KESEHATAN MERUPAKAN HAL yang sangat berharga dan mahal terutama saat sakit sehingga terpaksa dirawat di rumah sakit salah satunya akibat gangguan ginjal. Penyakit ginjal kronis merupakan penurunan progresif fungsi ginjal yaitu kerusakan ginjal berupa glomerular Filtration Rate (GFR) kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 selama minimal 3 bulan (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Penyakit gagal ginjal terjadi 1 dari 7 orang. 15% di Amerika Serikat mengalami gagal ginjal kronis yaitu sekitar 37 juta orang. Di Indonesia prevalensi 12.5% berdasarkan riset pehimpunan Nefrologi Indonesia (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Di Indonesia penyakit gagal ginjal kronis paling sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Semakin bertambahnya usia angkanya semakin meningkat yaitu pada usia 15-24 (1.33%), 25-34 tahun (2.28%), 35-44 tahun (3.31%), usia 45-54 tahun (5.64%), usia 55-64 tahun (7.21%), usia 65-74 tahun (8.23%), dan usia 75+ (7.48%) (Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Prevalensi Penyakit Ginjal Kronis Berdasarkan Diagnosis Dokter Umur 15 tahun (Riskesdas, 2018)
Angka kejadian penyakit gagal ginjal kronis paling banyak pada kategori orang tidak/belum pernah sekolah sebesar 5.73%, tidak tamat SD/MI sebesar 5.25%, Tamat SD/MI 4.41%, tamat D1/D2/D3/PT sebesar 4.6%. Dari segi pekerjaan paling sering terjadi pada orang yang tidak bekerja (4,76%), petani dan buruh (4.64%), lalu PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD (4.59%).
Menurut Riskesdas tahun 2018 Provinsi Bali berada di urutan nomor dua setelah DKI untuk proporsi yang menjalani atau pernah menjalani cuci darah dan akibat gagal ginjal kronis mengalami rawat inap Bali berada di urutan ke-8 di Indonesia (Riskesdas Kementerian Kesehatan RI, 2018; Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Kasus gagal ginjal kronis masuk 10 besar penyakit rawat inap di RSU Provinsi Bali tahun 2017 yaitu sebanyak 1572 lebih besar dibandingkan penyakit katastropik lainnyan (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2017). Di RSUD Buleleng terdapat 170 orang harus menjalani cuci darah sedangkan di RSU Kertha Usada sebanyak 200 orang per Agustus 2022 dengan rentan usia paling banyak yaitu 91 orang usia 46-60 tahun, 39 orang usia 26-45 tahun, dan 3 orang usia 16-25 tahun.
Sedangkan menurut kecamatan, sebanyak 64 orang dari Kecamatan Buleleng, 24 orang dari Seririt, dan 18 orang dari Gerokgak serta Kubutambahan (Laporan Bulanan Unit Hemodialisa RSU Kertha Usada, 2022). Dengan jumlah yang semakin meningkat, maka pembiayaan yang meningkat juga.
Pembiayaan untuk penyakit ginjal kronis mencapai 87.2 miliar dolar di tahun 2019 (Centers for Disease Control and Prevention, 2022).
Di Indonesia 82% pasien gagal ginjal kronis harus menjalani cuci darah atau hemodialisis sedangkan pembayaran oleh JKN meningkat 86% di tahun 2015 yang terdiri dari 71% Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan 15% non-PBI lalu meningkat lagi mencapai 90% di tahun 2018 (Suri Ari, 2021; Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2017; Report of Indonesian Renal Registry, 2018). 19.9 juta kasus katastropik/berbiaya mahal dengan biaya mencapai 20 triliun (25% dari total biaya klaim) salah satunya yaitu gagal ginjal kronis (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2020).
Data ini sangat meningkat dibandingkan tahun 2012 untuk pembiayaan hemodialisa yang hanya mencapai 227 miliar rupiah lalu menjadi 2.2 triliun di tahun 2014 (Suri Ari, 2021; Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Sekarang kita mari kita kupas tentang pembiayaan penyakit ini. Yak, pembiayaannya besar dan menyebabkan kematian global hingga 71% atau membunuh 41 juta jiwa per tahunnya. Sayangnya kematian dini sebesar 85% terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. 15 juta di antaranya meninggal pada usia 30-69 tahun.
Biaya yang besar itu ternyata dari tahun 2016-2020 biaya pelayanan primer hanya mencapai 75,1 triliun (16.69%) sedangkan biaya layanan rujukan mencapai 83,31% dari 374.86 triliun rupiah (BPJS, 2020). Sehingga lebih besar biaya di tempat perujukan dibandingkan di pelayanan primer maupun pencegahannya, padahal jika bisa dioptimalkan promosi dan preventif maka penghematan anggaran biaya bisa dilakukan cukup besar. Dengan pembiayaan PBI paling besar maka juga akan membebani anggaran daerah.
Jumlah Penerima Bantuan Iuran APBD di Indonesia per 31 Juli 2022 mencapai 37.221.974 jiwa (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, 2022). Dengan jumlah penduduk Buleleng sebesar 791.813 jiwa di tahun 2020 orang, sebanyak 113,7 miliar rupiah digunakan untuk pembiayaan PBI dari APBD yang merupakan sektor paling besar yang harus dikeluarkan dalam rincian penanggulangan kemiskinan tahun anggaran 2021 (Pemerintah Kabupaten Buleleng, 2021; Badan Pusat statistik Buleleng, 2020). Pembayaran PBI APBD 60% berasal dari APBD Buleleng (Sekretariat DPRD Kabupaten Buleleng, 2021).
Dengan proyeksi jumlah penduduk di tahun 2023 mencapai 843,9 ribu jiwa (paling banyak dibandingkan kabupaten kota di Bali), maka hal ini menjadi potensi positif maupun negatif jika tidak diantisipasi dalam hal kesehatan akan menambah beban keuangan pembiayaan kesehatan (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2020). Dengan demikian penyakit katastropik seperti gagal ginjal menjadi beban anggaran terutama untuk PBI dan perlu dicarikan jalan keluarnya salah satunya melalui medical check up.
Medical check up merupakan salah satu pencegahan suatu penyakit melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan skrining orang yang tanpa gejala melalui proses rutin kesehatan (Idang et al, 2020). Dengan adanya promosi yang ada saat ini, kasus gagal ginjal justru masih meningkat pada usia yang lebih muda (<35 tahun).
Hal itu berhubungan paling besar dengan adanya penyakit ginjal hipertensi (36%), nefropati diabetika (28%) (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2021; Indonesian Renal Registry, 2018). Tiga besar penyakit penyerta yaitu diabeter mellitus, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler (Indonesian Renal Registry, 2018).
Diagnosis penyebab terbesar gagal ginjal kronik tersebut bisa dicegah dan diketahui sejak dini sayangnya promosi dan edukasi masih belum efektif sesuai yang diharapkan. Sehingga diperlukan usaha lebih lanjut untuk mencegah kondisi ini salah satunya melalui medical check up. Bayangkan gangguan ginjal yang lebih parah bisa kita cegah lebih dini. Yuk lebih baik mencegah daripada mengobati. [T]
“Waktu dan Kesehatan adalah dua aset berharga yang tidak kita kenali dan hargai sampai mereka telah habis” -Denis Waitley-