecil yang langsung tembus ke dapur.

Atap genteng tertutup abu tebal, melorot tak beraturan. Jendela setengah terbuka. Pintu depan menganga, bagian bawahnya terkubur beberapa sentimeter. Satu sangkar burung, melompong, tergantung miring di teras. Satunya lagi tergeletak di dekat pintu besi pagar pekarangan. Mengusap dada, ia mundur beberapa langkah. Menarik napas lebih panjang.

Terpisah jarak, ada rindu tumbuh bahkan subur di hatinya. Rindu kokok ayam jantan memecah hening subuh. Merdu alunan azan dari surau tua di perbatasan dusun. Rumput berembun sepanjang pematang. Desau angin di daun padi di mana anak capung pulas berayun-ayun. Rindu menghidu hangat wedang jahe seduhan ibu. Menikmati setiap teguknya. Kue lupis bertabur kelapa parut, bersiram gula merah. Dan, tentu saja, rindu kepada Manika.

Ya, Manika, gadis periang yang tiba-tiba kehilangan senyum ketika Bagaskara pamit, setahun lalu. Matanya sembab, menyadari diri tak punya cukup keberanian untuk menentang apalagi mencegah. Tapi alih-alih mengiyakan, ia justru memilih diam. Menunduk, menyembunyikan setiap tetes air mata. Bagaskara sejatinya tak ingin perpisahan ini terjadi. Minimnya peluang kerja di desa memaksanya untuk mengambil keputusan : merantau.

Melepas peci, dikibaskan dari debu. Bagaskara duduk di bangku kayu panjang.  Merapikan rambut yang dimainkan angin dengan jemari tangan. Melirik ke samping : pohon-pohon pisang bertumbangan di kebun. Pelepah daun koyak. Bertandan-tandan buahnya menghitam. Ia bangkit sebentar lalu duduk kembali. Bangkit lagi, duduk lagi. Dirogohnya kotak mungil dari saku baju. Agak ragu, kotak warna merah itu dibuka akhirnya. Sebuah cincin emas bergrafir simbol dua hati diusap pelan. Ia tersenyum sembari menutup kembali. Kini pandangannya menerawang. Jauh!

***

Memasuki gerbang desa, sepulang dari resepsi pernikahan teman di kota Lumajang, Bagaskara memperlambat laju motornya. Menepi, parkir di depan sebuah warung. Rindangnya pohon waru cukup menaungi dari terik siang itu. Sebotol teh dingin rasa melati segera disodorkan ke Manika yang duduk menyamping di jok motor.

“Wah, tahu saja lagi haus. Matur suwun, Mas.”

Sensasi dingin segar mengaliri kerongkongannya. Saat sedang minum, Bagaskara sempat melirik leher jenjang Manika.

 “Lho, kok minumnya sedikit, katanya haus?”

 “Ya, cukup tapi camilannya mana?” seloroh Manika sambil mengembalikan botol minuman. Bagaskara menempelkan botol dingin itu ke dahi, menggaruk kepala tak gatal. Sungguh, ia lupa kacang sukro kesukaan Manika.

“Sebentar, aku ambilkan.”

“Oh, tak usah, Mas. Aku mung guyon. Tadi kan sudah nasi goreng di sana. Tambah bakso lagi. Belum eskrim durennya.”

“Maklum gratisan,” timpal Bagaskara enteng. Mereka tersenyum, saling pandang lalu tertawa lepas.

“Oya, tadi kedua mempelai ceria sekali, ya? Menebar senyum kiri kanan. Kelihatan senang, gitu.  Para undangan antre memberi ucapan selamat,” sambung Bagaskara.

Manika hanya mengangguk.

“Alangkah bahagianya menjadi pengantin,” kata Bagaskara lagi, sambil menatap Manika.

Manika kembali hanya mengangguk. Tanpa komentar sekata pun.

Bising suara truk lewat menjeda percakapan. Lima truk beriringan, bergerak lambat karena beban muatan. Truk pasir terakhir berhenti dengan mesin masih menyala. Sopir berkaca mata hitam turun. Ada tato kalajengking di lengan kanannya. Membeli sebungkus rokok, kacang kulit rebus dan air mineral botol besar.

Penambangan pasir adalah mata pencaharian sebagian warga sejak lama. Pemandangan rutin bila setiap hari puluhan truk melintasi jalan desa. Mereka memasok pasir ke daerah sekitar bahkan ke luar daerah. Tak dipungkiri, aktivitas penambangan telah memutar roda perekonomian warga.

Memang paradoks. Letusan vulkanik Semeru menjadi kabar gembira bagi penambang. Sebab pasca letusan, cadangan pasir dan batu akan melimpah kembali. Apa yang disebut bencana oleh orang-orang justru rejeki bagi mereka. Ribuan ton pasir dikeruk setiap hari dari sungai di beberapa titik area tambang. Di sisi lain, kerusakan infrastruktur jalan dan lingkungan adalah fakta yang tak terbantahkan.

 “Boleh saja mereka lalu lalang. Setiap menit sekali pun! Ora urus…” Bagaskara meneguk habis sisa teh dingin. Botol kosong dipelintir lalu dihentak kuat-kuat hingga tutupnya terlontar ke seberang jalan.  

***

Sabtu datang. Melalui percakapan WhatsApp, mereka sepakat bertemu di konser dangdut, nanti malam. Kabar beredar, sebuah grup dangdut yang pernah viral dari kawasan pantura Banyuwangi akan menutup rangkaian acara syukuran hari ulang tahun desa.  

Bagaskara menunggu di pinggir lapangan desa. Langit di atas kepalanya bermendung. Bulan sabit pudar. Udara dingin. Akankah malam ini hujan lagi seperti malam-malam sebelumnya?  

“Suwe ngenteni? Maaf terlambat!”

 “Ah, tidak. Ora popo. Demi ning seorang, jangankan setengah jam, sejam, sehari pun siap!” Manika tertawa renyah mendengar celoteh Bagaskara.

“Aduh!” Bagaskara meringis, mengusap-usap lengan kiri. Bekas cubitan memerah di permukaan kulit. Manika tahu lelaki di hadapannya hanya pura-pura kesakitan. Gimik saja! Tapi sejujurnya ia suka. Cubitan kembali mendarat. Kini lebih keras.

Mereka bergegas membaur dengan penonton. Merangsek ke depan hingga berjarak sekitar satu meter dengan tepi panggung. Manika manut saja meski agak risih. Apalagi suara loudspeaker berkapasitas watts besar memekakkan telinga.

Seorang biduanita muda bernyanyi dengan cengkok khas dangdut. Bergoyang lincah seirama tepakan gendang. Penonton ikut bernyanyi, ikut bergoyang.

“Ayo, gerakkan tubuhmu, goyangkan pinggulmu!” Bibir Bagaskara nyaris menyentuh telinga Manika mengucapkan itu. Napasnya memburu. Manika mencoba tapi terlihat kaku. Ia tak mahir bergoyang.

Penyanyi selanjutnya, berkostum ketat, seksi. Bibirnya pink menebar senyum. Ia sangat menguasai panggung. Interaksi verbal dengan penonton intens dan hangat. Kadang disertai gerakan sensual. Sorot lampu melumat habis lekuk tubuhnya.

Warna-warni cahaya silang menyilang, berputar-putar ke arah penonton. Sontak disambut siulan serta riuh tepuk tangan. Larut dalam kegembiraan, gerimis yang mulai turun justru menambah semangat mereka.

Melewati beberapa lagu, hujan pun menderas. Dentuman keras terdengar menyusul kilatan petir di langit. Dalam hitungan menit, angin kencang merobohkan tenda dan baliho sponsor acara. Penonton ambyar. Manika menarik paksa Bagaskara agar segera meninggalkan tempat. Dalam langkah terburu, ia sempat menoleh, masih ada bertahan seperti tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Basah kuyup, Bagaskara mengantar Manika ke rumah yang jaraknya tidak jauh. Ke arah utara dari lapangan. Meski agak redup, lampu penerang jalan menuntun kaki mereka, menghindari setiap genangan.  Bagaskara menggenggam tangan kekasihnya, dingin. Manika buru-buru melepaskan. Beberapa langkah saja, Bagaskara kembali meraihnya. Menggengamnya lagi. Lebih erat. Ia memandang butiran hujan jatuh dari ujung hidung yang bangir. Manika melotot. Bagaskara cekikikan.

***

Minggu, langit cerah. Puncak Semeru serupa tumpeng raksasa di kejauhan. Balutan awan tipis menyempurnakan keindahannya. Dari jendela terbuka, udara pagi menerpa wajah Bagaskara. Kedua tangan dibentangkan ke samping lalu ke atas dalam satu genggaman. Sekarang tangan di pinggang. Memiringkan kepala ke kiri ke kanan mirip gerakan senam. Krek! Terdengar bunyi dari batang lehernya.

Duduk di teras. Diteguknya air putih, menyisakan setengah di gelas. “Manika gadis baik,” batinnya. Ah, ia tak pernah bisa menolak, selalu membiarkan gadis itu menari-nari di pelupuk mata. Seperti hari ini. Sepagi ini!

Memang, belum ada badai antara mereka. Hubungan mereka baik-baik saja.  Di mata Manika, Bagaskara adalah sosok bertanggung jawab.  Lelaki yang tak mudah ngapusi, mengumbar janji apalagi apriori.   Perbedaan pendapat misalnya, selalu ada titik temu tanpa saling menggurui, tanpa saling melukai.

***  

“Kamu yakin sudah siap?” Ibunya menelisik ketika Bagaskara meniatkan untuk meminang Manika, suatu hari. “Lahir batin, Le!” imbuhnya dengan mimik serius.

“Dipikir sing tenang sak durunge mutusno. Ojo grusa grusu!” Ayahnya menimpali seusai menandaskan kopi hitam. Menit-menit berikutnya ; nasihat, nasihat dan nasihat  mengalir deras ke telinga Bagaskara. Ia lebih banyak manggut-manggut daripada bertanya lebih jauh. Sesekali ditatap ayah ibunya. Kerut-kerut penuaan semakin jelas menggurat wajah mereka.

Dalam keluarga, sebagai anak bungsu, hanya dirinya yang belum menikah. Kakak pertamanya perempuan, menikah dengan orang Solo dan memberi dua cucu. Kakak ke dua juga perempuan, berjodoh dengan seorang guru Madrasah dari desa tetangga. Setahun lalu memberi satu cucu lanang.

***

“Menikah?” Manika bertanya balik, meyakinkan apa yang barusan terucap dari bibir Bagaskara. Menikah? Kata itu seakan bergema panjang di ruang hatinya.

“Ya, kita menikah!”

Manika binar menatap. Anggukan pasti Bagaskara, melegakan.  Penantiannya selama ini sampai pada ujungnya. Sebuah cincin mungil melingkari jari manisnya. Mata cincin putih bening, berkilau dalam terpaan cahaya.

Ia menyandarkan kepala ke dada Bagaskara. Ingin rasanya berlama-lama agar terus mendengar detak jantung lelaki yang tak lelah menyemai harapan. Walau, ia tak sanggup membantah bahwa harapan hanyalah gelembung sabun. Melambung lalu pecah di udara.

Mata Manika menguncup pelan., ia merasakan tubuhnya ringan kapas. Telapak kaki terangkat tak lagi menyentuh tanah. Sepasang sayap tumbuh di punggungnya. Sayap itu mengembang, mengepak berulang-ulang.  Manika terbang, melayang tinggi, semakin tinggi.

Bagaskara lunglai. Dengan sisa-sisa tenaga menyeru nama Manika. Ia masih terus menyeru ketika dua orang petugas SAR memapahnya menjauh dari rumah kekasihnya. [T]

[] BACA cerpen-cerpen lain

Pohon Waru Teluk Selat Bali | Cerpen Satria Aditya
Pisah Ranjang | Cerpen AG Pramono
Rembulan di Bukit Asah | Cerpen Gede Aries Pidrawan
Tags: Cerpen
Previous Post

Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini, Tabu atau Perlu?

Next Post

Puisi-puisi Mettarini | Sebentar Lagi Gelap Gulita

Arnata Pakangraras

Arnata Pakangraras

Lahir di Gianyar 24 Februari 1967. Saat SMA puisi-puisinya tersebar di halaman apresiasi sekaligus ikut “kompetisi puisi” yang disuh Umbu Landu Paranggi di Bali Post Minggu. Kini tinggal di Jakarta

Next Post
Puisi-puisi Mettarini | Sebentar Lagi Gelap Gulita

Puisi-puisi Mettarini | Sebentar Lagi Gelap Gulita

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

HP Android dan Antisipasi Malapetaka Moral di Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 21, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

DALAM beberapa tulisan yang pernah saya publikasikan, kurang lebih sepuluh tahun lalu saya sudah memperkirakan bahwa seketat dan setegas apa...

Read more

Mari Kita Jaga Nusantara Tenteram Kerta Raharja

by Ahmad Sihabudin
May 20, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Lestari alamku, lestari desaku, Di mana Tuhanku menitipkan aku. Nyanyi bocah-bocah di kala purnama. Nyanyikan pujaan untuk nusa, Damai saudaraku,...

Read more

PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

by Putu Eka Guna Yasa
May 20, 2025
0
PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

MERESPON meluasnya cabang ormas nasional yang lekat dengan citra premanisme di Bali, ribuan pacalang (sering ditulis pecalang) berkumpul di kawasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia
Tualang

Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia

PERTENGAHAN April 2025 lalu untuk pertama kalinya saya mendarat di Formosa, nama lain dari Taiwan. Selasa (15/04/25), Bandara Taoyuan menyambut...

by Arif Wibowo
May 22, 2025
Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum
Pameran

Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum

DALAM rangka memperingati 109 tahun hari kelahiran almarhum perupa Arie Smit, digelar pameran murid-muridnya yang tergabung dalam penggayaan Young Artist....

by Nyoman Budarsana
May 21, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co